Selasa, 28 April 2015


PENYAJIAN RELIEF

Relief adalah bentuk fisik dari landskap, suatu konfigurasi sebenarnya dari muka bumi atau dengan kata lain, suatu bentuk yang memperlihatkan perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan dari bentuk-bentuk yang ada/tidak sama di muka bumi (Monkhouse: Dictionary of Geography). Secara umum dapat dikatakan bahwa pengertian relief ini dihubungkan dengan suatu bentuk/model keseluruhan muka bumi dalam bentuk (pandangan) tiga dimensi. Oleh sebab itu pengertian relief jauh lebih luas dari sekedar ketinggian saja.
Dari pengertian diatas, dapatlah dilihat bahwa relief merupakan suatu unsur yang sangat penting dan memainkan peranan dalam aktifitas manusia di muka bumi. Informasi relief sangat diperlukan dan dapat digunakan antara lain pada:
-         pekerjaan konstruksi jalan raya, bendungan, irigasi;
-         tujuan-tujuan navigasi;
-         tujuan-tujuan operasi militer;
-         tujuan-tujuan ilmu pengetahuan;
-         tujuan-tujuan pariwisata.
Seorang pembuat peta harus melengkapi informasi tentang relief tersebut, dan pekerjaan ini jelas tidak mudah sebab yang harus disajikan adalah bentuk tiga dimensi pada kertas yang mempunyai bentuk dua dimensi. Sejak dahulu telah banyak cara-cara yang diusahakan orang untuk menyajikan/menggambarkan relief tersebut. Adapun bentuk yang umumnya banyak digunakan adalah:
1.     garis kontur;
2.     titik tinggi (spot height);
3.     rock drawing;
4.     bayangan (shading/hill shading);
5.     warna ketinggian (layer tints).
GARIS KONTUR

Garis kontur adalah suatu garis khayal (imagenary lines) yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, diatas/ dibawah suatu referensi tinggi tertentu di (atas) muka bumi. Garis kontur 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama 25 m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Pada umumnya peta dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta. 

Penyajian Garis Kontur

Untuk bisa mengetahui ketinggian di muka bumi, perlu diperhatikan lebar ruang diantara garis kontur. Jika kontur berdekatan, berarti keadaan topografinya adalah lereng yang curam, jika antar kontur mempunyai ruang yang luas, berarti kondisi topografinya relatif datar. Melalui pemahaman bentuk-bentuk tampilan garis kontur pada peta, maka dapat diketahui bentuk ketinggian muka bumi, yang selanjutnya dengan bantuan pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula informasi tentang bentuk muka bumi lainnya.
Selain menunjukkan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga dapat digunakan untuk:

a. menentukan potongan memanjang antara dua tempat;
b. menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan;
c. menentukan arah jalan dengan kelandaian tertentu;
d. menentukan kemungkinan dua titik di lapangan yang sama tinggi dan saling terlihat.

