PENYAJIAN RELIEF
Relief adalah bentuk
fisik dari landskap, suatu konfigurasi sebenarnya dari muka bumi atau dengan
kata lain, suatu bentuk yang memperlihatkan perbedaan dalam ketinggian dan
kemiringan dari bentuk-bentuk yang ada/tidak sama di muka bumi (Monkhouse:
Dictionary of Geography). Secara umum dapat dikatakan bahwa pengertian
relief ini dihubungkan dengan suatu bentuk/model keseluruhan muka bumi dalam
bentuk (pandangan) tiga dimensi. Oleh sebab itu pengertian relief jauh lebih
luas dari sekedar ketinggian saja.
Dari pengertian
diatas, dapatlah dilihat bahwa relief merupakan suatu unsur yang sangat penting
dan memainkan peranan dalam aktifitas manusia di muka bumi. Informasi relief
sangat diperlukan dan dapat digunakan antara lain pada:
-
pekerjaan
konstruksi jalan raya, bendungan, irigasi;
-
tujuan-tujuan
navigasi;
-
tujuan-tujuan
operasi militer;
-
tujuan-tujuan
ilmu pengetahuan;
-
tujuan-tujuan
pariwisata.
Seorang pembuat peta
harus melengkapi informasi tentang relief tersebut, dan pekerjaan ini jelas
tidak mudah sebab yang harus disajikan adalah bentuk tiga dimensi pada kertas
yang mempunyai bentuk dua dimensi. Sejak dahulu telah banyak cara-cara yang
diusahakan orang untuk menyajikan/menggambarkan relief tersebut. Adapun bentuk
yang umumnya banyak digunakan adalah:
1.
garis
kontur;
2.
titik
tinggi (spot height);
3.
rock
drawing;
4.
bayangan
(shading/hill shading);
5.
warna
ketinggian (layer tints).
GARIS KONTUR
Garis kontur adalah
suatu garis khayal (imagenary lines) yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama, diatas/ dibawah suatu referensi tinggi tertentu di
(atas) muka bumi. Garis kontur 25 m, artinya garis
kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama 25 m
terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat
proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Pada umumnya peta dibuat dengan skala tertentu, maka
bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Penyajian Garis Kontur
Untuk bisa mengetahui ketinggian di muka bumi, perlu diperhatikan lebar ruang diantara garis kontur. Jika kontur berdekatan, berarti keadaan topografinya adalah lereng yang curam, jika antar kontur mempunyai ruang yang luas, berarti kondisi topografinya relatif datar. Melalui pemahaman bentuk-bentuk tampilan garis kontur pada peta,
maka dapat diketahui bentuk ketinggian muka bumi, yang selanjutnya dengan
bantuan pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula informasi tentang
bentuk muka bumi lainnya.
Selain
menunjukkan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga dapat
digunakan untuk:
a. menentukan potongan memanjang antara dua tempat;
b. menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan;
c. menentukan arah jalan dengan kelandaian tertentu;
d. menentukan kemungkinan dua titik di lapangan yang sama tinggi dan saling terlihat.
Selang Kontur
a. menentukan potongan memanjang antara dua tempat;
b. menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan;
c. menentukan arah jalan dengan kelandaian tertentu;
d. menentukan kemungkinan dua titik di lapangan yang sama tinggi dan saling terlihat.
Selang Kontur
Selang
kontur (contours interval) adalah jarak vertikal antara dua kontur yang
berurutan; jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pengertian selang kontur jangan dicampur aduk dengan pengertian
jarak antara kontur yang berurutan pada peta. Selang kontur selalu konstan,
sedang jarak antar kontur tidak selalu konstan tergantung bentuk kemiringan
atau kelandaian suatu relief. Pemilihan selang kontur tergantung pada beberapa
faktor, yaitu:
- skala
peta, semakin besar skala peta selang kontur semakin rapat (sekitar 1-2 meter),
semakin kecil skala peta selang kontur semakan jarang (sekitar 25-50 meter);
- maksud/tujuan
peta, selang kontur tergantung tujuan pembuatan peta, untuk pembuatan disain
jalan, selang kontur sangat rapat (bisa 1-2 meter);
- data yang
tersedia, selang kontur tergantung juga pada data yang tersedia hasil dari
metode pengukuran di lapangan;
- bentuk
daerahnya, selang kontur untuk daerah bergunung dan daerah padang pasir akan
berbeda.
