Kamis, 23 April 2015

DISAIN PETA



Peta merupakan citra muka bumi yang dapat mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang. Pengaruh tersebut sebagian dikarenakan adanya kesepakatan konvesi (conventional sign) dan sebagian lain karena adanya karakteristik umum grafis yang digunakan. Konvensi memegang suatu peranan penting terutama pada pembuatan peta topografi; sebagian besar simbol yang digunakan telah diwariskan semenjak abad XVIII, antara lain, perairan digambarkan dengan warna biru, hutan dengan warna hijau tua.

Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan tersebut, diperlukan suatu disain peta yang berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi pada selembar peta. Disain suatu peta menyangkut:
  • generalisasi dari unsur-unsur yang akan disajikan sesuai maksud dan tujuan, serta skala peta;
  • pemilihan simbol dan warna untuk suatu unsur muka bumi sesuai dengan informasi geospasial yang akan disajikan;
  •  tata letak peta (peletakan isi peta, informasi peta, informasi batas suatu peta);
  • teks (pemilihan jenis dan ukuran huruf untuk nama-nama geografis di peta)
Berfungsi atau tidaknya suatu peta sangat tergantung pada disain peta yang dibuat. Suatu peta yang mudah dibaca, dengan kata lain dapat mengkomunikasikan kepada para pemakai peta, merupakan peta yang telah didisain dengan baik, sehingga informasi yang disajikan dapat dimengerti oleh pemakai peta. Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan merupakan awal dari kegiatan kartografi dalam kaitannya dengan proses pembuatan suatu peta.


Suatu disain peta berhubungan dengan penampilan grafis dari informasi geospasial yang disajikan pada lembar peta. Pembuat peta (kartografer) harus mampu menciptakan peta untuk para pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini, fungsi pembuat peta adalah merancang bangun semua kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai peta. Disain merupakan bagian kritis dan merupakan pekerjaan yang sulit dari pekerjaan kartografi. 

Beberapa pendapat mengatakan bahwa disain adalah masalah ilham (intuitive matter), yang berhubungan dengan perasaan (feeling) dan bakat (talent) seperti halnya seorang seniman yang diperoleh bukan dari pendidikan. Meskipun demikian, seorang kartografer dalam mengembangkan disain tersebut mempunyai suatu batasan-batasan, tidak seperti seorang seniman yang bebas mengembangkan imajinasinya. Disain dikerjakan dalam dua tingkatan, yaitu tingkat pertama merupakan hal-hal yang mempengaruhi cara penampilan peta dan penampilan isi, sedang tingkat kedua merupakan keputusan-keputusan rinci tentang simbol-simbol yang mengungkapkan informasi secara grafis.


PRINSIP DISAIN PETA

Semua pengguna peta tahu bahwa ada peta yang baik dan ada juga peta yang kurang baik, masalahnya adalah bagaimana menentukan kedua produk peta tersebut.  Setiap kali membahas prinsip-prinsip disain peta, pengguna peta mengakui bahwa mereka tidak tahu mengapa produk peta hasilnya bisa baik dan buruk. Pada pembuatan disain suatu peta, sebelum mengambil keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada 5 prinsip yang harus diperhatikan, prinsip-prinsip berikut ini bisa dijadikan pegangan di dalam membuat disain suatu peta.

  • Konsep Sebelum Kompilasi.
Tanpa memahami konsep kartografi, seluruh proses disain tidaklah dapat dijalankan dengan baik; disain peta merupakan bagian yang sangat penting di dalam pembuatan peta. Jika konsep dipahami, maka semua konten fitur disain akan dipenuhi untuk mendapatkan peta yang baik. Sebelum pembuatan suatu disain peta, ada dua kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu tahap konsep dan parameter, serta detil di dalam pelaksanaannya. Pembuatan disain peta tidaklah sekali jadi, umumnya dilakukan berulang-ulang sampai sesuai dengan keinginan dan harapan dari pengguna peta.


Suatu peta yang mudah dibaca, merupakan peta yang telah didisain dengan baik, sehingga unsur-unsur yang tercakup di dalamnya dapat dimengerti oleh semua pengguna peta. Sebagai seorang kartografer, dalam merencanakan disain peta harus memperhatikan konsep dan kaidah kartografi, prinsip-prinsip komunikasi visual, sehingga akan didapat hasil seperti yang diharapkan oleh pengguna peta. Jadi tujuan disain peta adalah bagaimana menyajikan atau mengvisualisasikan unsur-unsur informasi geospasial pada suatu lembar peta secara jelas dan mudah dibaca oleh pengguna peta.

  • Hirarki dengan Harmonisasi
Di dalam pembuatan disain peta, hirarki dan harmonisasi tata letak peta, simbol, dan warna harus diperhatikan. Unsur-unsur muka bumi yang akan disajikan dalam bentuk simbol dan warna harus memperhatikan aturan hirarki yang ada di dalam pembuatan disain peta. Warna yang dipilih untuk simbol peta harus memperhatikan harmonisasi warna sehingga akan terjadi keseimbangan diantara simbol-simbol yang menyajikan unsur-unsur muka bumi. Asosiasi antar simbol haruslah memiliki keterkaitan dengan hirarki yang ada pada konsep pembuatan simbol. Penggunaan hirarki dan harmonisasi akan memberikan penyajian visualisasi yang mampu melakukan komunikasi antara pembuat dan pengguna peta.

Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu disain peta adalah penentuan ’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah. Maksud dan tujuan dari peta merupakan faktor penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung akan tampak sebagai latar belakang. Tingkat kejelasan ini akan disajikan dengan penggunaan warna yang lebih kontras, besar kecilnya ukuran garis yang digunakan, pemakaian rona (prosentasi screen) untuk warna, dan corak (pattern) untuk suatu area.


Contoh Peta Geologi dan Peta Tata Guna Lahan
http://andimanwno.files.wordpress.com/2010/06/peta-geologi-jatim.jpg

Harmonisasi juga berhubungan dengan penggunaan warna pada penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta. Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia. Setiap warna pada sebuah peta mempunyai arti, sehingga pembuat peta tidak bisa memilih warna secara bebas untuk sebuah peta topografi, karena sudah ada semacam perjanjian atau coventional sign tetang warna dan simbol peta topografi.


Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari masing-masing komponen tersebut adalah wajar. Disain untuk peta tematik berbeda dengan disain peta topografi, khususnya untuk ukuran lembar peta, muka peta dan informasi peta, sehingga di dalam pembuatan peta tematik, kekontrasan warna dan kesimbangan di dalam meletakkan peta harus diperhatikan. Umumnya peta tematik sedikit menggunakan simbol dibandingkan dengan peta topografi, tetapi penggunaan simbol warna pada peta tematik lebih bebas dibandingkan dengan simbol warna pada peta topografi.

  • Kesederhanaan Disain
Pada dasarnya, disain peta dibuat sesederhana mungkin agar bisa dibaca dan dimengerti oleh pengguna peta. Bagi pembuat disain peta, hal yang terpenting adalah bagaimana produk peta tersebut bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin oleh pengguna peta. Kegiatan tahap disain peta dapat dikatakan selesai ketika peta yang akan dihasilkan mampu melakukan komunikasi visual dengan pengguna petanya. Data dan informasi yang akan disajikan pada sebuah peta dapat menentukan skala peta yang ideal untuk produk akhirnya, atau juga skala peta yang akan dibuat dapat menentukan unsur-unsur muka bumi apa saja yang perlu disajikan pada sebuah peta; hal ini juga berkaitan dengan generalisasi yang akan dilakukan pada unsur-unsur yang akan disajikan.

Tuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat tercakup pada beberapa lembar peta. Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan. Penentuan skala peta akan mempengaruhi di dalam penyajian unsur-unsur muka bumi yang akan disajikan di peta, karena makin kecil skala peta berarti unsur muka bumi yang disajikan makin berkurang.

  • Maksimum Informasi pada Minimum Biaya
Pembuatan disain peta berkaitan juga dengan biaya pembuatan petanya. Semua pembuatan disain peta merupakan hasil kompromi antara produk akhir peta dengan biaya pencetakan peta. Berapa banyak dan bagaimana informasi geospasial dapat disajikan pada sebuah peta haruslah dikaitkan dengan pembiayaan pencetakan petanya. Umumnya, produk suatu peta selalu menggunakan biaya minimum pencetakan dengan memberikan informasi unsur muka bumi yang optimal.

Setiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau penggunanya. Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan metode serta teknologi yang akan digunakan. Produk peta bisa dibedakan kegunaannya, ada peta untuk keperluan perencanaan pembangunan, dan ada juga peta untuk dipasarkan kepada masyarakat; oleh sebab itu jika ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang akan dihasilkan.

  • Melibatkan Imajinasi untuk Pemahaman
Kartografi adalah suatu ilmu, teknik dan seni di dalam pembuatan sebuah peta. Kartografer harus juga menggunakan imajinasi atau daya cipta agar data dan informasi geospasial yang disajikan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pengguna peta. Seorang kartografer akan menggunakan fiksi dan ilusi kartografis di dalam pembuatan disain petanya. Disain peta yang baik serta memperhatikan juga estitika akan bisa diterima oleh pengguna peta sebagai pesan komunikasi visual, oleh sebab itu perlu diperhatikan fokus yang diinginkan oleh pengguna peta.

Seorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan, kemudian menyaring atau memilih detil yang diperlukan. Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian. Sebelum membuat simbol peta, kartografer harus terlebih dahulu melakukan inventarisasi semua unsur muka bumi yang akan disajikan, kemudian melakukan seleksi dan klasifikasi untuk pembuatan simbolnya.



GENERALISASI

Generalisasi adalah salah satu dasar penting pada pekerjaan kartografi, hal ini dilakukan supaya cakupan dan penyajian unsur-unsur muka bumi dapat lebih mudah dimengerti serta digunakan dengan baik dan jelas oleh pengguna peta. Pada saat yang sama, pekerjaan generalisasi harus menjamin bahwa peta merupakan refleksi dari geospasial variabilitas dari permukaan bumi dan karakteristik yang diwakili.

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan generalisasi

Obyek Generalisasi
Proses yang berlangsung pada saat mendefinisikan dan membangun basisdata. Hal ini dilakukan karena basisdata merupakan representasi abstrak dari muka bumi, sehingga pada saat pengambilan data, harus dilakukan tingkat tertentu generalisasi (dalam arti abstraksi, seleksi, dan pengurangan). [Weibel dan Dutton, 1999].

Model Generalisasi
Objek generalisasi dilakukan pada saat mempersiapkan data untuk peta konvensional (hardcopy), sedang model generalisasi dilaksanakan untuk persiapan pembuatan peta digital. Pada peta digital, generalisasi dapat mempengaruhi secara langsung grafis peta dan juga data. Tujuan utama model generalisasi adalah untuk melakukan reduksi data berbagai keperluan. Reduksi data dilakukan untuk menghemat penyimpanan dan meningkatkan efisiensi komputasi fungsi analitis; hal ini juga mempercepat transfer data melalui jaringan komunikasi.

Kemampuan ini sangat berguna dalam integrasi dataset resolusi dan akurasi, serta dalam konteks basisdata multi-resolusi yang berbeda. Model generalisasi digunakan sebagai langkah awal pengolahan  generalisasi kartografi yang tidak berorientasi pada penggambaran grafis (tidak melibatkan seni, komponen intuitif). Model generalisasi meliputi proses yang sepenuhnya dapat dimodelkan secara formal, tetapi memiliki konsekuensi estetika untuk generalisasi kartografi berikutnya [Weibel dan Dutton, 1999].

Generalisasi Kartografi
Generalisasi kartografi adalah istilah yang umum digunakan di dalam melaksanakan generalisasi data geospasial untuk visualisasi kartografi. Suatu proses yang dilaksanakan ketika orang  mendengar istilah ‘generalisasi’ pada pekerjaan pembuatan peta.

Perbedaan antara generalisasi kartografi dan model generalisasi adalah pada proses pelaksanaannya. Generalisasi kartografi dilaksanakan untuk menghasilkan visualisasi, dan penyajian simbol grafis objek data; oleh karena itu, generalisasi kartografi mencakup juga proses di dalam penanganan masalah yang diakibatkan oleh pemilihan suatu simbol peta, seperti pergeseran unsur muka bumi setelah dilakukan generalisasi. [Grunreich, 1993].

Beberapa pendapat tentang jenis generalisasi.
  • Robinson, dan J.Morrison (1988) menyajikan pendekatan empat jenis generalisasi yaitu:  penyederhanaan, klasifikasi, simbolisasi, dan induksi.  
  • Salishchev (1998) mengidentifikasi lima jenis generalisasi: pemilihan fenomena dipetakan, penyederhanaan objek garis, generalisasi atribut kuantitatif, marjinalisasi atribut kualitatif, dan penggantian simbol terpisah untuk objek individu dengan obyek yang umum.
  • AM Berlant (2001), generalisasi dibagi delapan jenis yaitu: generalisasi atribut kualitatif, generalisasi atribut kuantitatif, pergeseran dari yang sederhana sampai konsep yang kompleks, seleksi obyek, generalisasi kontur (sisi geometrik generalisasi),  penggabungan batas-batas area, pergeseran obyek yang direpresentasikan, dan perubahan dari ukuran objek yang berlebihan.
  •  G. Hake, D. Grünreich dan L. Meng (2002), dua jenis generalisasi dasar diidentifikasi: generalisasi objek berdasarkan basisdata, dan generalisasi kartografi berdasarkan peta. Keduanya dalam perkembangannya dibagi menjadi tiga jenis generalisasi yaitu: geometrik, lebih kepada penyederhanaan bentuk, semantik, lebih kepada penyederhanan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep tentang unsur yang digambarkan), temporal (generalisasi waktu).
Jika dibaca beberapa pendapat diatas, maka klasifikasi generalisasi mempunyai berbagai perbedaan di dalam pelaksanaanya sehingga tampaknya merupakan hasil pengamatan dari beberapa faktor. Konsep generalisasi sangat terikat  dengan sifat dari peta itu sendiri, dan karena sifat ini dapat dipahami dalam berbagai cara (peta melayani sebagai model, bahasa, sarana menyampaikan informasi geospasial, atau sebagai basisdata) maka sangat dimungkinkan tidak adanya kesepakatan dalam proses pelaksanaan generalisasi.

Selain itu, cara-cara generalisasi dapat dilihat dari hasil generalisasi pengetahuan praktis yang terkait dengan penciptaan dan pemanfaatan peta. Pembuat peta selalu melakukan pendekatan kompromis dengan pengguna peta, sehingga di dalam pelaksanaan generalisasi hal yang penting adalah bagaimana peta hasil proses generalisasi dapat dimengerti dan difahami oleh pengguna peta. Suatu hal yang harus disepakati, generalisasi peta tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah kartografi.


Generalisasi Kartografi

Generalisasi kartografis adalah proses yang terdiri dari berbagai bagian yang meliputi beberapa hubungan antara penyajian unsur-unsur muka bumi dan keragaman unsur muka bumi yang disajikan di peta. Ketidaksamaan informasi yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala berbeda disebabkan adanya aspek generalisasi kartografis. Generalisasi muncul karena kepadatan isi peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran minimum pada peta. Generalisasi berkaitan erat dengan skala peta dan tujuan pembuatan peta.

Pengertian generalisasi pada kartografi adalah suatu pekerjaan memilih, menyederhanakan, menghilangkan penyajian unsur-unsur muka bumi di peta yang dihubungkan dengan skala peta dan kepentingan dari unsur bersangkutan, sehingga dapat membantu kejelasan bagi pengguna peta di dalam membaca peta. Pada dasarnya generalisasi dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a.     generalisasi geometrik, lebih kepada penyederhanaan bentuk.
b.     generalisasi konsepsual, lebih kepada penyederhanan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep tentang unsur yang digambarkan).

Proses generalisasi merupakan suatu problem pada pekerjaan kartografi, karena pembuat peta harus mampu melakukan analisis dan seleksi secara tepat di dalam menyajikan simbol dari unsur-unsur yang ada di muka bumi. Tebal garis, ukuran simbol akan menjadi hal yang penting di dalam proses generalisasi. Spesifikasi suatu peta ikut menentukan tingkat generalisasi yang dilakukan, jadi bentuk suatu simbol tidak harus sama untuk suatu peta yang berbeda skala petanya. Generalisasi dapat dilakukan dengan cara:
a.     langsung pada peta yang telah diperkecil skala petanya;
b.     dilakukan pada peta asli sebelum peta diperkecil skalanya;
c.     dilakukan dengan melalui skala perantara.


Proses Generalisasi

Enam kondisi yang akan terjadi pada perubahan skala peta yang dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan generalisasi.

Tingkat Kepadatan
Mengacu pada masalah banyaknya unsur yang disajikan pada peta yang mempunyai ruang terbatas, yaitu kepadatan unsur geografi  yang terlalu tinggi.

Koalesensi/Berpadu
Suatu kondisi dimana unsur akan berdekatan/bersentuhan sebagai akibat dari jarak pemisah lebih kecil dari resolusi perangkat lunak yang digunakan, atau unsur yang akan bersinggungan dengan unsur lainnya sebagai hasil proses simbolisasi.

Konflik
Suatu situasi representasi unsur geospasial bertentangan dengan latar belakangnya. Sebagai contoh ketika suatu jalan membagi dua bagian dari sebuah taman kota. Konflik bisa terjadi selama proses generalisasi, untuk itu perlu penggabungan dua segmen taman di seberang jalan yang ada. Pada saat generalisasi, kondisi seperti tersebut perlu diselesaikan melalui perubahan simbol, perpindahan, atau penghapusan.

Komplikasi
Berkaitan dengan ambiguitas dalam kinerja teknik generalisasi, yaitu hasil generalisasi tergantung pada banyak faktor, misalnya kompleksitas data geospasial, pemilihan teknik iterasi, dan seleksi tingkat toleransi.

Tidak Konsisten (Inkonsistensi)
Mengacu pada satu set keputusan generalisasi diterapkan tidak seragam di peta yang diberikan. Di sini akan ada bias dalam generalisasi antara unsur-unsur dipetakan; inkonsistensi tidak selalu merupakan suatu kondisi yang diinginkan.