Selang Kontur
Selang kontur (contours interval) adalah jarak vertikal antara dua kontur yang berurutan; jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pengertian selang kontur jangan dicampur aduk dengan pengertian jarak antara kontur yang berurutan pada peta. Selang kontur selalu konstan, sedang jarak antar kontur tidak selalu konstan tergantung bentuk kemiringan atau kelandaian suatu relief. Pemilihan selang kontur tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 
- skala peta, semakin besar skala peta selang kontur semakin rapat (sekitar 1-2 meter), semakin kecil skala peta selang kontur semakan jarang (sekitar 25-50 meter);
- maksud/tujuan peta, selang kontur tergantung tujuan pembuatan peta, untuk pembuatan disain jalan, selang kontur sangat rapat (bisa 1-2 meter); 
- data yang tersedia, selang kontur tergantung juga pada data yang tersedia hasil dari metode pengukuran di lapangan;
- bentuk daerahnya, selang kontur untuk daerah bergunung dan daerah padang pasir akan berbeda.
- keterbatasan bentuk penyajian (secara grafis), cara penyajian yang dipilih untuk penggambaran selang kontur tergantung pada perlatan dan metode yang digunakan pada saat penggambarannya.
Kelima faktor diatas saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pada umumnya selalu diusahakan selang kontur sekecil mungkin, terutama untuk penyajian relief yang akan memberikan gambaran tentang bentuk sebenarnya. Bentuk penyajian relief dengan detail-detail yang cukup banyak, akan memberi kesan yang baik dalam bentuk tiga dimensi tersebut. Penentuan selang kontur yang konstan untuk suatu daerah bergunung-gunung akan berbeda dengan suatu daerah datar. Pada daerah datar, sebenarnya jauh lebih sulit untuk menetapkan selang kontur dibandingkan dengan daerah bergunung-gunung.
Hal-hal lain yang perlu diingat dalam selang kontur adalah angka yang digunakan merupakan suatu angka yang mudah, dengan pengertian bahwa ‘mudah’ disini berarti mudah dibaca, mudah dibagi/ditambah. Jika telah disepakati bahwa suatu selang kontur adalah 25 meter, maka angka-angka untuk penulisan seperti 235, 260, 285, 310 dan seterusnya bukanlah suatu angka-angka yang mudah dibaca, jadi lebih baik digunakan angka-angka 225, 250, 275, 300, 325 dan seterusnya.
Dari sudut kejelasan membaca peta (readibility), tebal garis kontur yang dapat digambarkan pada peta mempunyai batas minimum yakni 0,01 mm serta jarak minimum antar kontur di peta adalah + 0.04 mm. Dengan demikian, per mm dapat digambarkan maksimum 2 garis kontur. Jika diketahui kemiringan adalah 450 dan skala peta 1 : 50.000, maka maksimum selang kontur adalah 25 meter. Dengan selang ini (25 meter) suatu kemiringan yang besarnya 50 dan skala peta 1 : 50.000 akan mempunyai jarak antarkontur sekitar 5,7 mm.
Pemilihan selang kontur sangat mempengaruhi penyajian relief secara keseluruhan. Artinya, pemilihan dari selang kontur harus tepat sesuai dengan penggunaan peta topografi bersangkutan, skala peta dan keadaan daerah yang dipetakan. Pada umumnya, makin besar skala peta makin kecil selang konturnya, demikian pula sebaliknya. Pemilihan skala peta dan penggunaannya akan menentukan ketelitian yang diperlukan dan besarnya selang konturnya.
Ketelitian Kontur
Posisi suatu titik diatas peta ditentukan dengan koordinat X, Y dan Z; oleh karena itu ketelitian titik-titik dapat dinyatakan dengan "salah menengah" dari koordinat-koordinat tersebut. Umumnya dibedakan ketelitian antara koordinat X dan Y yang dinamakan ketelitian planimetrik (horisontal) dan koordinat Z yang dinamakan ketelitian tinggi (vertikal).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian garis kontur pada suatu peta adalah:
ketelitian pengukuran, berhubungan dengan skala peta yang dihasilkan dan metode pengukuran yang digunakan; 
-  ketelitian yang dapat dicapai pada penggambaran dan reproduksi.
Untuk kebanyakan peta, terutama peta dengan skala lebih kecil dari 1:25.000, ketelitian pengukuran akan jauh lebih tinggi dari ketelitian penggambarannya.
Indeks Kontur
Pada penggambaran garis kontur, biasanya ada garis-garis dengan harga tertentu yang digambarkan dengan garis yang lebih tebal dibandingkan garis kontur yang lainnya, umpamanya setiap 100 meter, 250 meter atau 500 meter. Secara umum diantara dua garis tebal yang berurutan itu akan ada empat sampai 5 garis kontur lainnya. Garis kontur yang lebih tebal dari garis kontur lainnya disebut sebagai indeks kontur.
Adanya indeks kontur, maka pada penggambaran pemberian harga/angka dari garis kontur dapat dibatasi; tidak semua garis kontur yang diberikan angka/harga dari garis kontur, hanya garis kontur yang disebut indeks kontur yang diberikan harga/angka. Manfaat lain dari adanya indeks kontur adalah dapat menolong di dalam kejelasan membaca peta.
Indeks Kontur

Penyajian Kontur
Pada pembuatan peta topografi, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyajian garis kontur, antara lain:
a.     garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling berpotongan; 


Garis kontur saling melingkar
b.     pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah yang landai lebih jarang;

Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai

c.     pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu garis;
d.     garis kontur pada curam yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih rendah; garis kontur pada punggung bukit yang tajam membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi;


Garis kontur daerah curam

e.     garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang lebih tinggi;


Garis kontur pada punggung bukit

f.     garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur yang menutup-melingkar;
g.     bentuk kontur menjorok ke arah hulu jika melewati sungai, menjorok ke arah jalan menurun jika melewati 
permukaan jalan;


Kontur pada sungai dan jalan
h.     berdasarkan suatu kesepakatan, pemberian angka pada kontur adalah terbaca pada arah lereng yang naik;
i.      kontur tertentu dengan angka ketinggian yang bulat (umumnya 4-5 garis kontur) dinamakan indeks kontur (contour index), disajikan dengan ukuran garis yang lebih tebal dibanding ukuran garis untuk selang kontur.


Contoh beberapa bentuk kontur
(http://wong168.files.wordpress.com/2011/04/kontur1.png)

TITIK TINGGI
          Titik tinggi adalah titik-titik diatas peta yang mempunyai suatu harga, diatas atau di bawah datum yang digunakan. Pada peta topografi, titik-titik tinggi (Gambar 4.12) ini digunakan sebagai pelengkap dari garis kontur. Fungsi utama titik-titik tinggi adalah memperlihatkan ketinggian tempat/titik yang penting diatas terrain, seperti puncak bukit, titik paling dalam pada sebuah lekuk, titik penting pada suatu jembatan dan sebagainya.


Titik tinggi
          Suatu angka ketinggian yang tepat/benar tidak akan diberikan pada suatu garis kontur, sehingga titik tinggi ini merupakan petunjuk untuk mendapatkan harga dari suatu garis kontur tersebut. Pemilihan titik-titik yang digunakan sebagai titik tinggi jelas merupakan persoalan penting. Titik-titik tersebut harus dapat dikenal pada terrain dengan mudah. Sebaran titik, umpamanya yang terletak di suatu kemiringan gunung, tidak akan berarti jika dibandingkan dengan sebuah titik yang terletak pada perpotongan jalan yang ada di gunung tersebut. Hal ini tentu dapat dimengerti karena titik pada perpotongan jalan akan mempermudah di dalam melakukan orientasi.
Contoh yang baik untuk menempatkan titik tinggi antara lain adalah:
-         puncak bukit;
-         lokasi/titik tertinggi dari perpotongan jalan (di pegunungan);
-         lokasi perpotongan sungai;
-         perpotongan jalan;

         Banyaknya titik-titik tinggi pada suatu peta topografi tidak dapat ditentukan secara pasti, sebab hal tersebut tergantung pada skala peta, jenis/keadaan daerahnya, kegunaan/manfaat titik-titik tinggi tersebut, fungsi peta dan bagaimana keadaan/detail garis kontur itu sendiri. Pada umumnya, peta topografi akan memuat sekitar 15 - 20 titik tinggi per 100 cm atau bahkan kurang dari jumlah tersebut (5 – 10 titik tinggi). Jika pada suatu peta topografi dicantumkan sebuah titik tinggi, maka titik yang diberi indikasi harga ketinggian tersebut harus jelas/dapat dicar di peta; umumnya diberi tanda titik (●) berwarna hitam yang cukup kecil.

ROCK DRAWING

          Garis kontur tidak selalu memperlihatkan semua detail dari suatu relief. Pada beberapa tempat, lereng dari suatu batuan/karang yang berupa lapisan permukaan (rock outcrops) yang curam dan banyak belahan-belahannya, jika digambarkan dengan garis kontur akan memperlihatkan suatu gambaran yang samasekali berbeda dengan keadaan sebenarnya. Jika garis kontur tidak dapat memperlihatkan keadaan sebenarnya dari batuan/karang (rock) tersebut karena tidak cukup detail penggambarannya, maka hal tersebut dapat digambarkan dengan suatu penyajian lain yang disebut rock drawing.
         Penyajian relief secara rock drawing adalah suatu cara/bentuk penyajian dari keadaan batuan/karang yang mempunyai lereng sangat curam serta mempunyai bentuk tidak teratur. Cara penyajian secara rock drawing akan dapat mempertahankan karakteristik dari suatu daerah dengan sebaik-baiknya. Karakteristik itu meliputi antara lain bentuk lerengnya, bentuk patahan, bentuk runtuhan, bentuk lapisannya. Dari hal-hal tersebut diatas, sudah jelas bahwa pengetahuan tentang terrain diperlukan oleh seorang kartografer.
           Bentuk dasar dari relief (merupakan karakteristik daerah itu) yang harus diperlihatkan dengan cara rock drawing adalah:
-         bagian (belahan-belahan) dari batuan/karang tersebut;
-         patahan-patahan yang penting dari suatu lereng;
-         jalur/pola alirannya.


    Bentuk visualisasi keadaan topografi dengan rock drawing
(http://www.tuscany-villa-holiday.co.uk/Images/WC%20-%20Appennines%20&%20Apuane%20Alps%20Relief%20Map.jpg)
     Selanjutnya cara rock drawing dilengkapi juga dengan garis-garis pendek (seperti heachuring) yang biasanya digambarkan dalam dua jurusan yaitu:
-         horisontal (sejajar dengan garis kontur);
-         pada jurusan lereng yang tercuram.