- keterbatasan
bentuk penyajian (secara grafis), cara penyajian yang dipilih untuk
penggambaran selang kontur tergantung pada perlatan dan metode yang digunakan
pada saat penggambarannya.
Kelima
faktor diatas saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pada umumnya selalu
diusahakan selang kontur sekecil mungkin, terutama untuk penyajian relief yang
akan memberikan gambaran tentang bentuk sebenarnya. Bentuk penyajian relief
dengan detail-detail yang cukup banyak, akan memberi kesan yang baik dalam
bentuk tiga dimensi tersebut. Penentuan selang kontur yang konstan untuk suatu
daerah bergunung-gunung akan berbeda dengan suatu daerah datar. Pada daerah
datar, sebenarnya jauh lebih sulit untuk menetapkan selang kontur dibandingkan
dengan daerah bergunung-gunung.
Hal-hal
lain yang perlu diingat dalam selang kontur adalah angka yang digunakan
merupakan suatu angka yang mudah, dengan pengertian bahwa ‘mudah’ disini
berarti mudah dibaca, mudah dibagi/ditambah. Jika telah disepakati bahwa suatu
selang kontur adalah 25 meter, maka angka-angka untuk penulisan seperti 235,
260, 285, 310 dan seterusnya bukanlah suatu angka-angka yang mudah dibaca, jadi
lebih baik digunakan angka-angka 225, 250, 275, 300, 325 dan seterusnya.
Dari
sudut kejelasan membaca peta (readibility), tebal garis kontur yang
dapat digambarkan pada peta mempunyai batas minimum yakni 0,01 mm serta jarak
minimum antar kontur di peta adalah + 0.04 mm. Dengan demikian, per mm dapat
digambarkan maksimum 2 garis kontur. Jika diketahui kemiringan adalah 450
dan skala peta 1 : 50.000, maka maksimum selang kontur adalah 25 meter. Dengan
selang ini (25 meter) suatu kemiringan yang besarnya 50 dan skala
peta 1 : 50.000 akan mempunyai jarak antarkontur sekitar 5,7 mm.
Pemilihan selang kontur sangat mempengaruhi penyajian
relief secara keseluruhan. Artinya, pemilihan dari selang kontur harus tepat
sesuai dengan penggunaan peta topografi bersangkutan, skala peta dan keadaan
daerah yang dipetakan. Pada umumnya, makin besar skala peta makin kecil selang
konturnya, demikian pula sebaliknya. Pemilihan skala peta dan penggunaannya
akan menentukan ketelitian yang diperlukan dan besarnya selang konturnya.
Ketelitian Kontur
Posisi
suatu titik diatas peta ditentukan dengan koordinat X, Y dan Z; oleh karena itu
ketelitian titik-titik dapat dinyatakan dengan "salah menengah" dari
koordinat-koordinat tersebut. Umumnya dibedakan ketelitian antara koordinat X
dan Y yang dinamakan ketelitian planimetrik (horisontal) dan koordinat Z yang
dinamakan ketelitian tinggi (vertikal).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ketelitian garis kontur pada suatu peta adalah:
- ketelitian pengukuran, berhubungan dengan
skala peta yang dihasilkan dan metode pengukuran yang digunakan;
- ketelitian yang dapat dicapai pada
penggambaran dan reproduksi.
Untuk
kebanyakan peta, terutama peta dengan skala lebih kecil dari 1:25.000,
ketelitian pengukuran akan jauh lebih tinggi dari ketelitian penggambarannya.
Indeks
Kontur
Pada penggambaran
garis kontur, biasanya ada garis-garis dengan harga tertentu yang digambarkan
dengan garis yang lebih tebal dibandingkan garis kontur yang lainnya, umpamanya
setiap 100 meter, 250 meter atau 500 meter. Secara umum diantara dua garis
tebal yang berurutan itu akan ada empat sampai 5 garis kontur lainnya. Garis
kontur yang lebih tebal dari garis kontur lainnya disebut sebagai indeks kontur.
Adanya indeks
kontur, maka pada penggambaran pemberian harga/angka dari garis kontur dapat
dibatasi; tidak semua garis kontur yang diberikan angka/harga dari garis
kontur, hanya garis kontur yang disebut indeks kontur yang diberikan
harga/angka. Manfaat lain dari adanya indeks kontur adalah dapat menolong di
dalam kejelasan membaca peta.
Indeks Kontur
Penyajian Kontur
Pada pembuatan peta topografi, ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan dalam penyajian garis kontur, antara lain:
Garis
kontur saling melingkar
Kerapatan
garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
c.
pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu
garis;
d.
garis kontur pada curam yang sempit membentuk huruf V yang
menghadap ke bagian yang lebih rendah; garis kontur pada punggung bukit yang
tajam membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi;
Garis kontur daerah curam
e.
garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90°
dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang
lebih tinggi;
Garis kontur pada punggung
bukit
f.
garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur
yang menutup-melingkar;
g.
bentuk kontur menjorok ke arah hulu jika melewati sungai, menjorok
ke arah jalan menurun jika melewati
permukaan jalan;
permukaan jalan;
Kontur
pada sungai dan jalan
h.
berdasarkan
suatu kesepakatan, pemberian angka pada kontur adalah terbaca pada arah lereng
yang naik;
i.
kontur
tertentu dengan angka ketinggian yang bulat (umumnya 4-5 garis kontur)
dinamakan indeks kontur (contour index), disajikan dengan ukuran garis
yang lebih tebal dibanding ukuran garis untuk selang kontur.
Contoh beberapa
bentuk kontur
(http://wong168.files.wordpress.com/2011/04/kontur1.png)
(http://wong168.files.wordpress.com/2011/04/kontur1.png)
TITIK TINGGI
Titik
tinggi adalah titik-titik diatas peta yang mempunyai suatu harga, diatas atau
di bawah datum yang digunakan. Pada peta topografi, titik-titik tinggi (Gambar
4.12) ini digunakan sebagai pelengkap dari garis kontur. Fungsi utama
titik-titik tinggi adalah memperlihatkan ketinggian tempat/titik yang penting
diatas terrain, seperti puncak bukit, titik paling dalam pada sebuah lekuk,
titik penting pada suatu jembatan dan sebagainya.
Titik
tinggi
Suatu
angka ketinggian yang tepat/benar tidak akan diberikan pada suatu garis kontur,
sehingga titik tinggi ini merupakan petunjuk untuk mendapatkan harga dari suatu
garis kontur tersebut. Pemilihan titik-titik yang digunakan sebagai titik
tinggi jelas merupakan persoalan penting. Titik-titik tersebut harus dapat
dikenal pada terrain dengan mudah. Sebaran titik, umpamanya yang terletak di
suatu kemiringan gunung, tidak akan berarti jika dibandingkan dengan sebuah
titik yang terletak pada perpotongan jalan yang ada di gunung tersebut. Hal ini
tentu dapat dimengerti karena titik pada perpotongan jalan akan mempermudah di
dalam melakukan orientasi.
Contoh
yang baik untuk menempatkan titik tinggi antara lain adalah:
-
puncak bukit;
-
lokasi/titik tertinggi dari perpotongan jalan (di pegunungan);
-
lokasi perpotongan sungai;
-
perpotongan jalan;
Banyaknya titik-titik tinggi pada suatu peta topografi tidak dapat ditentukan secara pasti, sebab hal tersebut tergantung pada skala peta, jenis/keadaan daerahnya, kegunaan/manfaat titik-titik tinggi tersebut, fungsi peta dan bagaimana keadaan/detail garis kontur itu sendiri. Pada umumnya, peta topografi akan memuat sekitar 15 - 20 titik tinggi per 100 cm atau bahkan kurang dari jumlah tersebut (5 – 10 titik tinggi). Jika pada suatu peta topografi dicantumkan sebuah titik tinggi, maka titik yang diberi indikasi harga ketinggian tersebut harus jelas/dapat dicar di peta; umumnya diberi tanda titik (●) berwarna hitam yang cukup kecil.
ROCK DRAWING
Garis
kontur tidak selalu memperlihatkan semua detail dari suatu relief. Pada
beberapa tempat, lereng dari suatu batuan/karang yang berupa lapisan permukaan
(rock outcrops) yang curam dan banyak belahan-belahannya, jika
digambarkan dengan garis kontur akan memperlihatkan suatu gambaran yang
samasekali berbeda dengan keadaan sebenarnya. Jika garis kontur tidak dapat
memperlihatkan keadaan sebenarnya dari batuan/karang (rock) tersebut karena
tidak cukup detail penggambarannya, maka hal tersebut dapat digambarkan dengan
suatu penyajian lain yang disebut rock drawing.
Penyajian
relief secara rock drawing adalah suatu cara/bentuk penyajian dari
keadaan batuan/karang yang mempunyai lereng sangat curam serta mempunyai bentuk
tidak teratur. Cara penyajian secara rock drawing akan dapat mempertahankan
karakteristik dari suatu daerah dengan sebaik-baiknya. Karakteristik itu
meliputi antara lain bentuk lerengnya, bentuk patahan, bentuk runtuhan, bentuk
lapisannya. Dari hal-hal tersebut diatas, sudah jelas bahwa pengetahuan tentang
terrain diperlukan oleh seorang kartografer.
Bentuk
dasar dari relief (merupakan karakteristik daerah itu) yang harus diperlihatkan
dengan cara rock drawing adalah:
-
bagian (belahan-belahan) dari batuan/karang tersebut;
-
patahan-patahan yang penting dari suatu lereng;
Bentuk visualisasi keadaan
topografi dengan rock drawing
(http://www.tuscany-villa-holiday.co.uk/Images/WC%20-%20Appennines%20&%20Apuane%20Alps%20Relief%20Map.jpg)
Selanjutnya
cara rock drawing dilengkapi juga dengan garis-garis pendek (seperti heachuring)
yang biasanya digambarkan dalam dua jurusan yaitu:
-
horisontal (sejajar dengan garis kontur);
-
pada jurusan lereng yang tercuram.
Garis-garis pendek tersebut (merupakan pelengkap) digambarkan lebih tipis dibandingkan dengan garis-garis utamanya. Penggambaran data ketinggian dengan cara rock drawing umumnya pada peta dengan skala kecil, 1 : 100.000 atau lebih kecil; dengan mengecilnya skala peta, maka penggambaran rock drawing akan lebih mudah pengerjaannya.
BAYANGAN
(HILL SHADING)
Bayangan
adalah suatu teknik yang menggunakan pengaruh (effect) bayangan akibat
penyinaran dari arah tertentu, digunakan untuk membantu di dalam menyajikan
kesan tiga dimensi dari terrain. Bayangan merupakan visualisasi dataran dengan variasi nada yang memberikan efek tiga dimensi. Di masa lalu, menciptakan bayangan gunung pada peta adalah melelahkan dan memakan waktu bagi kartografer dalam membentuk kontur secara seni. Pembuatan peta menggunakan peta topografi kontur sebagai kerangka dan menambahkan perbedaan yang halus dalam bayangan menggunakan pensil, arang, atau airbrush. Saat ini, cara bayangan model elevasi dijgital (DEM) dapat dilakukan dalam satu langkah otomasi menggunakan suatu perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pada
umumnya gambaran garis kontur akan berhenti pada tempat yang penggambaran hill
shading dimulai; sebaiknya warna garis kontur sama dengan warna rock
drawing. Berdasarkan pengalaman, effek bayangan yang terbaik untuk penggambaran bayangan adalah penyinaran yang datangnya dari arah Utara Barat,
sehingga bayangan akan jatuh kearah mata. Jika penyinaran dari arah Selatan (Barat/Timur),
maka kesan yang diperoleh dari terrain tersebut cenderung untuk hal-hal yang
merupakan kebalikannya, jadi mata melihat sebagai suatu lekukan (padahal
sebenarnya ‘timbul’).