Ukuran Unsur (lmperceptibility)

Suatu situasi ketika unsur yang disajikan mempunyai ukuran di bawah ukuran penggambaran minimal untuk peta. Pada kondisi ini, unsur tersebut dapat dihilangkan, atau dieksagerasi, atau dilakukan penggabungan beberapa unsur dalam bentuk simbol titik menjadi unsur dalam bentuk simbol area tunggal. (Leberl 1986 ).

Salah satu kesulitan yang dihadapi pada pekerjaan generalisasi adalah sifatnya yang sangat subyektif, sehingga suatu peta yang digeneralisasi oleh beberapa kartografer akan dapat menghasilkan bentuk generalisasi yang berbeda. Sangat sulit untuk menentukan yang benar atau yang salah, bahkan tidak mungkin untuk memberikan cara-cara dalam melakukan generalisasi yang akan dipakai sebagai ketentuan mutlak dan harus diikuti untuk segala keadaan. Walaupun demikian, ada beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan, yaitu:

● Maksud dan tujuan suatu peta
Pada hakekatnya, petunjuk ini merupakan suatupetunjuk umum untuk membuat disain suatu peta, jadi bukanlah terbatas pada generalisasi saja. Semua peta mempunyai maksud dan tujuan, sehingga pada pelaksanaan generalisasi, seorang kartografer harus memperhatikan hal-hal tersebut, sehingga unsur yang disajikan adalah sesuai dan memenuhi maksud dan tujuan dari peta bersangkutan.

● Karakteristik suatu daerah
Peta bertujuan menyajikan secara menyeluruh semua unsur-unsur yang dibatasi oleh skala peta. Penyederhanaan akan bertambah , bersamaan dengan perubahan skala peta, tetapi bentuk/sifat dari suatu daerah haruslah tetap dipertahankan meskipun skala peta diperkecil.

● Perlakuan yang selalu tetap
Menjaga tingkat generalisasi yang sama pada suatu peta secara keseluruhan dan juga pada rangkaian peta adalah suatu hal yang sngat penting untuk tetap dipertahankan meskipin hal tersebut sulit dilakukan. Gejala-gejala yang sering dilakukan pada saat generalisasi adalah penyederhanaan yang berlebihan pada daerah padat detilnya serta penyederhanaan yang terlalu sedikit pada detil yang agak jarang; cara-cara tersebut akan dapat memberikan kesan yang salah.

Pekerjaan generalisasi yang dilakukan pada tahap kartografi meliputi:




● Pemilihan (Selection)
Unsur yang akan disajikan sesuai dengan maksud dan tujuan dari pembuatan suatu peta serta peta yang dikehendaki. Sebagai contoh, pada peta 1:20.000 selang kontur adalah setiap 10 meter, sedang pada peta skala 1:40.000 selang konturnya adalah setiap 20 meter, ini berarti pada pembuatan peta skala 1:40.000 beberapa kontur pada peta skala 1:20.000 banyak yang diseleksi atau tidak disajikan; kontur dengan kelipatan 10 meter tidak digambar lagi, yang disajikan kelipatan 20 meter.


● Penyederhanaan (Simplification)
Unsur-unsur yang akan diperlihatkan di peta haruslah jelas, terang dan terbaca dengan tanpa mengubah karakteristik dari unsur-unsur bersangkutan. Jika terdapat unsur yang terlalu kecil serta sulit untuk disajikan dengan detil yang cukup, maka unsur-unsur tersebut perlu disederhanakan. Contoh, pada peta skala 1:5.000 umumnya rumah/gedung diperlihatkan dalam ukuran sebenarnya, sebaliknya pada peta skala 1:25.000 bentuk rumah/gedung disajikan secara kelompok, bahkan bangunan yang sangat khas (mesjid, gereja) sudah disederhanakan dalam bentuk simbol. 



Penggabungan (Merging)
Jika terjadi perubahan skala peta, karakter unsur linier yang terdiri dari beberapa garis tidak mungkin untuk dipertahankan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka unsur linier tersebut perlu digabung (Nickerson dan Freeman, 1986). Pada sejumlah peta umumnya jalan raya terbagi dalam beberapa jalur, biasanya diwakili oleh dua atau lebih jalur yang berdekatan, dengan jarak pemisah antara jalur. Adanya perubahan skala peta (dari peta skala besar menjadi peta skala kecil), garis-garis yang terpisah tersebut  digabung menjadi satu yang posisinya sekitar pertengahan antara dua jalur jalan, dan akan mewakili jalur jalan tersebut.  



● Menghilangkan (Smoothing)
Beberapa unsur di muka bumi yang dianggap tidak penting perlu dihilangkan tanpa merusak kejelasan isi peta dengan pertimbangan faktor skala peta dan keadaan asli dari muka bumi. Pada saat dibuat peta turunan atau memperkecil skala peta, banyak unsur muka bumi yang memang tidak diperlukan untuk disajikan sehingga unsur-unsur tersebut dapat dihilangkan, sebagai contoh, anak sungai pada peta skala 1:20.000 masih bisa digambarkan, tapi pada peta skala 1:100.00 unsur anak sungai sudah tidak bisa digambar dan bisa dihilangkan.


● Pergeseran (Displacement)
Teknik pergeseran digunakan untuk mengatasi masalah unsur muka bumi yang diakibatkan adanya dua atau lebih unsur yang saling berdekatan atau tumpang tindih; lebih khusus dalam hal menerapkan aturan penggunaan suatu simbol unsur dari lokasi yang bersangkutan. Batas-batas grafis unsur-unsur yang ada di peta perlu dilakukan pergeseran dari lokasi planimetris yang sebenarnya. Jika setiap unsur dapat diwakili pada skala peta yang dihasilkan, pergeseran unsur tidak diperlukan. Pada realitanya, batas unsur di peta mempunyai lebar yang sangat kecil sehingga pada saat disajikan sebagai simbol garis, unsur tersebut memiliki lebar yang terbatas dan menempati area yang juga terbatas pada peta.

Permasalahan ini diselesaikan dengan cara:
-           pergeseran unsur dari lokasi yang sebenarnya;
-           memperlakukan unsur dengan perubahan simbol;
-           menghilangkan unsur tersebut dari penyajian peta.

Contoh unsur-unsur yang ‘diutamakan’ dalam hal pergeseran pada peta topografi:
           sungai menggeser jalan kereta api;
           jalan kereta api menggeser jalan raya;
           jalan raya menggeser bangunan;
           bangunan menggeser batas tumbuhan.  


Kelima aspek diatas, menyeleksi, penyederhanaan, penggabungan, menghilangkan, dan pergeseran sangat erat hubungannya, sehingga dalam pengertian praktis sangat sukar untuk memisahkan aspek satu terhadap aspek lainnya.

Exagerasi
Exagerasi dapat dikatakan sebagai salah satu macam/bentuk generalisasi. Exagerasi adalah suatu teknik pembesaran dalam penyajian suatu unsur pada peta yang dihubungkan dengan ukuran sebenarnya unsur-unsur tadi dalam skala tertentu dari peta. Maksud dari exagerasi adalah suatu usaha untuk mempermudah pemakai peta tentang pentingnya suatu unsur tertentu dalam suatu peta.

Konsep dari exagerasi adalah sederhana, tetapi di dalam prakteknya dapat menimbulkan beberapa masalah, terutama dalam usaha untuk mempertahankan ukuran sebenarnya dan letak simbol-simbol yang terkena exagerasi. Untuk menjaga posisi dari simbol yang terkena exagerasi, maka simbol harus diletakkan pada titik pusat simbol tersebut atau sumbunya tetap pada posisi sebenarnya. Suatu penyajian yang bersifat mutlak dalam hal mengutamakan unsur mana yang dapat digeser/dipindahkan tidaklah ada, semua ini tergantung pada penting tidaknya suatu unsur tersebut dan sistem reproduksi (terutama dalam pembuatan peta berwarna). 

Unsur asli menggeser unsur buatan manusia, unsur buatan manusia menggeser batas-batas tumbuhan atau batas-batas lainnya. Pengecualian dalam hal pergeseran ini adalah penempatan titik-titik kontrol geodesi yang harus diletakkan pada posisi sebenarnya, sehingga pergeseran unsur-unsur lain tetap mempunyai letak relatif yang benar terhadap titik-titik kontrol geodesi. Untuk peta skala kecil yang tidak mempunyai tingkat ketelitian tinggi, hal-hal seperti tersebut diatas dapat diterima sepanjang letak relatifnya satu sama lain dapat dipertanggung jawabkan. Untuk rangkaian peta topografi yang mempunyai standar ketelitian tertentu, letak posisi planimetris dan tinggi, maka semua pengaruh akibat generalisasi dan exagerasi harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan penggambaran peta.


a: adalah peta asli ; b peta hasil generalisasi konvensional; c peta hasil generalisasi secara digital


SIMBOL DAN WARNA


Reaksi pertama dari sejumlah pemakai peta adalah mengindentifikasi suatu daerah yang disajikan pada peta, yaitu untuk mengetahui ‘dimana letak daerah tersebut’. Bagi pemakai peta yang sudah mempunyai pengalaman, tidaklah sulit untuk dapat mengetahui ‘dimana letak sebuah daerah’ yang ada di peta, karena semua ‘kunci’ akan dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi tersebut dengan mendasarkan kaitan antara daratan dan air, relief serta daerah pemukiman penduduk. Pemakai peta mungkin saja tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran terhadap suatu skala peta dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, dan juga mungkin kurang memahami arti dari bermacam-macam ‘kunci’ penyajian.

Salah satu pendekatan penting di dalam mempelajari kartografi adalah memandang peta sebagai suatu bentuk komunikasi visual untuk menjelaskan hubungan geospasial di muka bumi. Walaupun kartografi mempunyai hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya. Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi visual, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi visual dan penyajian grafis data statistik.

Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi, disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis (graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi dimuka bumi pada suatu bidang datar. Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan tersebut, diperlukan suatu simbol yang berhubungan dengan penampilan grafis suatu informasi pada selembar peta. 

Peta menyajikan unsur-unsur dimuka bumi dalam bentuk simbol, yang merupakan 'bahasa' kartografi antara pembuat peta dengan pengguna peta. Ini berarti bahwa dengan melihat atau membaca simbol-simbol dalam suatu peta akan diketahui dan diperoleh informasi yang berhubungan dengan data kebumian. Informasi muka bumi akan dapat disajikan dengan baik pada peta, hanya jika hubungan diantara data lapangan terlihat 'bersih' dan mudah dimengerti.

Salah satu hal penting mengenai berfungsi atau tidaknya suatu peta sebagai pemberi informasi, sangat tergantung pada cara penyajian suatu simbol di peta yang mewakili data geospasial di muka bumi. Pemilihan dan pembuatan suatu simbol untuk menyajikan informasi geospasial memerlukan suatu efektifitas, termasuk hubungan subyek yang akan dipresentasikan dengan simbol-simbol lainnya. Pemilihan simbol suatu unsur di muka bumi sangatlah penting, sebab simbol tersebut akan menjembatani antara pembuat peta dengan pemakai peta dalam hubungannya dengan data spasial di muka bumi.

Sistematika Pembuatan Disain Simbol

Disain simbol adalah suatu kegiatan kreatifitas grafis dalam menyajikan unsur permukaan bumi yang sesuai dengan tujuan pembuatan peta. Mendesain suatu simbol adalah merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu unsur dan konsep dari pemakai peta. Pada sistem keseluruhan dari pembuatan desain peta, maka desain simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa cabang komponen dari suatu sistem fungsional.

Pada pembuatan desain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in cartographic eduction, 1984). Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu desain simbol.


Pembuatan Desain Simbol Peta

(a)  Isi peta
Unsur-unsur apa saja yang akan disajikan pada peta adalah faktor utama yang betul-betul dipertimbangkan dalam pembuatan desain simbol. Pembuatan desain simbol dapat dilakukan jika 'isi' suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan pembuatan peta bersangkutan. Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan pemetaan dan persyaratan pemakai peta, juga perlu dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu :
o    tersedianya dan kebenaran data untuk pemetaan;
o    hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang digunakan;
o    fasilitas teknik reproduksi yang tersedia;
o    kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan pasar.

(b)  Karakteristik geo-data
Sesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk maksud desain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data spasial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat dibedakan menjadi empat dasar/katagori yaitu :

● Karakteristik planimetrik
Informasi permukaan bumi didefinisikan dalam bentuk titik, garis, atau luas yang keadaannya relatif sesuai dengan skala peta. Karakteristik planimetrik pada pembuatan desain simbol disajikan dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.

Tingkat ukuran
Data dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala interval dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada hirarki yaitu, kualitatif - kelas - kuantitatif.

-          Data nominal
Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya sekolah, bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.
  
-          Data ordinal
Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan muda. Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.

-          Data interval dan rasio
Suatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil sembarang, artinya perbandingan suatu harga tidak mempunyai arti yang se-benarnya; sedang pada ukuran ratio, titik permulaannya adalah mutlak (harga sebenarnya).  

● Struktur dari organisasi data
Struktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data. Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan. Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian beberapa sub katagori lagi. Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual dengan suatu katagori tertentu.

Karakteristik data lainnya
Sesudah data dianalisis untuk karakteristik planimetrik, tingkat ukuran dan struktur data, pada dasarnya pemilihan simbol sudah mulai dapat ditentukan. Untuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung dan hasil perkiraan (interpolasi); pada desain simbol, perbedaan data tersebut disajikan dengan garis penuh dan garis putus-putus.

(c)  Persyaratan peta
Pembuatan desain simbol dapat berbeda tergantung untuk keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan, ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah, umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan dalam persepsi.

Pemilihan antara pemakaian simbol piktorial atau simbol geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan kelompok pemakai. Simbol piktorial umumnya lebih jelas dan lebih mudah untuk dikenal, tetapi sering memerlukan ruang yang luas dipeta, dan penempatan lokasinya tidaklah tepat dari segi ketelitian. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta akan mempengaruhi desain simbol yang akan dibuat, sebagai contoh :
o    apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan (Atlas) atau pada jarak tertentu (peta dinding) ;
o    apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang cepat dalam mempelajari suatu peta ;
o    apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau pada penyinaran dengan iluminasi khusus.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari suatu simbol yang akan dibuat.



 Perbedaan Warna Peta Dinding dan Atlas
(http://peterbird.name/publications/2003_PB2002/PB2002_wall_map.gif )

(d)  Variabel pandang
Variabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol yang akan mewakili suatu unsur di permukaan bumi, perlu dipelajari terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu peta.

Di dalam membuat disain peta, maksud dan tujuan  pembuatan peta merupakan faktor yang penting, sehingga faktor-faktor yang utama harus tampak secara grafis sebagai citra latar depan, sedangkan unsur-unsur pendukung tampak sebagai citra latar belakang. Unsur-unsur yang berhubungan langsung dengan maksud dan tujuan peta harus lebih ditonjolkan dibanding unsur-unsur pendukungnya.Tingkat kejelasan ini dipengaruhi oleh penggunaan kontras warna, tebal tipisnya garis yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur seperti jalan, kontur, sungai.

Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang, umumnya dinyatakan dalam :
-          bentuk (shape)
-          ukuran (size)
-          orientasi (orientation)
-          harga (value)
-          tekstur (texture)
-          warna (colour)

Bentuk (shape)
Gambaran dari suatu unsur/obyek yang dipetakan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, mulai dari bentuk geometrik yang sederhana seperti segi empat, segi tiga, lingkaran sampai ke bentuk-bentuk yang cukup kompleks. Untuk unsur garis dan area/luas, bentuk penyajian tidak dalam bentuk geometrik melainkan dalam bentuk komponen-komponen grafis.

Variasi dari bentuk dapat berupa garis dan luas/areal. Pengertian bentuk dalam garis bukanlah bentuk secara keseluruhan dari gambar itu sendiri, melainkan bagaimana bentuk simbol yang melukisakan gambar tersebut; jadi bentuk simbol yang melukiskan gambaran suatu unsur dapat berbeda-beda, ada garis yang bentuknya zig – zag, ada juga yang ‘smooth’.

Ukuran (size)
Variabel ukuran dapat diketahui dari dimensi simbol; variabel ini mudah dikenal karena ukuran akan memberi gambaran tentang suatu besaran/jumlah. Untuk simbol garis, variabel ukuran mengacu pada lebar/tebal dari garis, dan tidak pada ukuran panjangnya; sedang untuk simbol luas, ukuran mengacu pada pengulangan titik atau garis yang disajikan, tidak pada ukuran areanya.

Orientasi (orientation)
Variabel orientasi mengacu pada arah dari simbol yang disajikan. Umumnya, orientasi ini disajikan pada bentuk-bentuk yang tidak reguler, sebab pemakaian bentuk reguler seperti lingkaran, empat persegi panjang, belah ketupat akan sulit mengetahui arahnya. Orientasi hanya dapat digunakan sebagai suatu metode differensiasi diantara simbol titik, sebab mempunyai panjang yang pasti dan sumbu yang pendek. Untuk simbol garis dan area, elemen orientasi membentuk garis dan area sesuai dengan unsur yang diwakilinya.

Harga (value)
Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain. Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan dengan warna tua. Pemakaian prosentase screen tidaklah selalu proporsional dengan screen yang dipakai, artinya, untuk menyatakan suatu daerah A yang jumlah penduduknya 2 kali dibandingkan dengan daerah B, tidak selalu prosentase screen yang dipakai didaerah A adalah 2 kali dari daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel pandang dapat digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan luas.

● Tekstur (texture)
Tekstur sebagai variabel pandang dapat untuk memahami bermacam-macam ukuran dari suatu harga yang tetap. Macam-macam bentuk tekstur dapat diatur melalui teknik reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi ukurannya dapat berbeda.

 Warna (colour)
Variabel pandang untuk warna dapat dibedakan atas tiga hal yaitu :
-       corak (hue), berkaitan dengan jumlah warna yang tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna dengan warna lainnya. Corak secara sederhana bisa diartikan sebagai nama/ragam warna; lebih spesifik corak adalah warna yang dipantulkan atau ditransmisikan oleh obyek, contoh warna yang disebut merah, hijau, kuning, dan seterusnya.

-        harga (value), berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang terjadi semakin tinggi. Harga adalah nilai gelap terang warna yang biasanya dinilai dengan ukuran persen, dimana 0% sama dengan hitam, dan 100% sama dengan putih. Sebagai contoh, warna hijau mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan warna coklat.

-     kejenuhan (saturation), berhubungan dengan reaksi manusia dalam melihat suatu warna. Kejenuhan dapat diartikan pada tingkat kemurnian warna (kadang disebut juga sebagai chroma), dimana nilainya dihitung dari berapa banyaknya warna abu-abu yang terdapat pada warna dengan satuan%. Kejenuhan 0% berwarna abu2 (desaturated) dan 100% menjadi warna yang sangat murni/cerah (saturated). Ada suatu warna tertentu yang dapat menimbulkan reaksi terhadap mata manusia, padahal warna bersangkutan mempunyai 'harga' yang tinggi. Warna bersangkutan disebut sebagai warna yang berkurang kejenuhannya (misalnya warna kuning).

Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan berkurang kejenuhannya.

(e)  Tingkat persepsi pandang
Aturan untuk desain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan pengguna peta, seperti halnya belajar berbicara dan mengerti, sebagai contoh belajar bahasa di sekolah. Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat bersama pengguna peta. Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol :

o Asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya.

Pengertian persepsi asosiatif dikaitkan dengan masalah spontanitas. Pada suatu penyajian unsur (simbol), variabel yang membentuk simbol tersebut  mungkin saja berbeda-beda, tetapi secara keseluruhan simbol yang digunakan akan terlihat homogen. Setiap kelompok meskipun terdiri dari bermacam-macam simbol, secara keseluruhan dapat dikatakan mewakili atau memperlihatkan sesuatu unsur.

o  Selektif, simbol-simbol dapat divisualkan dalam tingkatan grup.
Jenis persepsi selektif dapat memperlihatkan perbedaan yang cukup jelas dari suatu unsur (simbol), sehingga dengan mudah dapat dibedakan oleh mata. Persepsi selektif dapat diperlihatkan dalam bentuk ukuran, harga atau kerapatan. Warna merupakan salah satu cara terbaik untuk memperlihatkan hal selektif tersebut.

o  Tingkatan/kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas.
Pada persepsi tingkatan, kesan akan suatu bayangan yang lebih penting dari bayangan lain akan segera ditangkap oleh mata. Sebagai contoh, simbol yang menggunakan warna hitam akan memberikan kekontrasan maksimum dibandingkan dengan warna abu-abu bila latar belakangnya warna putih; dalam hal ini dikatakan bahwa warna hitam memberi kesan yang lebih kuat daripada warna abu-abu. Persepsi menurut tingkatan ini dapat memberikan kesan yang baik untuk hal harga dan ukuran, tetapi tidak untuk bentuk dan orientasi.

Warna juga masuk dalam persepsi tingkatan, hanya saja persoalannya agak kompleks. Pada prinsipnya persepsi tingkatan dapat dilihat dalam hal warna warna muda, tua, lebih tua, atau dari warna yang lembut (soft) ke warna-warna yang keras (bright). Pemakaian yang paling sering adalah pada peta tematik chropleth yang menggambarkan suatu harga (density) dari warna yang muda sampai dengan warna yang tua secara relatif.

o Kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih).
Kesan yang diperoleh pada persepsi kuantitatif adalah suatu harga yang absolut. Mata dengan segera dapat menaksir suatu bagian mempunyai harga yang lebih besar dibandingkan dengan bagian yang lain. Jika diketahui harga satuan, maka harga-harga yang lain akan  mudah diketahui; inilah yang dimaksud dengan persepsi kuantitaif.

Dari karakteristik geo-data dan isi peta, langkah untuk memilih variabel pandang dibuat melalui tingkat persepsi pandang yang pada akhirnya akan memenuhi syarat dari suatu peta. Cara ini sebagai dasar pada pembuatan disain simbol untuk menyatakan bahwa informasi yang disajikan pada suatu peta adalah benar, dan merupakan jawaban yang saling berkaitan dengan kegunaan peta, isi peta, karakteristik geodata, yang memerlukan syarat satu atau lebih tingkatan khusus dari persepsi.


(f)  Aspek fisik dan psikologi
Pada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya. Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan desain simbol.

Aspek fisik dan psikologi tidak bisa lepas bagi disainer peta di dalam menciptakan simbol-simbol peta. Warna-warna dominan unsur-unsur muka bumi yang akan disajikan pada sebuah peta akan memberikan inspirasi di dalam pembuatan simbol yang berkaitan juga dengan warna yang akan digunakan. Keadaan fisik di lapangan secara psikologi juga akan mempengaruhi di dalam pemilihan warna yang untuk mewakili unsur muka bumi; sebagai contoh unsur tumbuh-tumbuhan akan diwakili oleh simbol warna hijau dengan pola (pattern) berbentuk tumbuh-tumbuhan,


(g)  Standar dan konvensi
Warna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk tumbuh-tumbuhan. Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta.

Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu dapat secara bebas mendisain suatu simbol; atau dengan perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama. Diharapkan tidak akan terjadi perbedaan atau konflik antara simbol yang telah standar dengan simbol yang didisain mengikuti analisis logikal dari beberapa faktor yang telah dipertimbangkan.


(h)  Produksi dan aspek biaya
Kartografer dalam merencanakan suatu disain simbol harus juga mempunyai pengetahuan mengenai teknik produksi, baik dalam hal kemungkinan dan ketidak mungkinannya, serta juga konsekuensi dari pemilihan simbol dalam kaitannya dengan biaya produksi, termasuk reproduksi kartografi dan pencetakan peta. Tidaklah ada artinya mendisain suatu simbol jika produksi dan reproduksinya menyebabkan masalah besar sehingga mengakibatkan bertambah tingginya biaya produksi. Jika aspek biaya tidak mempengaruhi suatu anggaran, disain simbol akan mudah dalam bentuk peta multi warna, paling tidak empat warna dan kemungkinan lebih warna cetak. Batas jumlah warna umumnya mempunyai efek positif pada produksi dan biaya pencetakan. 

WARNA

Penggunaan warna pada pembuatan sebuah peta sangatlah penting artinya. Warna berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain. Kekuatan warna bisa memberikan efek psikologis kepada semua orang yang melihatnya. Pada pembuatan peta, warna selalu dikaitkan dengan pemakaian simbol-simbol kartografis yang mewakili unsur-unsur muka bumi, sehingga memungkinkan pembuat peta untuk antara lain:
-    memperlihatkan detil yang lebih banyak;
-    mengembangkan desain serta penyajian;
-   menimbulkan reaksi psikologi bagi pengguna peta, sehingga unsur di peta akan lebih cepat dikenal (misalnya biru mewakili unsur air).

Ada beberapa properti umum dari warna yakni corak (hue), kejenuhan (saturation), dan harga (value, kadang disebut juga brigthness/lightness). 0% sama dengan hitam, dan 100% sama dengan putih. Setelah melihat beberapa properti umum warna, maka yang juga perlu diketahui adalah model warna yang umumnya dibedakan atas 2 model dasar (hal ini sangat perlu untuk diketahui oleh disainer visual):

● Model pertama warna adalah additive color model (warna aditif) yaitu model warna yang didasarkan dari pencampuran warna berdasarakan emisi cahaya(model ini digunakan oleh media-media elektronik); model ini dikenal dengan istilah RGB (Red, Green, Blue) Color System

Warna Aditif

Pada model ini pencampuran warna Red Green dan Blue akan menghasilkan warna putih (hal ini yang menjadikan warna putih sebagai warna yang kaya spektrum warna, karena merupakan gabungan dari spektrum-spektrum cahaya.

● Model kedua disebut sebagai subtractive color model (warna substraktif) yaitu merupakan warna yang didapat dari pencampuran warna berdasarkan media tinta pada kertas. Model ini disebut juga dengan istilah CMYK (Cyan Magenta Yellow Black) color system


Warna Substraktif

Pada sistem ini pencampuran warna CMYK akan menghasilkan warna hitam (dalam konteks cahaya, hitam tidak merupakan sebuah spektrum cahaya melainkan hitam berarti tidak ada spektrum cahaya atau lawan dari putih yang memuat semua spektrum warna). Sistem CMYK digunakan untuk proses cetak mencetak dengan media kertas.

Membahas warna untuk disain simbol peta tidak lepas dari pembahasan tentang psikologi warna di dalam disain grafis, karena keduanya mempunyai efek dasar yang sama, baik untuk produk yang dicetak ataupun visualisasi pada media monitor komputer. Warna untuk simbol peta topografi pada dasarnya ada keterbatasan karena adanya suatu perjanjian atau conventional sign, hal tersebut mengingat pada umumnya peta dasar nasional selalu mengacu pada conventional sign yang telah ada. Untuk peta tematik, pemilihan warna untuk sebuah disain  simbol yang mewakili sejumlah data dan informasi akan sangat berpengaruh pada produk akhir sebagai daya tarik bagi pengguna peta; contohnya, pemilihan warna dan simbol pada peta pariwisata.

Pemilihan Warna Simbol Peta

Warna memiliki dampak yang besar pada interaksi manusia,  disain grafis yang dibuat jika tidak positif maka negatif. Menurut Mursch (peneliti unsure manusia), warna dapat menjadi alat yang kuat untuk memperbaiki kedayagunaan dari sebuah tampilan informasi dalam keragaman bidang yang luas jika warna digunakan secara benar. Sebaliknya, ketidak cocokan penggunaan warna benar-benar akan dapat mengurangi fungsionalitas dari sistem tampilan.

Pemilihan warna untuk sebuah simbol peta merupakan hal yang penting di dalam pembuatan disain peta. Variabel pandang untuk warna simbol peta dibedakan atas corak, harga, dan kejenuhan. Ketiga variabel pandang tersebut diperlukan di dalam pembuatan disain simbol peta, mengingat data yang disajikan pada sebuah peta bisa dalam bentuk data kualitatif dan data kuantitatif. Penggunaan warna yang layak akan dapat  mengkomunikasikan fakta dan ide lebih cepat dan lebih baik kepada pengguna.


Kesederhanaan adalah penting dalam pembuatan disain peta berwarna; ada kesederhanaan yang berkaitan dalam warna yang seharusnya digunakan ketika mengembangkan disain. Empat warna utama secara fisiologi adalah merah, hijau, kuning dan biru; warna-warna ini mudah dipelajari dan diingat. Dengan menyertakan makna yang intuitif dan praktis kepada warna yang sederhana ini ketika membuat disain peta, kartografer akan meningkatkan pengembangan model batin yang efektif pada pengguna. Warna dapat juga membantu mengembangkan kemampuan kerja, model mental yang efisien jika petunjuk ini diikuti yaitu kesederhanaan, konsistensi, kejernihan dan bahasa warna.



TATA LETAK PETA

Tata letak suatu peta merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan pada pembuatan suatu peta. Pengertian disain tata letak peta dapat dibedakan atas tata letak peta dalam kaitan dengan suatu seri peta (series lay out) dan tata letak yang berkaitan dengan bagian-bagian dari satu lembar peta (margin lay out). Suatu seri peta umumnya dibuat jika sebuah negara akan membuat peta dasar nasional; untuk itu perlu dibuat disain dari seri petanya yang berkaitan dengan ukuran lembar peta serta sistem penomorannya. Pengertian margin lay out adalah bagaimana membuat suatu disain tata letak peta untuk isi petanya, baik ukuran lembar petanya, maupun cara penempatan informasi dan legenda peta yang berkaitan dengan isi peta.

Untuk menghasilkan sebuah tata letak peta yang baik, perlu diperhatikan lima sasaran yang masing-masing akan dapat memberikan konsiderasi didalam penilaian keberhasilan tata letak peta, yaitu :
  • kejelasan
Informasi pada suatu peta sebaiknya disajikan dalam keadaan baik, jelas, serta tidak mempunyai arti yang       berbeda antara satu peta dengan peta yang lain.
  • layak
Kelayakan suatu tata letak mengacu pada logika suatu peta; apakah beberapa elemen peta seperti legenda, judul peta, sudah diletakan sesuai dengan logik hubungan antara satu elemem dengan elemen lainnya.
  • keseimbangan visual
Pada peta, setiap elemen yang disajikan mempunyai suatu bobot tertentu. Peletakan bobot tersebut harus dapat di-distribusikan dengan pantas/sesuai (disekitar pusat pandang atau diatas pusat utama), atau peta akan kelihatan lebih berat keatas, bobot pada satu sisi, atau tidak seimbang.
  • kekontrasan
Kekontrasan tata letak peta mengacu kepada perbedaan antara terang dan gelap dari suatu warna yang digunakan, tebal dan tipisnya garis yang ditampilkan, serta berat dan ringan suatu bobot dari elemen yang disajikan.
  • kesatuan
Kesatuan suatu tata letak peta mengacu kepada hubungan antara pemilihan dan penempatan huruf, kegunaan peta, skala peta, penyajian simbol, dan reproduksi. Sebagai contoh, teks suatu nama harus jelas walaupun dilatarbelakangi oleh suatu warna atau bayangan; dengan lain perkataan, kesatuan suatu peta harus terlihat sebagai satu unit yang tidak terpisahkan, bukan merupakan seri yang tidak berhubungan satu sama lain atau terpotong-potong.


Proses pembuatan suatu tata letak peta untuk peta yang spesifik akan memerlukan sejumlah kreativitas dari seorang kartografer. Kreativitas yang diperlukan bukanlah merupakan suatu proses yang linier, sebagai contoh, seringkali adanya perubahan pada saat awal pembuatan suatu tata letak peta bila produk peta akan dihasilkan. Perbedaan yang terjadi berkaitan kepada rencana dari elemen peta yang sering melibatkan pada pemilihan estetika; ini khusus untuk kasus pembuatan satu jenis peta (misalnya peta tematik). Untuk pembuatan suatu seri peta seperti peta topografi harus mempunyai satu tata letak peta yang pasti. Pembuatan tata letak peta sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.



Proses pembuatan desain tata letak peta

Pada pembuatan tata letak suatu peta, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

● Elemen peta
- Ukuran dan bentuk area: bagi pembuat peta ukuran dan bentuk area dari sebuah peta dipengaruhi oleh skala peta yang akan dihasilkan, apakah merupakan sebuah seri peta atau peta suatu daerah yang tidak berseri peta.

- Informasi peta: pada sebuah peta, informasi peta dipengaruhi juga oleh skala peta  dan seri peta; jika merupakan seri peta, maka semua peta dalam satu seri peta mempunyai informasi peta yang sama.

- Kerangka peta: kerangka peta berkaitan dengan ukuran dan bentuk peta, jika merupakan sebuah seri peta, maka kerangka peta akan sama untuk semua peta dalam satu seri peta.

● Kegunaan peta
- isi peta: bagi pemakai peta, suatu peta diharapkan dapat memberikan informasi pada setiap unit dari area di permukaan bumi.

- ketelitian atau skala peta: kegunaan suatu peta dan kepadatan isi peta sangat tergantung pada pemilihan skala peta; derajat ketelitian suatu peta proposional dengan skala peta.

- sistem referensi: informasi sistem referensi sangat diperlukan untuk dapat mengetahui tingkat kebenaran data yang terdapat di peta; informasi sistem referensi biasanya disajikan pada garis tepi peta.

● Kendala produksi peta
- produksi: perlu diketahui kapabilitas teknik dan fasilitas yang tersedia untuk keperluan proses kartografi, reproduksi dan pencetakan (apakah mampu untuk mencetak peta berwarna atau hanya hitam putih).

- pemakai peta: perlu diketahui persyaratan pemakai peta seperti ukuran lembar peta, kepadatan informasi yang diperlukan, bahasa yang digunakan.

- pemasaran: survei pemasaran yang baik akan memberikan indikasi jumlah lembar peta yang dicetak serta harga penjualan per lembarnya.

● Estetika
- tampilan: tampilan suatu peta yang akan diproduksi dipengaruhi oleh 'trend' yang ada pada saat pembuatan peta.

- cita rasa: bagaimana seorang perancang peta mendesain suatu peta agar peta yang dihasilkan memenuhi keinginan pemakai peta.

Berdasarkan hal diatas, proses pembuatan tata letak peta hanya dapat dimulai setelah jelas :
-          apa maksud dari pembuatan peta;
-          siapa pemakai peta;
-          apa topik atau tema dari peta yang akan dibuat;
-          berapa skala peta dan bagaimana format petanya;
-          bagaimana peta bersangkutan akan diproduksi.

Tata Letak Lembar Peta

Suatu seri peta terdiri dari sejumlah lembar peta yang susunan letak lembar petanya diatur dan disesuaikan dengan bentuk daerah yang akan dicakup pada seri peta tersebut. Semua lembar peta yang dihasilkan haruslah tepat posisinya antar satu lembar peta dengan lembar peta lainnya, dan ukuran setiap lembar petanya selalu sama. Pada suatu seri peta, dimungkinkan adanya pertampalan (overlap) antara satu lembar peta dengan lembar peta lainnya, tetapi akan mempunyai konsekuensi pada saat pembuatan lembat petanya yaitu jika terjadi revisi pada daerah yang bertampalan; pekerjaan revisi harus dilakukan pada dua lembar peta yang bersebelahan.

Pada keadaan khusus, dalam satu seri peta dapat dibuat ukuran lembar peta yang berbeda dengan ukuran lembar peta lainnya. Sebagai contoh, apabila pada suatu seri peta terdapat beberapa lembar peta yang hanya mencakup suatu bagian kecil dari daerah yang dipertakan, misalnya sebagian kecil daratan sedang bagian terbesar adalah laut. Untuk kasus demikian, bagian lembar yang hanya mencakup daerah yang sangat kecil tersebut dapat digabungkan dengan lembar yang bersebelahan, sehingga tidak perlu dibuat dua lembar peta dengan ukuran yang sama, tetapi dapat dibuat satu lembar peta dengan ukuran yang khusus atau berbeda dengan ukuran lembar peta lainnya; pembuatan lembar khusus tersebut tetap haruis memperhatikan ukuran dari alat reproduksi yang akan digunakan.

Tata Letak dari Satu Bagian Lembar Peta

Satu bagian lembar peta mempunyai tata letak yang sama untuk semua satu seri peta. Satu bagian lembar peta dapat dibedakan atas:
-          muka peta;
-          informasi batas peta;
-          informasi tepi peta;

Desain tata letak peta

-          Muka Peta
Muka peta adalah bagian dari peta yang menyajikan daerah yang dipetakan, dibatasi oleh garis tepi peta yang bisa dalam bentuk garis grid atau garis gratikul (tergantung skala peta yang dibuat). Ukuran dari muka tergantung juga dari skala peta yang akan dibuat, untuk peta-peta skala besar (dari peta skala 1:1.000 sampai dengan 1:5.000), umumnya ukuran muka peta adalah sekitar 60 X 70 cm; sedang untuk peta dasar nasional yang dibuat oleh Bakosurtanal, ukuran muka peta sesuai dengan standar yang telah ditentukan, misalnya 15’ X 15’ untuk peta skala 1:50.000.

Untuk peta skala besar, setiap ujung muka peta akan disajikan koordinat kartesian yang besarannya selalu dalam bentuk bulat, misalanya koordinat (250.000 m ; 450.000 m).  Pada peta dasar nasional yang dibuat oleh Bakosurtanal, koordinat yang disajikan adalah koordinat geografis dan koordinat kartesian, walaupun garis tepi peta dalam bentuk gratikul. Koordinat geografis yang disajikan pada ujung-ujung muka petanya sesuai dengan penomoran lembar petanya.

-          Informasi Batas Peta
Informasi batas peta memberikan data yang berkaitan dengan muka peta, umumnya data yang disajikan pada informasi batas peta adalah angka-angka dari data koordinat yang daerahnya berada di bagian muka peta, arah jalan/kota yang datanya berhubungan dengan lembar peta bersebelahan.

-          Informasi Tepi Peta
Informasi tepi (marginal information) dari suatu peta adalah bagian dari lembar peta yang memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan isi peta, sehingga pemakai peta dapat mengevaluasi dan menginterpretasi peta bersangkutan. Untuk peta topografi, data yang disajikan pada informasi tepi telah ditetapkan dan disetujui secara internasional.

Dalam mengatur letak data pada daerah informasi tepi tersebut sangatlah penting diperhatikan segi keindahan (estetika) dan keseimbangan letak. Suatu tata letak peta yang baik akan memberikan kesan baik pula pada peta secara keseluruhan. Ruang yang tersedia untuk daerah informasi tepi tergantung dari ukuran muka peta dan ukuran peta keseluruhan. Dari bentuk muka peta akan dapat terlihat pada daerah mana (sebelah kanan atau bawah) informasi tepi sebaiknya diletakkan.


Keseimbangan visual

Pada pembuatan tata letak peta, terdapat tiga alternatif disain grafis untuk memberikan keseimbangan pada tampilan petanya yaitu :

▪ Keseimbangan simetris. Pada cara ini, posisi dari informasi tepi peta simetris atau terletak dibawah muka peta, sedang judul peta terletak diatas muka peta; keterangan atau legenda diletakan sepanjang daerah informasi tepi.

▪ Keseimbangan informal. Pada cara ini, posisi informasi tepi dan judul peta sama dengan cara keseimbangan simetris; perbedaan terdapat pada penempatan keterangan atau legenda yang posisinya lebih ke satu tempat yaitu di sebelah kiri dari daerah informasi tepi.

▪ Keseimbangan berdasarkan bentuk grid. Pada cara ini, tata letak peta mengacu pada bentuk grid, posisi informasi tepi berada di sebelah kanan dan bawah dari muka peta.




TEKS

Huruf-huruf, angka, kata, frasa adalah sebuah teks pada wajah peta yang dapat memperdalam pemahaman tentang cara-cara penempatan nama-nama geografis yang elemen grafis lainnya (misalnya, warna) tidak bisa disajikan. Sebagian besar peta yang ditemui, baik di media cetak atau online, tergantung pada teks agar mendapatkan seluruh pesan yang disampaikan. Tanpa suatu teks, sebagian besar visualisasi  peta yang disajikan akan tampak seperti gambar-gambar dari informasi grafis saja.
Teks kartografis juga dapat memberikan ekspresif tujuan estetika bahwa dampak 'tampilan dan nuansa' peta sangat diperlukan pada sebuah visualisasi muka bumi. Dengan kata lain, teks dapat membangkitkan emosi pembaca peta, mengandung arti berbagai pesan peta dan tema, atau digunakan untuk menciptakan atau memperkuat identitas grafis. Misalnya, kualitas estetika tipe nama suatu tempat (penempatan namanya memanjang untuk suatu area yang luas) dan pemilihan huruf serta teknik penyajiannya (kelengkungan lembut label kota pantai).
Teks pada peta bila dibandingkan dengan teks yang ada pada buku, memiliki beberapa sifat khusus. Teks pada peta terdiri dari kata-kata individual (bukan dalam bentuk kalimat) yang kadang-kadang tidak begitu familiar, spasinya lebih lebar antara huruf-huruf dibanding yang biasa ada di buku. Nama-nama di peta tidak selalu horisontal, tidak selalu ditempatkan secara rapi dalam garis, serta style dan ukurannya bisa berbeda-beda. Untuk semua alasan-alasan ini, teks pada peta memeiliki beberapa persyaratan khusus.

Teks pada sebuah peta sangat diperlukan karena banyak yang berpendapat bahwa peta tanpa teks adalah sesuatu yang tidak mungkin, sebab jika demikian halnya maka produk yang dihasilkan hanya memperlihatkan bentuk grafis atau citra. Teks memungkinkan pengguna peta untuk mengidentifikasi daerah yang dipetakan, penggunaan simbol, skala peta, serta referensi yang digunakan. Informasi permukaan bumi pada suatu peta diperlihatkan melalui teks pada muka peta dan informasi tepi di sekeliling peta.

Salah satu komponen utama yang memberikan kontribusi penyajian visual pada peta adalah teks, disamping pemakaian simbol titik, garis dan luas. Suatu desain peta harus memperhitungkan semua aspek yang berhubungan dengan teks (dikenal sebagai desain tipografis), artinya memperhatikan hubungan antara pemilihan huruf serta penempatan nama dengan simbol yang disajikan, dan penyajian secara keseluruhan dari peta itu sendiri.

Pada peta umumnya, teks berkaitan dengan unsur lain, tanpa kecuali dengan simbol titik, garis dan luas, seperti halnya nama sungai berkaitan dengan simbol garis, atau nama suatu tempat berkaitan dengan simbol titik. Suatu lembar peta umumnya berisi puluhan bahkan ratusan nama-nama geografis yang dalam penyajiannya, selain mengacu pada nama geografi yang benar (toponymy), juga mempertimbangkan teknik serta estitika dalam penempatan teksnya.

Menggali lebih dalam, akan ditemukan berbagai macam tujuan untuk teks kartografi. Pada dasarnya teks pada suatu peta bukanlah sekedar untuk penamaan geografis saja, tetapi lebih memberikan gambaran dari kondisi geografis yang terdapat pada sebuah peta.  Sebagai contoh, label peta dapat mencerminkan karakter geografis (misalnya, label sungai melengkung), memastikan lokasi tempat (misalnya, label negara tersebar di dalam batasnya), menjelaskan ruang (misalnya, ukuran panjang).

Teks-teks pada suatu peta harus mudah diidentifikasi dan mudah dibaca, bahkan jika jarak spasi yang digunakan lebih lebar. Sebenarnya memungkinkan pula bagi style huruf yang dipilih dibedakan melalui perbedaan ketebalan dan ukuran. Jika persyaratan-persyaratan dapat dipenuhi, persyaratan berikutnya bagi seleksi tipe huruf adalah sebagai berikut:
  • teks-teks tersebut mampu menempatkan hierarki (membedakan antara obyek yang lebih dan kurang penting atau kategori obyek);
  • teks-teks tersebut mampu menujukkan perbedaan yang sifatnya nominal (antara kategori-kategori yang berbeda);
  • harus mungkin menggunakan teks-teks tersebut untuk menghubungkan obyek-obyek titik, garis, dan luas.
Selain hal tersebut diatas, perlu diperhatikan juga masalah legibility yaitu tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
1. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.


Bentuk huruf seif
(http://id.wikipedia.org/wiki/berkas)


2. Penggunaan warna, huruf dan warna pada sebuah peta mempunyai hubungan dengan warna simbol yang digunakan; sebagai contoh, untuk unsur sungai, warna huruf adalah biru.

3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari, untuk sebuah peta, disarankan dipilih bentuk huruf yang sering diguanakan pada kebanyakan peta, misalnya huruf serif. 

Keterbacaan adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:

  1. Jenis huruf yang digunakan, untuk semua peta yang merupakan satu seri peta, jenis huruf yang digunakan untuk semua unsur yang terdapat dipeta haruslah sama dan mudah dibaca oleh pengguna peta.
  2. Ukuran huruf yang digunakan, pada sebuah peta ukuran huruf dibedakan berdasarkan hirarki dari sebuah unsur yang disajikan pada sebuah peta, misalkan huruf nama kota untuk ibukota propinsi berbeda dengan nama kota untuk ibu kota kabupaten.
  3. Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, perataan, pengaturan penempatan huruf untuk suatu unsur di peta mempunyai aturan tersendiri.
  4. Kontras warna terhadap latar belakang, warna huruf harus mempunyai warna yang kontras dengan latar belakang unsur yang disajikan, umumnya huruf pada peta menggunakan warna hitam.
Untuk dapat mengerti aplikasi dari tipe huruf, variabel tipografis, dan karakteristik persepsi, seseorang harus mempunyai pengertian dasar terminologi tipografis. Empat bentuk dasar karakter tipografi adalah :
1.     huruf
2.     angka
3.     tanda baca
4.     simbol.

Bagi seorang tipografer, dengan menggunakan salah satu dari empat bentuk dasar, mereka harus mampu menginterpretasikan atau mendisain suatu penampilan yang sama. Pada komputer, keempat bentuk dasar karakter tersebut dikenal sebagai ’typeface’ atau juga dikenal sebagai ’font’. Secara tradisional, pengertian ’font’ adalah satu set karakter atau simbol yang saling sama corak dan ukurannya.

Corak tipe yang merupakan bentuk variasi visual dari dasar typeface untuk membuat suatu tingkatan, merupakan suatu hal yang penting khususnya untuk pembuat peta, sebab dengan adanya corak tipe dapat diaplikasikan penciptaan urutan, tingkatan dalam teks. Empat dasar dari corak tipe, seperti yang terdapat di perangkat lunak komputer, adalah :

  1. huruf tegak (plain upright) - disebut juga normal, roman atau medium, sebagai contoh Cirebon,
  2.  huruf tegak tebal (bold upright), sebagai contoh JAKARTA.
  3. huruf miring (italic), sebagai contoh Ci Liwung.
  4. huruf miring tebal (bold italic), sebagai contoh Laut Jawa.

Klasifikasi Teks

Teks pada suatu peta akan memberikan informasi yang mencakup nama geografis dari unsur muka bumi yang dipetakan. Studi mengenai nama-nama geografis merupakan topik penting pada kompilasi kartografi. Penggunaan teks pada suatu peta jika ditinjau berdasarkan maksud penggunaan teks dapat diklasifikasikan atas :
● teks desainatif (penggunaan teks untuk mencerminkan unsur yang tergambar pada muka peta)
- naratif
penggunaan teks untuk memberikan indikasi nama aktual geografis dari suatu obyek yang lokasinya disajikan dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.

- diskriptif
penggunaan teks untuk suatu obyek yang mempunyai nama tambahan bagi pemilikan suatu tempat/lokasi tertentu, misalnya nama Tempat Peristirahatan pada suatu jalur transportasi.

- fungsional
penggunaan teks untuk memberikan indikasi suatu lokasi yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan umum, misalnya Rumah Sakit, Pusat Olahraga.

● teks analitikal (digunakan diluar unsur yang digambarkan dan terhubung ke pemakai peta dengan atribut unsur atau interpretasi yang berbasis pada hubungan antar unsur).
- konfirmatif
penggunaan teks untuk memberikan tambahan informasi mengenai hubungan spasial, atau menyebutkan satu persatu dari ukuran atau hitungan grafis. Contoh, jarak antara dua kota pada suatu peta jalan, besar sudut dan jarak dari batas pemilikan tanah pada peta kadaster.

- determinatif
penggunaan teks dalam bentuk angka yang memberikan informasi mengenai data absolut hasil pengukuran langsung. Misalnya, peta choropleth yang memperlihatkan tingkatan kelas; diindikasikan data harga aktual dengan bilangan numerik.

- referensi
Setiap peta selalu mempunyai skala peta, sehingga ada kemungkinan suatu nama lokasi tidak mungkin dicantumkan pada muka peta akibat keterbatasan ruangan. Untuk itu dibuat suatu teks (misalnya angka) yang menunjukan hubungan antara unsur yang ada di peta dengan data yang ada di informasi tepi. Misalnya pada muka peta suatu lokasi di beri nomor 9, maka pada informasi tepi nomor sembilan dijelaskan nama lokasi bersangkutan.

● Teks posisional (digunakan menjelaskan posisi, pada ruang dan atau waktu dari suatu obyek atau kejadian)
- ukuran
Ukuran relatif dapat di indikasikan dalam bentuk teks berdasarkan pengukuran, tetapi tidak dapat disajikan pada muka peta, tetapi disajikan pada daerah informasi batas. Contoh, pada arah suatu jalan di batas garis tepi peta, diberikan angka 30 km. Untuk menuju suatu tempat tertentu.

- temporal
Teks yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai suatu kejadian yang telah lewat. Misalnya mengenai bangunan Monumen Nasional yang diberi keterangan mengenai tahun pembangunannya.

Kriteria Tipe Huruf Untuk Peta

Ada beberapa kriteria di dalam penentuan pemilihan corak huruf untuk dapat digunakan bagi keperluan pembuatan peta. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:


● Persyaratan untuk dapat mengkomunikasikan informasi
Seperti halnya variabel grafis yang dapat dipakai untuk pembuatan simbol titik, garis, dan luas, variabel visual tipografis dibedakan juga atas :



● Kemudahan dibaca
Kemudahan dibaca dari suatu tipe huruf yang digunakan adalah tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

- bentuk dasar dari tipe huruf yang digunakan.
Bagi seorang kartografer tidak semua tipe huruf dapat digunakan untuk pembuatan peta, karena pemilihan suatu tipe huruf dikaitkan dengan mudah tidaknya huruf bersangkutan dibaca oleh seseorang pada suatu muka peta. Untuk menentukan suatu tipe huruf yang mudah dibaca, dilakukan seleksi pada sejumlah tipe huruf dan angka pada beberapa ukuran (5, 7, dan 10 point), kemudian dicetak dengan latar belakang warna abu-abu yang cerah.

- kontras karakter (dalam hal ini latarbelakang)
Teks pada suatu peta selalu dilatarbelakangi warna, hal ini sangat penting sehingga pemilihan suatu corak huruf harus juga dapat dibaca bila dicetak dengan warna latarbelakang.

- resolusi alat keluaran yang digunakan.

Kemudahan didalam membaca sangat dipengaruhi oleh alat keluaran yang digunakan. Suatu peta mungkin berada:

- langsung pada layar monitor
Mudah tidaknya suatu teks dibaca pada layar monitor sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu resolusi dari layar monitornya, tipe dan ukuran layar monitor, kualitas layar monitor, dan kekontrasan antara teks dengan latar belakang. Monitor yang baik memungkinkan aplikasi tipe huruf pada ukuran 5 atau 6 point dan lebih besar, dengan resolusi layar monitor 800 X 600 dpi, serta tergantung pada warna latar belakang teks dan pemilihan corak tipe.

- hasil cetakan dengan beberapa perbedaan teknik pencetakan
Apabila sebuah peta sudah dicetak, sejumlah faktor sudah tidak dibawah kontrol lansung pembuat peta, oleh sebab itu tipe huruf yang dipilih harus mempunyai karakter yang menonjol. Teknik pencetakan (offset, screenprint), resolusi minimal yang diinginkan, dan kualitas dari kertas cetak mempunyai pengaruh langsung pada tipe huruf yang dipilih.

- hasil cetakan dengan alat printer (dot matriks, inkjet atau alat cetak laser)
Pengaruh yang terjadi pada hasil cetakan dengan alat printer adalah sama dengan aspek hasil cetakan dengan alat cetak, makin tinggi resolusi yang digunakan (1200-2400 dpi) makin baik hasil yang diberikan.


Aplikasi Variabel Tipografis

Aplikasi teks secara garis besar adalah untuk penamaan unsur yang ada di peta. Unsur pada suatu peta dapat dibedakan atas unsur buatan manusia dan unsur alam. Seorang tokoh Kartografi, Prof.E.Raisz menyatakan bahwa :
" Lettering should express by its style the nature of the feature, by its size the importance of the feature, by its placement the location and its spacing the extent of the feature "

Secara umum pernyataan tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Bentuk (style) :   menunjukan karakteristik tertentu dari suatu unsur.
-          nama kota menggunakan huruf tegak;
-          nama administrasi menggunakan huruf tegak;
-          nama pegunungan menggunkan huruf miring;
-          nama sungai, laut menggunakan huruf miring.
JAKARTA   JAWA TIMUR Bukit Barisan Ci Tarum 


b. Ukuran (size) :   menandai penting tidaknya suatu unsur.
-          nama ibukota propinsi lebih besar dari nama ibukota kabupaten;
-          nama Samudra lebih besar dari nama laut.
BANDUNG  Cirebon  SAMUDERA HINDIA  LAUT JAWA

c. Penempatan (placement) : menandai tempat/lokasi suatu tempat; perlu diketahui bahwa hanya ada satu tempat untuk satu lokasi
nama BANDUNG untuk lokasi Bandung


d. Rentang (spacing) - menandai seberapa panjang/luas suatu unsur yang diwakili.
-          rentang suatu nama administrasi diatur sedemikian rupa agar luas daerah tercakup.
D   K   I      J   A   K   A   R   T   A


Tulisan diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012.


2 komentar:

  1. Permisi, klo bolehh tanya.. untuk skala 1:5000 objek yg dapat terlihat minimal ukuran brp? bagaimna hitungannya?
    Trims

    BalasHapus
  2. Selamat siang Pak Dwi.
    setelah saya membaca blog bapak, saya ingin meminta referensi pak mengenai standarisasi kartografi nasional yang udah paten. Bisa saya dapat referensinya pak.
    Terimakasih.

    BalasHapus