       Garis-garis pendek tersebut (merupakan pelengkap) digambarkan lebih tipis dibandingkan dengan garis-garis utamanya. Penggambaran data ketinggian dengan cara rock drawing umumnya pada peta dengan skala kecil, 1 : 100.000 atau lebih kecil; dengan mengecilnya skala peta, maka penggambaran rock drawing akan lebih mudah pengerjaannya.
BAYANGAN (HILL SHADING)
          Bayangan adalah suatu teknik yang menggunakan pengaruh (effect) bayangan akibat penyinaran dari arah tertentu, digunakan untuk membantu di dalam menyajikan kesan tiga dimensi dari terrain. Bayangan merupakan visualisasi dataran dengan variasi nada yang memberikan efek tiga dimensi. Di masa lalu, menciptakan bayangan gunung pada peta adalah melelahkan dan memakan waktu bagi kartografer dalam membentuk kontur secara seni. Pembuatan peta menggunakan peta topografi kontur sebagai kerangka dan menambahkan perbedaan yang halus dalam bayangan menggunakan pensil, arang, atau airbrush. Saat ini, cara bayangan model elevasi dijgital (DEM) dapat dilakukan dalam satu langkah otomasi menggunakan suatu perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG).
        Pada umumnya gambaran garis kontur akan berhenti pada tempat yang penggambaran hill shading dimulai; sebaiknya warna garis kontur sama dengan warna rock drawing. Berdasarkan pengalaman, effek bayangan yang terbaik untuk penggambaran bayangan adalah penyinaran yang datangnya dari arah Utara Barat, sehingga bayangan akan jatuh kearah mata. Jika penyinaran dari arah Selatan (Barat/Timur), maka kesan yang diperoleh dari terrain tersebut cenderung untuk hal-hal yang merupakan kebalikannya, jadi mata melihat sebagai suatu lekukan (padahal sebenarnya ‘timbul’).

Penyajian bayangan secara otomasi sangat meningkatkan informasi geospasial pada peta. Peningkatan eksponensial dalam jumlah peta dengan bayangan telah jelas membantu pengguna untuk mendapatkan perspektif tiga dimensi di sebuah peta

 Bentuk visualisasi keadaan topografi dengan hill shading
(http://1.bp.blogspot.com/_3SMSqEHAuEQ/SnB8iyFrK9I/AAAAAAAAAOU/
cO0k7nKvUVM/s320/hackberry_second_try.png)
WARNA KETINGGIAN

               Pola (pattern) dari suatu garis kontur memberikan informasi yang tepat suatu ketinggian dan arah dari kemiringan. Penggunaan garis kontur kadang tidak dapat melengkapi kesan pengguna peta akan bentuk relief secara keseluruhan; tidak mungkin untuk secara cepat menemukan hubungan antara relief-relief yang ada pada beberapa tempat di sebuah peta. Untuk itu, digunakan warna-warna ketinggian yang secara cepat dapat memberikan ‘kejelasan’ akan relief yang ada pada peta tersebut. Kemungkinan penggambaran warna ketinggian tergantung pada:
-         maksud dan tujuan pembuatan peta;
-         skala peta;
-         elemen-elemen lain dari bentuk penyajian relief;
-         pengalaman kartografer.

Ada beberapa cara untuk menentukan tingkatan warna:
a.     Dilakukan pemilihan sejumlah warna, setiap warna digunakan untuk satu daerah ketinggian (height zone), kemudian warna-warna disusun sedemikian rupa sehingga memberi kesan tentang suatu tingkatan. Warna –warna yang digunakan dalam penyajian relief ini biasanya dari warna hijau tua untuk daerah rendah, meningkat ke warna hijau muda, kuning, coklat sampai warna merah.

diatas 4.000 m  
:
warna coklat kemerah-merahan
2.000 – 4.000 m
:
merah kecoklat-coklatan
1.000 – 2.000 m
:
coklat
500 – 1.000 m   
:
coklat muda
200 – 500 m      
:
kuning
100 – 200 m      
:
kuning hijau
0 – 100 m          
:
biru hijau

b.     Digunakan satu warna saja, tetapi dari warna tersebut diatur nadanya, dimulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi; umumnya keadaan ini digunakan untuk peta hitam putih, jadi diatur ‘grey scale’-nya. Hal yang sama juga dijumpai pada warna kedalaman (depth layers) di laut, yaitu warna biru yang diatur nadanya dari biru muda sampai biru tua.

c.     Memilih satu rangkaian warna sedemikian rupa sehingga memberi kesan ‘sedekat mungkin’ pada warna sesungguhnya (asli) dari lingkungan dimana unsur tersebut berada. Keadaan ini umumnya diterapkan pada warna untuk tumbuhan-tumbuhan, pasir, karang, salju dan sebagainya.

Bentuk visualisasi keadaan topografi dengan warna ketinggian
      Warna yang digunakan untuk penyajian relief pada umumnya dicetak pada detail/unsur topografi lainnya yang ada di peta. Untuk alasan di atas, sebaiknya warna-warna yang digunakan harus ‘ringan’ (light) dan ‘tembus’ (transparant). Lebih-lebih bila warna-warna ketinggian tersebut dikombinasikan dengan bentuk penyaian relief lainnya seperti kontur, hill shading; harus ada suatu ‘harmoni’ dari keadaan tersebut, sehingga kesan yang ditampilkan tidak saling menutupi, tetapi saling memperkuat informasi ketinggian.

*) Tulisan diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar