TANYA
JAWAB
Halaman ini berisi tanya jawab yang pertanyaannya diajukan oleh pengunjung blog Kartografi. Sampai hari ini topik pertanyaan yang muncul adalah berkaitan dengan:
- Pendidikan Teknisi Kartografi (21 Mei)
- Disain Peta Wisata (22 Mei)
- Kartografi dan Teknologi (23 Mei)
- Atlas Sekolah (26 Mei)
- Istilah Peta (3 Juni)
- Pemilihan Jenis Huruf dan Penempatan Nama (6 Juni)
- Pemilihan Warna Untuk Disain Simbol (10 Juni)
PENDIDIKAN TEKNISI KARTOGRAFI
Tanya
Tanya
Saya bekerja di sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang pemetaan, apakah di Indonesia ada pendidikan
khusus Kartografi setara Diploma 1 (D 1), jika ada dimana tempat pendidikannya?
Jawab
Saat ini di Indonesia tidak
ada pendidikan Kartografi setara Diploma 1. Pada tahun 1975 didirikan
pendidikan Kartografi dengan nama Pusat Pendidikan Fotogrametri dan Kartografi
(PPFK), kerjasama antara pemerintah Belanda (ITC) dengan pemerintah Indonesia
(Bakosurtanal). Pendidikan selama satu tahun diselenggarakan oleh Departemen
Teknik Geodesi ITB di kampus ITB. Kerjasama antara pemerintah Belanda dengan
pemerintah Indonesia berlangsung selama lima tahun, dan sejak tahun 1980 PPFK
dilaksanakan melalui kerjasama antara Bakosurtanal dengan ITB. Pusat Pendidikan
Fotogrametri dan Kartografi berakhir pada tahun 1985; jadi sudah 30 tahun tidak
ada lagi pendidikan khusus bidang Kartografi setara Diploma 1. Jika banyak yang
berminat untuk mengirimkan pegawainya, bisa difikirkan untuk kembali menyelenggarakan
pendidikan Kartografi yang setara Diploma 1. Terima kasih. (Bandung 21 Mei)
DISAIN PETA WISATA
Tanya
Tanya
Saya bergerak di bidang
pembuatan peta wisata, dan pada saat ini sudah banyak peta wisata yang
dihasilkan oleh sejumlah perusahaan pada sejumlah kota kunjungan wisata. Jika
diperhatikan, peta wisata yang sudah dihasilkan mempunyai bentuk penyajian yang
beragam. Pada kesempatan ini, saya ingin bertanya, bagaimana tahapan pembuatan
sebuah disain peta wisata, agar peta wisata yang dihasilkan bisa memuaskan
penggunanya.
Jawab.
Sebelum membuat suatu peta Wisata, harus terlebih dulu didefinisikan maksud dan tujuan pembuatan peta wisata tersebut. Pembuat peta wisata perlu mendefinisikan terlebih dahulu maksud dan tujuan dari peta wisata yang akan dihasilkan, sehingga di dalam proses visualisasi, disain dan media yang akan digunakan sudah dapat dipastikan. Adanya definisi maksud dan tujuan pembuatan peta wisata akan memudahkan di dalam melakukan tahapan-tahapan berikutnya.
Sesudah maksud dan tujuan
pembuatan peta wisata didefinisikan, maka sebelum
pembuatan disain peta wisata, ada dua kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu
tahap konsep dan parameter, serta detil di dalam pelaksanaannya. Pembuat
peta wisata perlu memilih topik wisata yang akan disajikan (misalnya wisata
kuliner, wisata belanja, wisata rekreasi, atau gabungan), karena ini berkaitan
dengan konsep peta yang dihasilkan serta parameter apa saja harus diperhatikan,
sehingga akan diperoleh detil yang harus dilakukan di dalam pelaksanannya. Pembuatan
disain peta wisata tidaklah sekali jadi, umumnya dilakukan berulang-ulang
sampai sesuai dengan keinginan dan harapan dari pengguna peta wisata.
Setelah konsep dan parameter
peta wisata sudah didefiniskan, maka tahap pembuatan disain peta wisata perlu
memperhatikan hirarki dan harmonisasi tata letak peta
wisata, simbol, dan warna. Unsur-unsur wisata yang akan disajikan dalam bentuk
simbol dan warna perlu memperhatikan aturan hirarki yang ada di dalam pembuatan
disain peta wisata. Warna yang dipilih untuk simbol peta wisata perlu
memperhatikan harmonisasi warna sehingga akan terjadi keseimbangan diantara
simbol-simbol yang menyajikan unsur-unsur wisata.
Asosiasi antar simbol haruslah memiliki keterkaitan
dengan hirarki yang ada pada konsep pembuatan simbol. Disain peta wisata perlu menentukan ’karakteristik’
yang bersifat geografis dari daerah yang akan dipetakan. Maksud dan tujuan dari
peta wisata merupakan faktor penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut
harus tampak dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung akan
tampak sebagai latar belakang.
Pembuat disain
peta wisata harus menggunakan imajinasi atau daya cipta serta fiksi dan ilusi
kartografis agar data dan informasi unsur-unsur wisata dan latar
belakang yang disajikan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pengguna peta
wisata. Disain peta wisata yang baik serta
memperhatikan juga estitika akan bisa diterima oleh pengguna peta wisata
sebagai pesan komunikasi visual, oleh sebab itu perlu diperhatikan fokus yang
diinginkan oleh pengguna peta wisata.
Pembuat
peta wisata dalam mendisain suatu simbol peta wisata akan memulai dengan
menciptakan bentuk secara keseluruhan, kemudian menyaring atau memilih detil
yang diperlukan. Pemakai peta wisata mungkin tidak mudah untuk membayangkan
suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin kurang mengerti arti
dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian. Sebelum membuat simbol peta wisata, pembuat
peta wisata perlu terlebih dahulu melakukan inventarisasi semua unsur wisata yang
akan disajikan, kemudian melakukan seleksi dan klasifikasi untuk pembuatan
simbolnya.
Disain peta wisata sebaiknya dibuat sesederhana mungkin agar bisa dibaca dan dimengerti oleh pengguna peta wisata. Pembuat disain peta wisata harus berusaha bagaimana produk peta wisata tersebut bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin oleh pengguna peta wisata. Kegiatan tahap disain peta wisata dapat dikatakan selesai ketika peta wisata yang akan dihasilkan mampu melakukan komunikasi visual dengan pengguna petanya. Data dan informasi yang akan disajikan pada sebuah peta wisata dapat menentukan skala peta yang ideal untuk produk akhirnya, hal ini juga berkaitan dengan generalisasi yang akan dilakukan pada unsur-unsur yang akan disajikan.
Sebagai
tahapan akhir pada pembuatan disain peta wisata adalah berkaitan dengan biaya produksi
pembuatan petanya. Berkaitan
dengan proses pembuatan peta wisata, perlu juga ditentukan metode serta
teknologi yang akan digunakan. Semua pembuatan disain peta wisata merupakan
hasil kompromi antara produk akhir peta wisata dengan biaya produksi peta
wisata. Berapa banyak dan bagaimana informasi dapat disajikan pada sebuah peta wisata
haruslah dikaitkan dengan pembiayaan produksinya. Umumnya, produk sebuah peta
wisata selalu menggunakan biaya minimum produksi dengan memberikan informasi
unsur wisata yang optimal, oleh sebab itu jika ditinjau dari segi ekonomi, perlu
dipertimbangkan masalah biaya produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran
peta wisata yang akan dihasilkan.
Mudah-mudahan tahapan
pembuatan disain peta wisata yang diberikan di atas ada manfaatnya di dalam
merencanakan pembuatan sebuah peta wisata. Terima kasih. (Bandung, 22 Mei)
Bandung BeatMap Jonas.com (tahun 2000)
KARTOGRAFI DAN TEKNOLOGI
Tanya
Saat ini teknologi di bidang
survey dan pemetaan telah berkembang secara pesat. Bagaimana dengan bidang Kartografi,
apakah juga terjadi perubahan yang sangat signifikan di dalam proses
visualisasi peta.
Jawab
Perkembangan teknologi di
bidang survey dan pemetaan serta di bidang informasi dan komunikasi selain
sangat pesat juga menyebabkan terjadinya perubahan mendasar dari perangkat
keras komputer dan perangkat lunak, sehingga menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya pemecahan suatu masalah dengan memanfaatkan data dan informasi
geospasial. Kebutuhan informasi geospasial tidak hanya berupa peta,
melainkan juga dalam bentuk Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada saat ini, para
pengambil keputusan atau penentu kebijakan seharusnya sudah menggunakan dan
memanfaatkan SIG di dalam perencanaan dan penentuan suatu kebijakan publik yang
berkaitan dengan pembangunan fisik dan non fisik.
Perubahan paradigma posisi dan peran profesi Kartografi berdampak terhadap kebutuhan informasi dan Sistem Informasi Geografis ke spektrum yang sangat luas. Paradigma baru ini menempatkan profesi kartografi menjadi jauh lebih strategis lagi, baik dalam perspektif keilmuan dan teknologi maupun bisnis dan industri. Pada saat ini, arti istilah kartografi telah berubah secara fundamental sesuai dengan perkembangan teknologi di bidang komputer. Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan kartografi sebagai penyampaian informasi geospasial dalam bentuk peta.
- Taylor (1991) mendefinisikan kartografi sebagai “organisasi, presentasi, komunikasi dan penggunaan geo-informasi dalam bentuk grafis, digital atau format nyata; hal ini meliputi semua langkah-langkah dari persiapan data sampai penggunaan akhir melalui produk peta dan hasil-hasil yang berkaitan dengan informasi spasial”.
- Menno-Jan Kraak dan Ferjan Ormeling (2003) mendefinisikan kartografi sebagai “pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya, dan memungkinkan berinteraksi dengannya, yang berhubungan dengan masalah-masalah geospasial”.
Sebelum dikenal teknologi
digital, sekitar tiga dekade yang lalu untuk pelaksanaan proses kartografi
(dikenal sebagai kartografi analog) diperlukan ketrampilan di dalam penggunaan
peralatan gambar (scribe
tool), pemakaian bahan material yang mempunyai stabilitas tinggi (scribe coat, peelcoat),
sarana serta prasarana untuk proses reproduksi fotografis dan fotomekanis (contact print, vacum print, kamera
reproduksi). Selain memerlukan pembiayaan yang cukup tinggi untuk pengadaan
sarana dan prasarana, juga diperlukan sejumlah tenaga-tenaga teknis yang
mempunyai suatu klasifikasi tertentu. Hal tersebut merupakan suatu hambatan
bagi instansi pemerintah dan swasta di dalam penanganan teknologi kartografi
secara analog.
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi serta teknologi SIG telah mendorong dan
mendudukan kartografi dalam posisi untuk mengembangkan diri tidak hanya untuk
permasalahan peta cetak (hardcopy), tetapi juga mempermasalahkan
visualisasi data geospasial pada perangkat keras yang beragam, mulai dari layar
komputer hingga perangkat keras mobil yang biasanya berukuran kecil. Kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi dalam komunikasi data yang terus membesar
juga telah mendorong pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dalam visualisasi
data geospasial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
visualisasi data geospasial telah membawa kartografi pada level yang lebih
tinggi dan pada era baru visualisasi kartografi.
Data geospasial digital perkembangannya telah meningkat dengan pesat, sehingga berakibat lingkungan dimana peta tersebut digunakan telah berubah untuk sebagian besar penggunanya. Peta dapat ditampilkan di layar komputer (on screen map), dan melalui peta jenis tersebut, basisdata yang tersusun pada peta dapat diolah, dan beberapa fungsi analisis dapat diakses melalui menu atau legendanya. Dengan kata lain, peta memainkan peran yang sangat penting dalam proses analisis geospasial. Hasil operasi analisis geospasial dapat ditampilkan dalam peta yang didisain dengan baik sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh publik. Disiplin kartografi menyediakan aturan disain tersebut secara baku. (Bandung 23 Mei)
ATLAS
SEKOLAH
Tanya
Setiap tahun ajaran baru,
orang tua yang mempunyai anak di Sekolah Dasar membeli Atlas Sekolah untuk
melengkapi buku pelajaran yang akan diberikan di sekolah. Kebanyakan orang tua
bingung memilih atlas sekolah yang banyak dijual di toko buku, karena banyak
ragam dan penerbit yang membuat atlas sekolah. Bagaimana memilih atlas sekolah
yang baik dan benar?
Jawab
Atlas Sekolah adalah salah satu buku
pelajaran anak didik di Sekolah Dasar yang mengenalkan dan memberi pemahaman
tentang pengertian peta atau informasi geospasial untuk pertama kalinya. Atlas
Sekolah yang ada saat ini merupakan satu-satunya atlas pendidikan yang menjadi
acuan di dalam mengenalkan informasi geospasial. Jika atlas sekolah yang
digunakan benar menurut kaidah kartografi dan geografi, maka anak didik
tersebut akan benar di dalam memahami sebuah informasi geospasial, jika
sebaliknya yaitu atlas yang digunakan salah di dalam penyajian visual informasi
geospasial, maka anak didik tidak akan memahami dan tidak senang dengan
informasi geospasial.
Saat ini memang belum ada acuan untuk
memilih atlas sekolah yang baik dan benar, karena belum ada sebuah penilaian
dari suatu institusi yang layak memberikan kualifikasi mutu pada atlas sekolah.
Sudah saatnya, dibentuk suatu institusi yang berwenang untuk memberikan
kualifikasi penilaian terhadap atlas yang dibuat oleh suatu penerbit buku. Penilaian
atlas sekolah sebetulnya bisa dilakukan berdasarkan apresiasi peta (map appreciation), sebuah cara yang
berlaku di dalam ilmu kartografi, yaitu suatu studi dan analisa pada sebuah
peta (peta topografi dan peta tematik) yang menitikberatkan pada masalah
penilaian dan mutu.
Apresiasi peta (baca artikel tentang
Apresiasi Peta di blog Kartografi) adalah satu bagian yang sangat penting dalam
pekerjaan kartografi, sebab dengan melakukan penilaian sebuah peta akan
diperoleh perbaikan dari hasil produksi peta tersebut. Secara umum penilaian
akan berhubungan sampai sejauh mana peta-peta yang ada di sebuah atlas sekolah
tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah dibuat, atau dapat juga
dikatakan apakah peta yang dihasilkan tersebut sudah cukup efisien sebagai
media komunikasi. Apresiasi peta juga memperhatikan hubungan antara maksud dan
tujuan pembuatan peta dengan pengguna peta.
Adanya kegiatan penilaian atlas sekolah,
dengan sendirinya akan memberikan beberapa hal yang bersifat positif, antara lain:
- masyarakat khususnya orang tua/anak didik akan mendapatkan sebuah Atlas Sekolah yang memenuhi kaidah dan persyaratan kartografi dan geografi;
- terbentuknya sebuah institusi/lembaga yang mempunyai wewenang menyelenggarakan sertifikasi produk informasi geospasial, dalam hal ini atlas sekolah;
- mengenalkan peran kartografi pada masyarakat dan industri yang berhubungan dengan visualisasi informasi geospasial, dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sub bidang Kartografi.
Apresiasi peta lebih ditujukan pada penilaian sebuah Atlas Sekolah yang banyak beredar di Indonesia. Apresiasi peta merupakan suatu ukuran atau standar di dalam memberikan penilaian pada setiap peta yang ada pada sebuah Atlas Sekolah, artinya sampai sejauh mana peta topogografi dan peta tematik yang disajikan memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang telah dibuat. Pemberian suatu kriteria penilaian untuk sebuah Atlas Sekolah tidaklah sama untuk semua peta topografi dan peta tematik yang ada di Atlas Sekolah, perlu diperhatikan terlebih dahulu maksud dan tujuan pembuatan Atlas Sekolah. Setiap produk Atlas Sekolah sebaiknya memang perlu diberikan suatu penilaian, sehingga pengguna Atlas Sekolah bisa mengetahui sampai sejauh mana mutu, kebenaran data dan informasi geospasial yang disajikan, atau klasifikasi Atlas Sekolah yang digunakan. Terima kasih. (Bandung 26 Mei)
ISTILAH PETA
Tanya
Jika orang bicara tentang peta, selain dikaitkan dengan
skala peta (peta skala besar, peta skala sedang, peta skala kecil), juga ada
yang mengkaikan dengan istilah peta perkotaan, peta kadaster, peta teknik, peta
topografi, peta rupabumi. Mohon pencerahan tentang istilah-istilah tersebut.
Jawab
Peta mempunyai banyak fungsi
dan tampilan, dan setiap orang akan melihat peta dengan sudut pandang yang
berbeda. Suatu peta perkotaan bisa saja disajikan secara detil semua bangunan
dan persil yang ada tanpa menyebutkan jenis bangunannya, tetapi bisa juga
bangunan-bangunan yang ada dikelompokan sesuai fungsi bangunan. Untuk membantu
mengapresiasi persamaan dan perbedaan mengenai isi peta yang disajikan, jenis
peta yang dihasilkan dapat dibedakan atas skala peta yang digunakan, fungsi
peta, dan subyek yang disajikan pada peta.
Jika ditinjau dari skala
peta yang digunakan, jenis peta bisa dibedakan peta skala besar dan peta skala
kecil. Tidak ada konsensus untuk menyatakan batas besaran kuantitaif suatu
skala peta, tapi sejumlah pembuat dan pengguna peta setuju jika yang disebut
skala besar adalah peta yang skalanya antara 1:1.000 sampai dengan skala
1:10.000; sedang skala kecil adalah peta yang skalanya 1:500.000 atau lebih
kecil.
Jika ditinjau dari fungsi
peta, maka jenis peta dapat dibedakan atas peta topografi yang menyajikan
gambaran umum mengenai muka bumi antara lain seperti jalan, sungai, rumah,
relief, batas administrasi, vegitasi alami dan nama-nama berbagai obyek yang
dipetakan, dan peta tematik yang menyajikan distribusi dari suatu fenomena
tertentu. Untuk dapat menyajikan distribusi secara baik, setiap peta tematik
memerlukan informasi topografi sebagai peta dasarnya. Ada juga jenis peta yang
disebut chart, peta yang khusus didisain untuk memberikan layanan navigasi, contohnya
peta navigasi laut (nautical chart)
dan peta navigasi udara (aeronautical
chart).
Selain
ditinjau dari fungsinya, ada jenis peta yang didasarkan pada subyek yang
disajikan, contohnya antara lain peta Kadaster atau peta Pendaftaran Tanah,
peta Perencanaan, Peta Perkotaan. Peta yang berdasarkan subyek ini, isi (data
dan informasi) dan kegunaan petanya tergantung pada instansi yang memproduksi
peta tersebut. Ada kemungkinan penamaan petanya bisa sama misalnya peta
Perkotaan, tapi isinya bisa berbeda antara peta perkotaan satu dengan peta
perkotaan lainnya sesuai dengan instansi pembuat serta kegunaan dari peta
bersangkutan. Jika ditinjau dari bentuk penyajian yaitu bentuk grafis
dan foto/citra sebagai latar belakangnya, maka peta dapat dibedakan atas
peta garis dan peta foto/citra.
Secara tradisi, pengelompokan utama peta adalah peta
topografi dan peta tematik. Perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografis
yang mengenal sejumlah layer untuk unsur-unsur muka bumi antara lain
seperti layer jalan, layer perkampungan,
layer kontur, layer nama geografi, layer liputan lahan, layer kepadatan
penduduk, maka kurang relevan lagi kalau ada perbedaan antara peta topografi
dan peta tematik. Masing-masing layer yang dibuat akan menjadi peta tematik,
sedang kombinasi dari masing-masing layer yang setiap kategori data secara
visual sama akan menjadi peta topografi.(Bandung 3 Juni)
Peta garis produk Karvak
PEMILIHAN JENIS HURUF DAN PENEMPATAN NAMA
Tanya
Pada suatu peta, selain disajikan
unsur-unsur muka bumi, juga disajikan nama-nama geografis yang diperoleh di
lapangan. Apakah di Kartografi terdapat aturan yang berkaitan dengan pemilihan jenis
huruf dan penempatan nama geografi pada sebuah peta?
Jawab:
Di Kartografi ada acuan di dalam
pemilihan jenis huruf yang akan digunakan pada sebuah peta dan juga aturan
untuk penempatan nama-nama geografi.
● Pemilihan Jenis Huruf
Pada pembuatan suatu peta,
keberadaan seorang kartografer harus saling kerjasama dengan seorang tipografer
yang mempunyai spesialisasi pembuatan disain tipe huruf. Salah satu pengetahuan
di bidang tipografi adalah anatomi huruf. Anatomi huruf ialah bagian-bagian
penyusun huruf. Setiap jenis font memiliki anatominya masing-masing dan
tentunya ini akan memiliki dampak psikologis dan komunikasi yang berbeda-beda
pula bagi pembacanya. Setiap aspek pembentuk anatomi font juga menentukan
karakter dari font. Berikut ini penjelasan ringkas mengenai font yang sering digunakan dalam disain peta.
Serif Font
Keluarga huruf serif
adalah salah satu jenis huruf tertua, huruf ini sudah ada sejak tahun 1200. Huruf serif juga sering disebut sebagai
huruf 'bersepatu' karena memiliki
pemanjangan pada bagian serif-nya (lihat gambar di atas), atau ciri khusus dari
jenis huruf ini adalah memiliki sirip/tangkai di setiap ujungnya. Lihatlah font
Times New Roman, Bodoni, Garamond, atau Egyptian misalnya, persis mendekati
ujung kaki-kaki hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran
yang menyerupai penopang atau tangkai. Huruf-huruf ini mencerminkan kualitas
dan ketegasan, serif dapat memberi kesan klasik, resmi, dan elegan pada disain
peta.
Anatomi huruf
(http://www.gravisware.com/tutorial/128-dasar-dasar-tipografi)
(http://www.gravisware.com/tutorial/128-dasar-dasar-tipografi)
Kait-kait atau ‘tangkai’ pada serif berfungsi untuk
memudahkan membaca pada teks-teks kecil (tapi tidak terlalu kecil), dan teks
dengan jarak baris yang sempit. Selain itu, huruf serif juga dipercaya lebih
mudah dibaca, diingat, dan mudah diserap oleh otak. Detil anatomi serif menjadi
tidak sempurna saat muncul di monitor (resolusi 72 dpi), oleh sebab itu huruf
serif lebih cocok untuk digunakan dalam media offline beresolusi tinggi
(300 dpi), sehingga kebanyakan buku dan surat kabar memang menggunakan serif
sebagai huruf utamanya, dimana mereka dapat tampil secara detil dan lebih mudah
dibaca; serif tidak cocok untuk teks online karena ’ekor’ dari font
serif akan menjadi blur jika disajikan di layar dengan resolusi rendah, kecuali
bila diset lebih besar dari biasanya.
Slab-Serif Font
Slab-serif font adalah sub kelas dari huruf serif. Huruf
ini seperti huruf serif tetapi memiliki garis lurus yang tegas (tidak
melengkung). Slab-serif menyajikan sebuah keharmonisan antara keterbacaan huruf
serif dan tampilannya di monitor. Meskipun huruf ini sebenarnya juga kurang
pantas untuk disajikan dalam ukuran kecil karena akan kehilangan detilnya dan menjadi
sulit dibaca. Salah satu tipe Slab-Serif Font yang cukup populer ialah
Rockwell.
●
Penempatan Nama
Penempatan nama pada suatu peta tidak selalu dengan
latar belakang putih seperti halnya mencetak buku, tetapi penyajian grafisnya harus sesuai dengan disain peta yang dibuat; penempatan nama dan disain
peta adalah dua hal yang sama pentingnya, karena itu harus dilakukan kompromis
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Salah satu variabel grafis yang ada untuk pembuat peta
adalah posisi, meskipun demikian pada kartografi penggunaan variabel ini agak
terbatas. Unsur pada peta mempunyai hubungan langsung kepada posisi yang benar
di lapangan melalui skala dan proyeksi. Posisi variabel tipografis membuat
kartografer lebih bebas, meskipun sejumlah teks harus disajikan pada posisi
yang tepat (seperti angka untuk titik tinggi), pada kesempatan lain terdapat
banyak kebebasan sehingga memungkinkan suatu teks ditempatkan pada atau sekitar
unsur yang diberi nama.
Kriteria penempatan nama pada sebuah peta adalah:
- tidak boleh ada nama
unsur yang meragukan;
- nama dari suatu unsur
harus terletak pada ’ruang grafis terbuka’ dari unsur bersangkutan.
Posisi suatu nama harus terlihat hubungan langsung ke
posisi dari unsur bersangkutan. Umumnya, untuk unsur simbol garis dan area
tidak banyak problem yang dihadapi, tetapi untuk unsur simbol titik akan banyak
dijumpai permasalahannya, khususnya di dalam meletakan posisi yang benar untuk nama suatu tempat. Pada struktur
hierarki, nama untuk simbol suatu area adalah pada posisi yang paling bawah,
sedangkan posisi diatasnya adalah untuk unsur dengan simbol garis, dan paling atas
adalah nama untuk unsur dengan simbol titik. Jika pada suatu area tidak
terdapat unsur garis dan titik, maka hal tersebut dinamakan ’ruang grafis
terbuka’.
·
Penempatan nama untuk
unsur titik
Penempatan nama untuk simbol unsur titik dapat dibedakan
atas dua kelompok, yaitu:
-
unsur titik yang
mewakili suatu posisi yang pasti
Cara ini digunakan untuk unsur titik yang menyatakan
lokasi suatu tempat atau untuk menyatakan suatu harga yang datanya diperoleh
dari hasil pengukuran, seperti benchmarks, titik tinggi, yang cara
penyajiannya terintegrasi antara teks dan simbol. Jarak dan lokasi teks ke
unsur yang disajikan adalah pasti dan diaplikasikan untuk semua seri peta yang
dihasilkan. Posisi tersebut ditandai dengan suatu notasi ● (titik) dan
angka, contoh 31.5 atau lokasinya pada suatu tempat, datanya berada
disekitar posisi yang pasti tersebut, contoh
● 250 (250 m) 31● 5 (31.5). Untuk penempatan nama suatu
lokasi atau tempat, ada sejumlah alternatif yang bisa dipilih sesuai hierarki
yang ada.
Cara penempatan nama
untuk simbol titik
-
Unsur garis dan luas
dengan posisi teks yang relatif bebas
Sebagian besar unsur garis dan luas cara penempatan
namanya relatif bebas, seperti untuk unsur nama sungai, nama
jalan, dan nama administrasi atau kelompok lahan. Kebanyakan unsur garis dan
luas tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh simbol titik, seperti
antara lain nama kota atau kampung. Pada prinsipnya, teks nama dari
unsur
garis tidak boleh menutupi secara
penuh
simbol unsur garis tersebut, tetapi jika unsur garis
dikelilingi oleh sejumlah simbol titik, cara penempatan nama untuk suatu unsur
garis tidak mungkin dihindari.
Arah penempatan nama untuk simbol garis
Mudah-mudahan penjelasan diatas bermanfaat di dalam pemilihan jenis huruf dan penempatan nama. Terima kasih. (Bandung 6 Juni)
PEMILIHAN WARNA UNTUK DISAIN SIMBOL
Tanya
Simbol
sebuah unsur di muka bumi selalu dikatkan dengan sebuah warna tertentu, sebagai
contoh, unsur sungai simbolnya berwarna biru. Apakah ada suatu spesifikasi atau
aturan tertentu untuk penggunaan warna di dalam pembuatan disain simbol dari
suatu unsur muka bumi?
Jawab
Pemilihan
warna untuk sebuah simbol peta merupakan hal yang penting di dalam pembuatan
disain peta. Variabel pandang untuk warna simbol peta dibedakan atas corak,
harga, dan kejenuhan. Ketiga variabel pandang tersebut diperlukan di dalam
pembuatan disain simbol
peta, mengingat data yang disajikan pada sebuah peta bisa dalam bentuk data
kualitatif dan data kuantitatif. Penggunaan warna yang layak akan dapat mengkomunikasikan
fakta dan ide lebih cepat dan lebih baik kepada pengguna.
Warna
memiliki dampak yang besar pada interaksi manusia, disain grafis yang dibuat
jika tidak positif maka negatif. Menurut Mursch (peneliti unsure
manusia), jika warna digunakan secara benar maka warna dapat menjadi alat yang
kuat untuk memperbaiki kedayagunaan dari sebuah tampilan informasi dalam
keragaman bidang yang luas. Sebaliknya, ketidak cocokan penggunaan warna
benar-benar akan dapat mengurangi fungsionalitas dari sistem tampilan.
Kesederhanaan
adalah penting dalam pembuatan disain peta berwarna; ada kesederhanaan yang berkaitan dalam
warna yang seharusnya digunakan ketika mengembangkan disain. Empat warna utama
secara fisiologi adalah merah, hijau, kuning dan biru; warna-warna ini mudah
dipelajari dan diingat. Ketika membuat disain peta, kartografer akan
meningkatkan pengembangan model batin yang efektif pada pengguna dengan
menyertakan makna yang intuitif dan praktis kepada warna yang sederhana
tersebut.
Warna
dapat juga membantu mengembangkan kemampuan kerja, model mental yang efisien
jika petunjuk ini diikuti yaitu kesederhanaan, konsistensi, kejernihan dan
bahasa warna. Terdapat sejumlah warna yang banyak digunakan oleh pembuat peta
di dalam membuat sebuah simbol yang mewakili unsur-unsur muka bumi yang
disajikan pada sebuah peta, antara lain:
·
Merah.
Warna merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Biasanya penggunaan warna
merah untuk memberikan efek psikologi ‘panas’, ‘berani’. Di dalam disain simbol
peta, warna merah bisa digunakan sebagai aksen karena sifatnya yang kuat.
Sebagai contoh, untuk mewakili unsur sumur bahan bakar dipilih simbol dalam
bentuk lingkaran dengan menggunakan warna merah, karena dengan memberikan
simbol warna merah akan menjadi terlihat berbeda. Selain itu warna merah juga
digunakan untuk mewakili unsur jalan karena jalan merupakan media transportasi
yang penting sebagai orientasi untuk menuju ke suatu lokasi.
Warna
merah
·
Oranye.
Warna oranye adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang
dihasilkan masih tetap sama, yaitu ‘kuat’ dan ‘hangat’. Dari sisi psikologis
sebenarnya warna oranye memberikan kesan tidak nyaman, dan sedikit gaduh.
Mungkin karena itulah warna ini paling banyak di pakai untuk menarik perhatian
orang. Pada simbol peta topografi, warna oranye digunakan untuk unsur rumah
atau pemukiman, karena ukuran pemukiman pada sebuah peta topografi relatif
kecil dan cukup banyak serta menyebar, sehingga perlu diberikan warna yang
menyolok supaya dapat menjadi perhatian pengguna peta.
Warna oranye
·
Kuning
adalah warna yang ceria, menyenangkan dan sedikit ‘melompat-lompat’. Warna
kuning begitu kuat untuk dilihat, sehingga seringkali di gunakan untuk
mendapatkan perhatian orang. Pada simbol peta, warna kuning sering digunakan
untuk simbol warna ketinggian sekitar 200 – 500 meter. Untuk Peta Jalan, warna
kuning bisa juga digunakan untuk simbol jalan tol untuk membedakan jalan lain yang
umumnya warna merah.
Warna kuning
·
Hijau.
Warna hijau adalah warna yang tenang karena biasanya dikaitkan dengan
lingkungan dan alam. Di dalam pembuatan disain simbol, warna hijau bisa
digunakan untuk memberikan kesan segar; dan dengan mudah bisa memberikan nuansa
membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat gelap. Pada simbol peta,
umumnya warna hijau digunakan antara lain untuk unsur tumbuh-tumbuhan, daerah
dataran rendah.
Warna hijau
·
Coklat.
Warna coklat adalah warna bumi, memberikan kesan hangat, nyaman dan aman. Namun
selain itu, coklat juga memberikan kesan ’sophisticated’ karena dekat
dengan warna emas. Coklat juga bisa memberikan nuansa ‘dapat diandalkan’ dan
‘kuat’. Pada simbol peta, warna coklat digunakan untuk warna dari garis kontur
yang menggambarkan keadaan topografi suatu daerah. Selain untuk warna kontur,
warna coklat juga digunakan sebagai warna ketinggian daerah dataran tinggi.
Warna coklat
·
Biru.
Warna biru adalah warna yang termasuk warna ‘dingin’, dan sering juga disebut
“warna corporate”, karena biru merupakan warna yang termasuk
tenang dan bersifat penyendiri. Secara umum, pada semua peta topografi
warna biru digunakan untuk unsur perairan seperti sungai, danau, laut.
Warna biru
·
Ungu.
Warna ungu adalah warna yang memberikan kesan spiritual, dan kebijaksanaan.
Ungu juga warna yang unik karena sangat jarang dapat di lihat di alam.
Kelemahannya adalah sangat susah di padukan dengan warna lain, harus ekstra
memikirkan warna yang cocok bersanding dengan warna ungu. Pada simbol peta, warna ungu sering digunakan pada aeronautical chart.
Warna ungu
Mudah-mudahan penjelasan diatas bermanfaat di dalam pemilihan warna untuk pembuatan disain simbol sutau unsur di muka bumi. Terima kasih. (Bandung 10 Juni)
*) pertanyaan bisa langsung ke alamat e-mail hadwisoendjojo@gmail.com
Pak Hadwi, selamat ya. Masih rajin euyyy nulis di Blog. Mudah mudah menjadi bahan bacaan yang mencerahkan dan menambah wawasan khususnya buat komunitas survey dan pemetaan.
BalasHapusSalam
Popo
Pak Popo, terima kasih masukannya, semoga blog Kartografi ini banyak manfaatnya bagi komunitas survey dan pemetaan di Indonesia.
BalasHapusPak, izin bertanya peta apa saja yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan jalan tol?
BalasHapusUntuk perencanaan jalan tol atau infrastruktur, peta yang digunakan adalah peta topografi sebagai peta dasar perecanaan pembuatan (desain)jalan tol; selain itu juga bisa digunakan sejumlah peta tematik sesuai analisis yang akan dilakukan di dalam perencanaan pembuatan jalan tol.
BalasHapus