Penyajian bayangan secara otomasi sangat meningkatkan informasi geospasial pada peta. Peningkatan eksponensial dalam jumlah peta dengan bayangan telah jelas membantu pengguna untuk mendapatkan perspektif tiga dimensi di sebuah peta
Penyajian bayangan secara otomasi sangat meningkatkan informasi geospasial pada peta. Peningkatan eksponensial dalam jumlah peta dengan bayangan telah jelas membantu pengguna untuk mendapatkan perspektif tiga dimensi di sebuah peta
Bentuk
visualisasi keadaan topografi dengan hill shading
(http://1.bp.blogspot.com/_3SMSqEHAuEQ/SnB8iyFrK9I/AAAAAAAAAOU/
cO0k7nKvUVM/s320/hackberry_second_try.png)
(http://1.bp.blogspot.com/_3SMSqEHAuEQ/SnB8iyFrK9I/AAAAAAAAAOU/
cO0k7nKvUVM/s320/hackberry_second_try.png)
WARNA
KETINGGIAN
Pola (pattern)
dari suatu garis kontur memberikan informasi yang tepat suatu ketinggian dan
arah dari kemiringan. Penggunaan garis kontur kadang tidak dapat melengkapi
kesan pengguna peta akan bentuk relief secara keseluruhan; tidak mungkin untuk
secara cepat menemukan hubungan antara relief-relief yang ada pada beberapa
tempat di sebuah peta. Untuk itu, digunakan warna-warna ketinggian yang secara
cepat dapat memberikan ‘kejelasan’ akan relief yang ada pada peta tersebut.
Kemungkinan penggambaran warna ketinggian tergantung pada:
-
maksud dan tujuan pembuatan peta;
-
skala peta;
-
elemen-elemen lain dari bentuk penyajian relief;
-
pengalaman kartografer.
Ada beberapa cara untuk menentukan tingkatan warna:
a.
Dilakukan pemilihan sejumlah warna, setiap warna digunakan untuk
satu daerah ketinggian (height zone), kemudian warna-warna disusun sedemikian
rupa sehingga memberi kesan tentang suatu tingkatan. Warna –warna yang
digunakan dalam penyajian relief ini biasanya dari warna hijau tua untuk daerah
rendah, meningkat ke warna hijau muda, kuning, coklat sampai warna merah.
diatas 4.000 m
|
:
|
warna coklat kemerah-merahan
|
2.000 – 4.000 m
|
:
|
merah kecoklat-coklatan
|
1.000 – 2.000 m
|
:
|
coklat
|
500 – 1.000 m
|
:
|
coklat muda
|
200 – 500 m
|
:
|
kuning
|
100 – 200 m
|
:
|
kuning hijau
|
0 – 100 m
|
:
|
biru hijau
|
b.
Digunakan satu warna saja, tetapi dari warna tersebut diatur
nadanya, dimulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi; umumnya
keadaan ini digunakan untuk peta hitam putih, jadi diatur ‘grey scale’-nya. Hal
yang sama juga dijumpai pada warna kedalaman (depth layers) di laut,
yaitu warna biru yang diatur nadanya dari biru muda sampai biru tua.
c.
Memilih satu rangkaian warna sedemikian rupa sehingga memberi
kesan ‘sedekat mungkin’ pada warna sesungguhnya (asli) dari lingkungan dimana
unsur tersebut berada. Keadaan ini umumnya diterapkan pada warna untuk
tumbuhan-tumbuhan, pasir, karang, salju dan sebagainya.
Bentuk
visualisasi keadaan topografi dengan warna ketinggian
Warna
yang digunakan untuk penyajian relief pada umumnya dicetak pada detail/unsur
topografi lainnya yang ada di peta. Untuk alasan di atas, sebaiknya warna-warna
yang digunakan harus ‘ringan’ (light) dan ‘tembus’ (transparant).
Lebih-lebih bila warna-warna ketinggian tersebut dikombinasikan dengan bentuk
penyaian relief lainnya seperti kontur, hill shading; harus ada suatu ‘harmoni’
dari keadaan tersebut, sehingga kesan yang ditampilkan tidak saling menutupi,
tetapi saling memperkuat informasi ketinggian.
*) Tulisan diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar