DISAIN
PETA
Peta
merupakan citra muka bumi yang dapat mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang.
Pengaruh tersebut sebagian dikarenakan adanya kesepakatan konvesi (conventional sign) dan sebagian lain
karena adanya karakteristik umum grafis yang digunakan. Konvensi memegang suatu
peranan penting terutama pada pembuatan peta topografi; sebagian besar simbol
yang digunakan telah diwariskan semenjak abad XVIII, antara lain, perairan
digambarkan dengan warna biru, hutan dengan warna hijau tua.
Salah satu tujuan
pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif,
informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran
yang diinginkan tersebut, diperlukan suatu disain peta yang berhubungan dengan
penampilan grafis (graphic) suatu informasi pada selembar peta. Disain
suatu peta menyangkut:
- generalisasi dari unsur-unsur yang akan disajikan sesuai maksud dan tujuan, serta skala peta;
- pemilihan simbol dan warna untuk suatu unsur muka bumi sesuai dengan informasi geospasial yang akan disajikan;
- tata letak peta (peletakan isi peta, informasi peta, informasi batas suatu peta);
- teks (pemilihan jenis dan ukuran huruf untuk nama-nama geografis di peta)
Berfungsi atau tidaknya suatu peta
sangat tergantung pada disain peta yang dibuat. Suatu peta yang mudah dibaca,
dengan kata lain dapat mengkomunikasikan kepada para pemakai peta, merupakan
peta yang telah didisain dengan baik, sehingga informasi yang disajikan dapat
dimengerti oleh pemakai peta. Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan
penting dan merupakan awal dari kegiatan kartografi dalam kaitannya
dengan proses pembuatan suatu peta.
Suatu disain peta berhubungan dengan penampilan grafis dari informasi geospasial yang disajikan pada lembar peta. Pembuat peta (kartografer) harus mampu menciptakan peta untuk para pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini, fungsi pembuat peta adalah merancang bangun semua kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai peta. Disain merupakan bagian kritis dan merupakan pekerjaan yang sulit dari pekerjaan kartografi.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa disain adalah masalah ilham (intuitive matter), yang berhubungan dengan perasaan (feeling) dan bakat (talent) seperti halnya seorang seniman yang diperoleh bukan dari pendidikan. Meskipun demikian, seorang kartografer dalam mengembangkan disain tersebut mempunyai suatu batasan-batasan, tidak seperti seorang seniman yang bebas mengembangkan imajinasinya. Disain dikerjakan dalam dua tingkatan, yaitu tingkat pertama merupakan hal-hal yang mempengaruhi cara penampilan peta dan penampilan isi, sedang tingkat kedua merupakan keputusan-keputusan rinci tentang simbol-simbol yang mengungkapkan informasi secara grafis.
PRINSIP DISAIN PETA
Semua pengguna peta tahu bahwa ada peta yang baik
dan ada juga peta yang kurang baik, masalahnya adalah bagaimana menentukan
kedua produk peta tersebut. Setiap kali membahas
prinsip-prinsip disain peta, pengguna peta mengakui bahwa mereka tidak tahu
mengapa produk peta hasilnya bisa baik dan buruk. Pada pembuatan disain suatu peta, sebelum mengambil keputusan mengenai
detail yang akan disajikan, ada 5 prinsip yang harus diperhatikan, prinsip-prinsip berikut ini bisa dijadikan pegangan di dalam membuat disain
suatu peta.
- Konsep Sebelum Kompilasi.
Tanpa
memahami konsep kartografi, seluruh proses disain tidaklah dapat dijalankan
dengan baik; disain peta merupakan bagian yang sangat penting di dalam
pembuatan peta. Jika konsep dipahami, maka
semua konten fitur disain akan dipenuhi untuk mendapatkan peta yang baik. Sebelum
pembuatan suatu disain peta, ada dua kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu tahap
konsep dan parameter, serta detil di dalam pelaksanaannya. Pembuatan disain
peta tidaklah sekali jadi, umumnya dilakukan berulang-ulang sampai sesuai
dengan keinginan dan harapan dari pengguna peta.
Suatu
peta yang mudah dibaca, merupakan peta yang telah didisain
dengan baik, sehingga unsur-unsur yang tercakup di dalamnya dapat
dimengerti oleh semua pengguna peta. Sebagai seorang kartografer, dalam
merencanakan disain peta harus memperhatikan konsep dan kaidah kartografi, prinsip-prinsip
komunikasi visual, sehingga akan didapat hasil seperti yang diharapkan oleh
pengguna peta. Jadi tujuan disain peta adalah bagaimana menyajikan atau
mengvisualisasikan unsur-unsur informasi geospasial pada suatu lembar peta secara jelas
dan mudah dibaca oleh pengguna peta.
- Hirarki dengan Harmonisasi
Di dalam
pembuatan disain peta, hirarki dan harmonisasi tata letak peta, simbol, dan
warna harus diperhatikan. Unsur-unsur muka bumi yang akan disajikan dalam
bentuk simbol dan warna harus memperhatikan aturan hirarki yang ada di dalam
pembuatan disain peta. Warna yang dipilih untuk simbol peta harus memperhatikan
harmonisasi warna sehingga akan terjadi keseimbangan diantara simbol-simbol
yang menyajikan unsur-unsur muka bumi. Asosiasi
antar simbol haruslah memiliki keterkaitan dengan hirarki yang ada pada konsep pembuatan
simbol. Penggunaan hirarki dan harmonisasi akan memberikan penyajian
visualisasi yang mampu melakukan komunikasi antara pembuat dan pengguna peta.
Langkah awal yang
harus diputuskan didalam pembuatan suatu disain peta adalah penentuan
’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah. Maksud dan tujuan
dari peta merupakan faktor penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus
tampak dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung akan tampak
sebagai latar belakang. Tingkat kejelasan ini akan disajikan dengan penggunaan
warna yang lebih kontras, besar kecilnya ukuran garis yang digunakan, pemakaian
rona (prosentasi screen) untuk warna,
dan corak (pattern) untuk suatu area.
Contoh Peta Geologi dan Peta Tata Guna Lahan
http://andimanwno.files.wordpress.com/2010/06/peta-geologi-jatim.jpg
Harmonisasi
juga berhubungan dengan penggunaan warna pada penyajian unsur-unsur yang
menjadi tujuan dari suatu peta. Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara
warna untuk unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia. Setiap warna pada
sebuah peta mempunyai arti, sehingga pembuat peta tidak bisa memilih warna
secara bebas untuk sebuah peta topografi, karena sudah ada semacam perjanjian atau coventional sign tetang warna dan simbol peta topografi.
Selain
kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus memperhatikan keseimbangan,
dalam pengertian bagaimana menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan
yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari masing-masing komponen
tersebut adalah wajar. Disain untuk peta tematik berbeda dengan disain peta
topografi, khususnya untuk ukuran lembar peta, muka peta dan informasi peta,
sehingga di dalam pembuatan peta tematik, kekontrasan warna dan kesimbangan di
dalam meletakkan peta harus diperhatikan. Umumnya peta tematik sedikit
menggunakan simbol dibandingkan dengan peta topografi, tetapi penggunaan simbol
warna pada peta tematik lebih bebas dibandingkan dengan simbol warna pada peta
topografi.
- Kesederhanaan Disain
Pada
dasarnya, disain peta dibuat sesederhana mungkin agar bisa dibaca dan
dimengerti oleh pengguna peta. Bagi pembuat disain peta, hal yang terpenting
adalah bagaimana produk peta tersebut bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin oleh
pengguna peta. Kegiatan tahap disain peta dapat dikatakan selesai ketika peta
yang akan dihasilkan mampu melakukan komunikasi visual dengan pengguna petanya.
Data dan informasi yang akan disajikan pada sebuah peta dapat menentukan skala
peta yang ideal untuk produk akhirnya, atau juga skala peta yang akan dibuat
dapat menentukan unsur-unsur muka bumi apa saja yang perlu disajikan pada
sebuah peta; hal ini juga berkaitan dengan generalisasi yang akan dilakukan
pada unsur-unsur yang akan disajikan.
Tuntutan
yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah memperlihatkan semua unsur
permukaan bumi pada posisi yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan
dapat tercakup pada beberapa lembar peta. Luas daerah dan kerapatan detail yang
disajikan sangat tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat
dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala peta merupakan suatu
hal yang saling berkaitan. Penentuan skala peta akan mempengaruhi di dalam penyajian unsur-unsur muka bumi yang akan
disajikan di peta, karena makin kecil skala peta berarti unsur muka bumi yang
disajikan makin berkurang.
- Maksimum Informasi pada Minimum Biaya
Pembuatan
disain peta berkaitan juga dengan biaya pembuatan petanya. Semua pembuatan disain
peta merupakan hasil kompromi antara produk akhir peta dengan biaya pencetakan
peta. Berapa banyak dan bagaimana informasi geospasial dapat disajikan pada sebuah peta
haruslah dikaitkan dengan pembiayaan pencetakan petanya. Umumnya, produk suatu
peta selalu menggunakan biaya minimum pencetakan dengan memberikan informasi
unsur muka bumi yang optimal.
Setiap
produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga mempunyai sasaran yang
jelas siapa calon pemakai atau penggunanya. Berkaitan dengan proses pembuatan
peta, perlu juga ditentukan metode serta teknologi yang akan digunakan. Produk
peta bisa dibedakan kegunaannya, ada peta untuk keperluan perencanaan
pembangunan, dan ada juga peta untuk dipasarkan kepada masyarakat; oleh sebab
itu jika ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya
produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang akan dihasilkan.
- Melibatkan Imajinasi untuk Pemahaman
Kartografi
adalah suatu ilmu, teknik dan seni di dalam pembuatan sebuah peta. Kartografer harus juga menggunakan imajinasi atau daya cipta agar data dan informasi geospasial yang disajikan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh
pengguna peta. Seorang kartografer akan menggunakan
fiksi dan ilusi kartografis di dalam pembuatan disain petanya. Disain peta yang
baik serta memperhatikan juga estitika akan bisa diterima oleh pengguna peta
sebagai pesan komunikasi visual, oleh sebab itu perlu diperhatikan fokus yang
diinginkan oleh pengguna peta.
Seorang
pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan memulai dengan menciptakan
bentuk secara keseluruhan, kemudian menyaring atau memilih detil yang
diperlukan. Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran
terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin kurang mengerti arti dari
bermacam-macam ’kunci’ penyajian. Sebelum membuat simbol peta, kartografer harus terlebih dahulu melakukan inventarisasi semua unsur muka bumi yang akan
disajikan, kemudian melakukan seleksi dan klasifikasi untuk pembuatan
simbolnya.
GENERALISASI
Generalisasi adalah
salah satu dasar penting pada pekerjaan kartografi, hal ini dilakukan supaya cakupan dan penyajian unsur-unsur muka bumi dapat lebih
mudah dimengerti serta digunakan dengan baik dan jelas oleh pengguna peta. Pada saat yang
sama, pekerjaan generalisasi harus menjamin
bahwa peta merupakan refleksi dari geospasial variabilitas
dari permukaan bumi dan karakteristik yang diwakili.
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan
generalisasi
● Obyek Generalisasi
Proses yang berlangsung pada saat
mendefinisikan dan membangun basisdata. Hal ini dilakukan karena basisdata
merupakan representasi abstrak dari muka bumi, sehingga pada saat pengambilan
data, harus dilakukan tingkat tertentu generalisasi (dalam arti abstraksi,
seleksi, dan pengurangan). [Weibel dan Dutton, 1999].
● Model Generalisasi
Objek generalisasi dilakukan pada saat
mempersiapkan data untuk peta konvensional (hardcopy), sedang model
generalisasi dilaksanakan untuk persiapan pembuatan peta digital. Pada peta
digital, generalisasi dapat mempengaruhi secara langsung grafis peta dan juga
data. Tujuan utama model generalisasi adalah untuk melakukan reduksi data
berbagai keperluan. Reduksi data dilakukan untuk menghemat penyimpanan dan
meningkatkan efisiensi komputasi fungsi analitis; hal ini juga mempercepat
transfer data melalui jaringan komunikasi.
Kemampuan ini sangat berguna dalam integrasi
dataset resolusi dan akurasi, serta dalam konteks basisdata multi-resolusi yang
berbeda. Model generalisasi digunakan sebagai langkah awal pengolahan generalisasi kartografi yang tidak
berorientasi pada penggambaran grafis (tidak melibatkan seni, komponen
intuitif). Model generalisasi meliputi proses yang sepenuhnya dapat dimodelkan
secara formal, tetapi memiliki konsekuensi estetika untuk generalisasi
kartografi berikutnya [Weibel dan Dutton, 1999].
● Generalisasi
Kartografi
Generalisasi kartografi adalah istilah yang
umum digunakan di dalam melaksanakan generalisasi data geospasial untuk
visualisasi kartografi. Suatu proses yang dilaksanakan ketika orang mendengar istilah ‘generalisasi’ pada
pekerjaan pembuatan peta.
Perbedaan antara generalisasi kartografi dan
model generalisasi adalah pada proses pelaksanaannya. Generalisasi kartografi
dilaksanakan untuk menghasilkan visualisasi, dan penyajian simbol grafis objek
data; oleh karena itu, generalisasi kartografi mencakup juga proses di dalam
penanganan masalah yang diakibatkan oleh pemilihan suatu simbol peta, seperti
pergeseran unsur muka bumi setelah dilakukan generalisasi. [Grunreich, 1993].
Beberapa pendapat tentang jenis
generalisasi.
- Robinson, dan J.Morrison (1988) menyajikan pendekatan empat jenis generalisasi yaitu: penyederhanaan, klasifikasi, simbolisasi, dan induksi.
- Salishchev (1998) mengidentifikasi lima jenis generalisasi: pemilihan fenomena dipetakan, penyederhanaan objek garis, generalisasi atribut kuantitatif, marjinalisasi atribut kualitatif, dan penggantian simbol terpisah untuk objek individu dengan obyek yang umum.
- AM Berlant (2001), generalisasi dibagi delapan jenis yaitu: generalisasi atribut kualitatif, generalisasi atribut kuantitatif, pergeseran dari yang sederhana sampai konsep yang kompleks, seleksi obyek, generalisasi kontur (sisi geometrik generalisasi), penggabungan batas-batas area, pergeseran obyek yang direpresentasikan, dan perubahan dari ukuran objek yang berlebihan.
- G. Hake, D. Grünreich dan L. Meng (2002), dua jenis generalisasi dasar diidentifikasi: generalisasi objek berdasarkan basisdata, dan generalisasi kartografi berdasarkan peta. Keduanya dalam perkembangannya dibagi menjadi tiga jenis generalisasi yaitu: geometrik, lebih kepada penyederhanaan bentuk, semantik, lebih kepada penyederhanan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep tentang unsur yang digambarkan), temporal (generalisasi waktu).
Selain itu, cara-cara generalisasi dapat dilihat
dari hasil generalisasi pengetahuan praktis yang terkait dengan penciptaan dan
pemanfaatan peta. Pembuat peta selalu melakukan pendekatan kompromis dengan
pengguna peta, sehingga di dalam pelaksanaan generalisasi hal yang penting
adalah bagaimana peta hasil proses generalisasi dapat dimengerti dan difahami
oleh pengguna peta. Suatu hal yang harus disepakati, generalisasi peta tidak
boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah kartografi.
Generalisasi
Kartografi
Generalisasi kartografis adalah proses yang terdiri dari
berbagai bagian yang meliputi beberapa hubungan
antara penyajian unsur-unsur muka bumi dan keragaman unsur muka bumi yang disajikan di peta. Ketidaksamaan informasi
yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala berbeda disebabkan
adanya aspek generalisasi kartografis. Generalisasi muncul karena kepadatan isi
peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran
minimum pada peta. Generalisasi berkaitan erat dengan skala peta dan tujuan
pembuatan peta.
Pengertian generalisasi pada kartografi adalah suatu
pekerjaan memilih, menyederhanakan, menghilangkan penyajian unsur-unsur muka
bumi di peta yang dihubungkan dengan skala peta dan kepentingan dari unsur
bersangkutan, sehingga dapat membantu kejelasan bagi pengguna peta di dalam
membaca peta. Pada
dasarnya generalisasi dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a.
generalisasi geometrik, lebih kepada
penyederhanaan bentuk.
b.
generalisasi konsepsual, lebih kepada
penyederhanan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep
tentang unsur yang digambarkan).
Proses generalisasi merupakan suatu problem pada pekerjaan
kartografi, karena pembuat peta harus mampu melakukan analisis dan seleksi
secara tepat di dalam menyajikan simbol dari unsur-unsur yang ada di muka bumi.
Tebal garis, ukuran simbol akan menjadi hal yang penting di dalam proses
generalisasi. Spesifikasi suatu peta ikut menentukan tingkat generalisasi yang
dilakukan, jadi bentuk suatu simbol tidak harus sama untuk suatu peta yang
berbeda skala petanya. Generalisasi dapat dilakukan dengan cara:
a.
langsung pada peta yang
telah diperkecil skala petanya;
b. dilakukan pada peta asli sebelum peta diperkecil skalanya;
c.
dilakukan dengan melalui skala perantara.
Proses
Generalisasi
Enam kondisi yang
akan terjadi pada perubahan
skala peta
yang dapat digunakan
untuk menentukan kebutuhan generalisasi.
● Tingkat Kepadatan
Mengacu
pada masalah banyaknya unsur yang disajikan pada peta yang
mempunyai ruang terbatas, yaitu kepadatan unsur geografi yang terlalu tinggi.
● Koalesensi/Berpadu
Suatu
kondisi dimana unsur akan berdekatan/bersentuhan sebagai akibat dari jarak pemisah lebih kecil dari
resolusi perangkat lunak yang digunakan, atau unsur yang akan bersinggungan dengan unsur lainnya sebagai hasil proses simbolisasi.
● Konflik
Suatu situasi
representasi unsur geospasial bertentangan dengan latar belakangnya. Sebagai
contoh ketika suatu
jalan membagi dua bagian dari
sebuah taman kota. Konflik bisa terjadi selama proses generalisasi, untuk itu perlu penggabungan dua segmen taman di seberang jalan yang ada. Pada
saat generalisasi, kondisi seperti tersebut perlu diselesaikan melalui perubahan simbol, perpindahan,
atau penghapusan.
●
Komplikasi
Berkaitan
dengan ambiguitas dalam kinerja teknik generalisasi, yaitu hasil generalisasi tergantung pada banyak
faktor, misalnya kompleksitas data geospasial, pemilihan teknik iterasi, dan seleksi tingkat
toleransi.
● Tidak Konsisten (Inkonsistensi)
Mengacu
pada satu set keputusan generalisasi diterapkan tidak seragam di peta yang diberikan. Di sini akan ada bias
dalam generalisasi antara unsur-unsur dipetakan; inkonsistensi tidak selalu merupakan
suatu kondisi yang
diinginkan.
● Ukuran Unsur (lmperceptibility)
Suatu situasi
ketika unsur yang disajikan mempunyai ukuran di bawah ukuran penggambaran minimal untuk peta. Pada kondisi ini, unsur tersebut dapat dihilangkan, atau dieksagerasi, atau dilakukan
penggabungan beberapa unsur dalam bentuk simbol titik menjadi unsur dalam
bentuk simbol area tunggal. (Leberl
1986 ).
Salah satu kesulitan yang dihadapi pada pekerjaan generalisasi adalah sifatnya yang sangat subyektif, sehingga suatu peta yang digeneralisasi oleh beberapa kartografer akan dapat menghasilkan bentuk generalisasi yang berbeda. Sangat sulit untuk menentukan yang benar atau yang salah, bahkan tidak mungkin untuk memberikan cara-cara dalam melakukan generalisasi yang akan dipakai sebagai ketentuan mutlak dan harus diikuti untuk segala keadaan. Walaupun demikian, ada beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan, yaitu:
● Maksud dan tujuan suatu peta
Pada hakekatnya, petunjuk ini
merupakan suatupetunjuk umum untuk membuat disain suatu peta, jadi bukanlah
terbatas pada generalisasi saja. Semua peta mempunyai maksud dan tujuan,
sehingga pada pelaksanaan generalisasi, seorang kartografer harus memperhatikan
hal-hal tersebut, sehingga unsur yang disajikan adalah sesuai dan memenuhi
maksud dan tujuan dari peta bersangkutan.
● Karakteristik suatu daerah
Peta bertujuan menyajikan secara
menyeluruh semua unsur-unsur yang dibatasi oleh skala peta. Penyederhanaan akan
bertambah , bersamaan dengan perubahan skala peta, tetapi bentuk/sifat dari
suatu daerah haruslah tetap dipertahankan meskipun skala peta diperkecil.
● Perlakuan yang selalu tetap
Menjaga tingkat generalisasi
yang sama pada suatu peta secara keseluruhan dan juga pada rangkaian peta
adalah suatu hal yang sngat penting untuk tetap dipertahankan meskipin hal
tersebut sulit dilakukan. Gejala-gejala yang sering dilakukan pada saat generalisasi
adalah penyederhanaan yang berlebihan pada daerah padat detilnya serta
penyederhanaan yang terlalu sedikit pada detil yang agak jarang; cara-cara
tersebut akan dapat memberikan kesan yang salah.
● Pemilihan (Selection)
Unsur yang akan disajikan sesuai
dengan maksud dan tujuan dari pembuatan suatu peta serta peta yang dikehendaki.
Sebagai contoh, pada peta 1:20.000 selang kontur adalah setiap 10 meter, sedang
pada peta skala 1:40.000 selang konturnya adalah setiap 20 meter, ini berarti
pada pembuatan peta skala 1:40.000 beberapa kontur pada peta skala 1:20.000
banyak yang diseleksi atau tidak disajikan; kontur dengan kelipatan 10 meter
tidak digambar lagi, yang disajikan kelipatan 20 meter.
● Penyederhanaan (Simplification)
Unsur-unsur yang akan
diperlihatkan di peta haruslah jelas, terang dan terbaca dengan tanpa mengubah
karakteristik dari unsur-unsur bersangkutan. Jika terdapat unsur yang terlalu
kecil serta sulit untuk disajikan dengan detil yang cukup, maka unsur-unsur
tersebut perlu disederhanakan. Contoh, pada peta skala 1:5.000 umumnya
rumah/gedung diperlihatkan dalam ukuran sebenarnya, sebaliknya pada peta skala
1:25.000 bentuk rumah/gedung disajikan secara kelompok, bahkan bangunan yang
sangat khas (mesjid, gereja) sudah disederhanakan dalam bentuk simbol.
● Penggabungan (Merging)
Jika terjadi perubahan skala peta, karakter unsur linier yang terdiri dari
beberapa garis tidak mungkin untuk dipertahankan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka unsur linier
tersebut perlu digabung (Nickerson dan Freeman, 1986). Pada
sejumlah peta umumnya jalan
raya terbagi dalam beberapa jalur, biasanya diwakili oleh dua atau lebih jalur yang berdekatan, dengan jarak
pemisah antara jalur. Adanya
perubahan skala peta (dari peta skala besar menjadi peta skala kecil), garis-garis yang terpisah
tersebut digabung menjadi satu yang
posisinya sekitar pertengahan antara dua jalur
jalan, dan akan mewakili jalur jalan tersebut.
● Menghilangkan (Smoothing)
Beberapa unsur di muka bumi yang
dianggap tidak penting perlu dihilangkan tanpa merusak kejelasan isi peta
dengan pertimbangan faktor skala peta dan keadaan asli dari muka bumi. Pada
saat dibuat peta turunan atau memperkecil skala peta, banyak unsur muka bumi
yang memang tidak diperlukan untuk disajikan sehingga unsur-unsur tersebut
dapat dihilangkan, sebagai contoh, anak sungai pada peta skala 1:20.000 masih
bisa digambarkan, tapi pada peta skala 1:100.00 unsur anak sungai sudah tidak
bisa digambar dan bisa dihilangkan.
● Pergeseran (Displacement)
Teknik pergeseran digunakan untuk mengatasi masalah unsur muka
bumi yang diakibatkan adanya dua atau lebih unsur yang saling berdekatan atau
tumpang tindih; lebih khusus dalam hal menerapkan aturan penggunaan suatu
simbol unsur dari lokasi yang bersangkutan. Batas-batas grafis unsur-unsur yang
ada di peta perlu dilakukan pergeseran dari lokasi planimetris yang sebenarnya.
Jika setiap unsur dapat diwakili pada skala peta yang dihasilkan, pergeseran
unsur tidak diperlukan. Pada realitanya, batas unsur di peta mempunyai lebar
yang sangat kecil sehingga pada saat disajikan sebagai simbol garis, unsur
tersebut memiliki lebar yang terbatas dan menempati area yang juga terbatas
pada peta.
Permasalahan ini diselesaikan dengan cara:
-
pergeseran unsur dari
lokasi yang sebenarnya;
-
memperlakukan unsur dengan
perubahan simbol;
-
menghilangkan unsur
tersebut dari penyajian peta.
Contoh unsur-unsur yang ‘diutamakan’ dalam hal pergeseran pada
peta topografi:
•
sungai menggeser jalan
kereta api;
•
jalan kereta api menggeser
jalan raya;
•
jalan raya menggeser
bangunan;
•
bangunan menggeser batas
tumbuhan.
Kelima aspek diatas, menyeleksi, penyederhanaan, penggabungan, menghilangkan,
dan pergeseran sangat erat hubungannya, sehingga dalam pengertian praktis
sangat sukar untuk memisahkan aspek satu terhadap aspek lainnya.
Exagerasi
Exagerasi dapat dikatakan sebagai salah satu macam/bentuk
generalisasi. Exagerasi adalah suatu teknik pembesaran dalam penyajian suatu
unsur pada peta yang dihubungkan dengan ukuran sebenarnya unsur-unsur tadi
dalam skala tertentu dari peta. Maksud dari exagerasi adalah suatu usaha untuk
mempermudah pemakai peta tentang pentingnya suatu unsur tertentu dalam suatu
peta.
Konsep dari exagerasi adalah
sederhana, tetapi di dalam prakteknya dapat menimbulkan beberapa masalah,
terutama dalam usaha untuk mempertahankan ukuran sebenarnya dan letak simbol-simbol
yang terkena exagerasi. Untuk menjaga posisi dari simbol yang terkena
exagerasi, maka simbol harus diletakkan pada titik pusat simbol tersebut atau
sumbunya tetap pada posisi sebenarnya. Suatu penyajian yang bersifat mutlak
dalam hal mengutamakan unsur mana yang dapat digeser/dipindahkan tidaklah ada,
semua ini tergantung pada penting tidaknya suatu unsur tersebut dan sistem
reproduksi (terutama dalam pembuatan peta berwarna).
Unsur asli menggeser unsur buatan manusia, unsur buatan manusia
menggeser batas-batas tumbuhan atau batas-batas lainnya. Pengecualian dalam hal
pergeseran ini adalah penempatan titik-titik kontrol geodesi yang harus
diletakkan pada posisi sebenarnya, sehingga pergeseran unsur-unsur lain tetap
mempunyai letak relatif yang benar terhadap titik-titik kontrol geodesi. Untuk
peta skala kecil yang tidak mempunyai tingkat ketelitian tinggi, hal-hal
seperti tersebut diatas dapat diterima sepanjang letak relatifnya satu sama
lain dapat dipertanggung jawabkan. Untuk rangkaian peta topografi yang
mempunyai standar ketelitian tertentu, letak posisi planimetris dan tinggi,
maka semua pengaruh akibat generalisasi dan exagerasi harus dipertimbangkan
dalam pelaksanaan penggambaran peta.
a: adalah peta asli ; b peta hasil generalisasi konvensional; c peta hasil generalisasi secara digital
SIMBOL DAN WARNA
Reaksi pertama dari sejumlah pemakai peta adalah mengindentifikasi suatu daerah yang disajikan pada peta, yaitu untuk mengetahui ‘dimana letak daerah tersebut’. Bagi pemakai peta yang sudah mempunyai pengalaman, tidaklah sulit untuk dapat mengetahui ‘dimana letak sebuah daerah’ yang ada di peta, karena semua ‘kunci’ akan dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi tersebut dengan mendasarkan kaitan antara daratan dan air, relief serta daerah pemukiman penduduk. Pemakai peta mungkin saja tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran terhadap suatu skala peta dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, dan juga mungkin kurang memahami arti dari bermacam-macam ‘kunci’ penyajian.
Salah satu pendekatan penting di dalam mempelajari kartografi adalah memandang peta sebagai suatu bentuk komunikasi visual untuk menjelaskan hubungan geospasial di muka bumi. Walaupun kartografi mempunyai hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya. Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi visual, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi visual dan penyajian grafis data statistik.
Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi, disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis (graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi dimuka bumi pada suatu bidang datar. Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan tersebut, diperlukan suatu simbol yang berhubungan dengan penampilan grafis suatu informasi pada selembar peta.
Peta menyajikan unsur-unsur dimuka bumi dalam bentuk simbol, yang merupakan 'bahasa' kartografi antara pembuat peta dengan pengguna peta. Ini berarti bahwa dengan melihat atau membaca simbol-simbol dalam suatu peta akan diketahui dan diperoleh informasi yang berhubungan dengan data kebumian. Informasi muka bumi akan dapat disajikan dengan baik pada peta, hanya jika hubungan diantara data lapangan terlihat 'bersih' dan mudah dimengerti.
Salah satu hal penting mengenai berfungsi atau tidaknya suatu peta sebagai pemberi informasi, sangat tergantung pada cara penyajian suatu simbol di peta yang mewakili data geospasial di muka bumi. Pemilihan dan pembuatan suatu simbol untuk menyajikan informasi geospasial memerlukan suatu efektifitas, termasuk hubungan subyek yang akan dipresentasikan dengan simbol-simbol lainnya. Pemilihan simbol suatu unsur di muka bumi sangatlah penting, sebab simbol tersebut akan menjembatani antara pembuat peta dengan pemakai peta dalam hubungannya dengan data spasial di muka bumi.
Sistematika Pembuatan Disain Simbol
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari suatu simbol yang akan dibuat.
Di dalam membuat disain peta, maksud dan tujuan pembuatan peta merupakan faktor yang penting, sehingga faktor-faktor yang utama harus tampak secara grafis sebagai citra latar depan, sedangkan unsur-unsur pendukung tampak sebagai citra latar belakang. Unsur-unsur yang berhubungan langsung dengan maksud dan tujuan peta harus lebih ditonjolkan dibanding unsur-unsur pendukungnya.Tingkat kejelasan ini dipengaruhi oleh penggunaan kontras warna, tebal tipisnya garis yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur seperti jalan, kontur, sungai.
Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang, umumnya dinyatakan dalam :
Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan berkurang kejenuhannya.
Dari karakteristik geo-data dan isi peta, langkah untuk memilih variabel pandang dibuat melalui tingkat persepsi pandang yang pada akhirnya akan memenuhi syarat dari suatu peta. Cara ini sebagai dasar pada pembuatan disain simbol untuk menyatakan bahwa informasi yang disajikan pada suatu peta adalah benar, dan merupakan jawaban yang saling berkaitan dengan kegunaan peta, isi peta, karakteristik geodata, yang memerlukan syarat satu atau lebih tingkatan khusus dari persepsi.
Aspek
fisik dan psikologi tidak bisa lepas bagi disainer peta di dalam menciptakan
simbol-simbol peta. Warna-warna dominan unsur-unsur muka bumi yang akan
disajikan pada sebuah peta akan memberikan inspirasi di dalam pembuatan simbol
yang berkaitan juga dengan warna yang akan digunakan. Keadaan fisik di lapangan
secara psikologi juga akan mempengaruhi di dalam pemilihan warna yang untuk
mewakili unsur muka bumi; sebagai contoh unsur tumbuh-tumbuhan akan diwakili
oleh simbol warna hijau dengan pola (pattern)
berbentuk tumbuh-tumbuhan,
Banyaknya
simbol yang konvensional dan standar, menjadikan suatu hal yang jelas bahwa
kartografer tidak pada setiap waktu dapat secara bebas mendisain suatu simbol;
atau dengan perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu
pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama. Diharapkan tidak
akan terjadi perbedaan atau konflik antara simbol yang telah standar dengan
simbol yang didisain mengikuti analisis logikal dari beberapa faktor yang telah
dipertimbangkan.
Reaksi pertama dari sejumlah pemakai peta adalah mengindentifikasi suatu daerah yang disajikan pada peta, yaitu untuk mengetahui ‘dimana letak daerah tersebut’. Bagi pemakai peta yang sudah mempunyai pengalaman, tidaklah sulit untuk dapat mengetahui ‘dimana letak sebuah daerah’ yang ada di peta, karena semua ‘kunci’ akan dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi tersebut dengan mendasarkan kaitan antara daratan dan air, relief serta daerah pemukiman penduduk. Pemakai peta mungkin saja tidak mudah untuk membayangkan suatu ukuran terhadap suatu skala peta dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, dan juga mungkin kurang memahami arti dari bermacam-macam ‘kunci’ penyajian.
Salah satu pendekatan penting di dalam mempelajari kartografi adalah memandang peta sebagai suatu bentuk komunikasi visual untuk menjelaskan hubungan geospasial di muka bumi. Walaupun kartografi mempunyai hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya. Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi visual, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi visual dan penyajian grafis data statistik.
Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi, disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis (graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi dimuka bumi pada suatu bidang datar. Salah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan tersebut, diperlukan suatu simbol yang berhubungan dengan penampilan grafis suatu informasi pada selembar peta.
Peta menyajikan unsur-unsur dimuka bumi dalam bentuk simbol, yang merupakan 'bahasa' kartografi antara pembuat peta dengan pengguna peta. Ini berarti bahwa dengan melihat atau membaca simbol-simbol dalam suatu peta akan diketahui dan diperoleh informasi yang berhubungan dengan data kebumian. Informasi muka bumi akan dapat disajikan dengan baik pada peta, hanya jika hubungan diantara data lapangan terlihat 'bersih' dan mudah dimengerti.
Salah satu hal penting mengenai berfungsi atau tidaknya suatu peta sebagai pemberi informasi, sangat tergantung pada cara penyajian suatu simbol di peta yang mewakili data geospasial di muka bumi. Pemilihan dan pembuatan suatu simbol untuk menyajikan informasi geospasial memerlukan suatu efektifitas, termasuk hubungan subyek yang akan dipresentasikan dengan simbol-simbol lainnya. Pemilihan simbol suatu unsur di muka bumi sangatlah penting, sebab simbol tersebut akan menjembatani antara pembuat peta dengan pemakai peta dalam hubungannya dengan data spasial di muka bumi.
Sistematika Pembuatan Disain Simbol
Disain simbol adalah suatu kegiatan kreatifitas grafis dalam menyajikan unsur
permukaan bumi yang sesuai dengan tujuan pembuatan peta. Mendesain suatu simbol
adalah merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu unsur dan
konsep dari pemakai peta. Pada sistem keseluruhan dari pembuatan desain peta,
maka desain simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa
cabang komponen dari suatu sistem fungsional.
Pada pembuatan desain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung
terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in cartographic
eduction, 1984). Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor
tersebut adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu desain simbol.
Pembuatan Desain Simbol
Peta
(a) Isi peta
Unsur-unsur apa saja
yang akan disajikan pada peta adalah faktor utama yang betul-betul
dipertimbangkan dalam pembuatan desain simbol. Pembuatan desain simbol dapat
dilakukan jika 'isi' suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan
pembuatan peta bersangkutan. Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan
keperluan pemetaan dan persyaratan pemakai peta, juga perlu dipertimbangkan
beberapa faktor penting lainnya yaitu :
o
tersedianya dan kebenaran data untuk
pemetaan;
o
hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi
peta yang digunakan;
o fasilitas teknik reproduksi yang tersedia;
o
kondisi ekonomi yang
berhubungan dengan pembiayaan dan pasar.
(b) Karakteristik
geo-data
Sesudah isi peta
disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk maksud desain simbol, maka
diperlukan analisis geo-data (data spasial) yang akan disajikan. Data spasial
permukaan bumi dapat dibedakan menjadi empat dasar/katagori yaitu :
● Karakteristik
planimetrik
Informasi permukaan
bumi didefinisikan dalam bentuk titik, garis, atau luas yang keadaannya relatif
sesuai dengan skala peta. Karakteristik planimetrik pada pembuatan desain
simbol disajikan dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.
● Tingkat ukuran
Data dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala interval dan
ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama dengan pembentukan data
ukuran yang berdasarkan pada hirarki yaitu, kualitatif - kelas - kuantitatif.
-
Data nominal
Suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak mempunyai
tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang disajikan hanya dikenal dengan
suatu nama saja, misalnya sekolah, bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.
-
Data ordinal
Suatu
ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang mempunyai tingkatan. Unsur/obyek
yang disajikan pada peta secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut
ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti besar dan kecil,
padat dan jarang, basah dan kering, tua dan muda. Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai kota besar dan kota
kecil, desa luas dan desa kecil.
-
Data interval dan rasio
Suatu
ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan tertentu saja, melainkan juga
dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Pada ukuran
interval, titik nol atau titik permulaan diambil sembarang, artinya
perbandingan suatu harga tidak mempunyai arti yang se-benarnya; sedang pada
ukuran ratio, titik permulaannya adalah mutlak (harga sebenarnya).
● Struktur dari
organisasi data
Struktur organisasi
adalah aspek lain dari karakteristik geo-data. Apapun tipe peta yang akan
dihasilkan, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan. Subyek dari peta yang
akan dihasilkan harus dibedakan kedalam beberapa grup atau katagori yang
unsur-unsurnya mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air dicatat dan
dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari satu elemen pada peta);
selain hal tersebut, diperhatikan juga apakah dalam satu katagori masih
diperlukan pembagian beberapa sub katagori lagi. Hal ini sangat penting untuk
membuat sistematika, sehingga dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya
secara visual dengan suatu katagori tertentu.
● Karakteristik data lainnya
Sesudah data dianalisis untuk karakteristik planimetrik, tingkat ukuran dan
struktur data, pada dasarnya pemilihan simbol sudah mulai dapat ditentukan.
Untuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan pencarian
karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set data (garis kontur) yang
merupakan hasil pengukuran langsung dan hasil perkiraan (interpolasi); pada
desain simbol, perbedaan data tersebut disajikan dengan garis penuh dan garis
putus-putus.
(c) Persyaratan
peta
Pembuatan desain
simbol dapat berbeda tergantung untuk keperluan apa peta tersebut dibuat,
apakah untuk pendidikan, ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta
sekolah, umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk diketahui,
sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang dimiliki, pengalaman dalam
menggunakan peta, dan kemampuan dalam persepsi.
Pemilihan antara
pemakaian simbol piktorial atau simbol geometrik oleh kartografer, mungkin
lebih ditekankan berdasarkan kelompok pemakai. Simbol piktorial umumnya lebih
jelas dan lebih mudah untuk dikenal, tetapi sering memerlukan ruang yang luas
dipeta, dan penempatan lokasinya tidaklah tepat dari segi ketelitian. Keadaan
khusus dari pemakaian suatu peta akan mempengaruhi desain simbol yang akan
dibuat, sebagai contoh :
o
apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan
(Atlas) atau pada jarak tertentu (peta dinding) ;
o
apakah dibutuhkan waktu yang lama atau
pengamatan yang cepat dalam mempelajari suatu peta ;
o
apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran
yang normal atau pada penyinaran dengan iluminasi khusus.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari suatu simbol yang akan dibuat.
Perbedaan Warna Peta
Dinding dan Atlas
(http://peterbird.name/publications/2003_PB2002/PB2002_wall_map.gif
)
(d) Variabel
pandang
Variabel pandang
merupakan basis dasar didalam pembuatan simbol yang berperan penting pada
proses sistematika dan logika disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu
simbol yang akan mewakili suatu unsur di permukaan bumi, perlu dipelajari
terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut berbagai bentuk
penyajian dengan menggunakan dampak pandang (visual impact), sebab hal
tersebut merupakan sesuatu yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian
pada suatu peta.
Di dalam membuat disain peta, maksud dan tujuan pembuatan peta merupakan faktor yang penting, sehingga faktor-faktor yang utama harus tampak secara grafis sebagai citra latar depan, sedangkan unsur-unsur pendukung tampak sebagai citra latar belakang. Unsur-unsur yang berhubungan langsung dengan maksud dan tujuan peta harus lebih ditonjolkan dibanding unsur-unsur pendukungnya.Tingkat kejelasan ini dipengaruhi oleh penggunaan kontras warna, tebal tipisnya garis yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur seperti jalan, kontur, sungai.
Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang, umumnya dinyatakan dalam :
-
bentuk
(shape)
-
ukuran
(size)
-
orientasi
(orientation)
-
harga
(value)
-
tekstur
(texture)
-
warna
(colour)
● Bentuk (shape)
Gambaran dari suatu
unsur/obyek yang dipetakan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, mulai dari
bentuk geometrik yang sederhana seperti segi empat, segi tiga, lingkaran sampai
ke bentuk-bentuk yang cukup kompleks. Untuk unsur garis dan area/luas, bentuk
penyajian tidak dalam bentuk geometrik melainkan dalam bentuk komponen-komponen
grafis.
Variasi dari bentuk dapat berupa garis dan luas/areal. Pengertian bentuk
dalam garis bukanlah bentuk secara keseluruhan dari gambar itu sendiri,
melainkan bagaimana bentuk simbol yang melukisakan gambar tersebut; jadi bentuk
simbol yang melukiskan gambaran suatu unsur dapat berbeda-beda, ada garis yang
bentuknya zig – zag, ada juga yang ‘smooth’.
● Ukuran (size)
Variabel ukuran
dapat diketahui dari dimensi simbol; variabel ini mudah dikenal karena ukuran
akan memberi gambaran tentang suatu besaran/jumlah. Untuk simbol garis,
variabel ukuran mengacu pada lebar/tebal dari garis, dan tidak pada ukuran
panjangnya; sedang untuk simbol luas, ukuran mengacu pada pengulangan titik
atau garis yang disajikan, tidak pada ukuran areanya.
● Orientasi (orientation)
Variabel orientasi
mengacu pada arah dari simbol yang disajikan. Umumnya, orientasi ini disajikan
pada bentuk-bentuk yang tidak reguler, sebab pemakaian bentuk reguler seperti
lingkaran, empat persegi panjang, belah ketupat akan sulit mengetahui arahnya.
Orientasi hanya dapat digunakan sebagai suatu metode differensiasi diantara
simbol titik, sebab mempunyai panjang yang pasti dan sumbu yang pendek. Untuk
simbol garis dan area, elemen orientasi membentuk garis dan area sesuai dengan
unsur yang diwakilinya.
● Harga (value)
Harga adalah
variabel pandang yang mengacu kepada harga grey scale, suatu derajat
kehitaman dari warna putih/muda sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen
tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang berbeda dari
satu unsur terhadap unsur lain. Pada prakteknya, screen untuk warna muda
selalu mempunyai harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan
dengan warna tua. Pemakaian prosentase screen tidaklah selalu
proporsional dengan screen yang dipakai, artinya, untuk menyatakan suatu
daerah A yang jumlah penduduknya 2 kali dibandingkan dengan daerah B, tidak
selalu prosentase screen yang dipakai didaerah A adalah 2 kali dari
daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel pandang dapat digunakan untuk
penyajian simbol titik, garis dan luas.
● Tekstur (texture)
Tekstur sebagai
variabel pandang dapat untuk memahami bermacam-macam ukuran dari suatu harga
yang tetap. Macam-macam bentuk tekstur dapat diatur melalui teknik reproduksi fotografis,
harga dari tekstur akan sama tetapi ukurannya dapat berbeda.
● Warna (colour)
Variabel pandang
untuk warna dapat dibedakan atas tiga hal yaitu :
- corak (hue), berkaitan dengan jumlah
warna yang tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna dengan
warna lainnya. Corak secara sederhana
bisa diartikan sebagai nama/ragam warna; lebih spesifik corak adalah warna yang
dipantulkan atau ditransmisikan oleh obyek, contoh warna yang disebut merah,
hijau, kuning, dan seterusnya.
- harga (value), berhubungan dengan
ukuran dari pemantulan sinar yang terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan
berarti harga yang terjadi semakin tinggi. Harga adalah nilai gelap terang warna yang biasanya dinilai dengan ukuran
persen, dimana 0% sama dengan hitam, dan 100% sama dengan putih. Sebagai
contoh, warna hijau mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan warna
coklat.
- kejenuhan (saturation), berhubungan
dengan reaksi manusia dalam melihat suatu warna. Kejenuhan dapat diartikan pada tingkat kemurnian warna (kadang disebut
juga sebagai chroma), dimana nilainya
dihitung dari berapa banyaknya warna abu-abu yang terdapat pada warna dengan
satuan%. Kejenuhan 0% berwarna abu2 (desaturated)
dan 100% menjadi warna yang sangat murni/cerah (saturated). Ada suatu warna tertentu yang dapat menimbulkan
reaksi terhadap mata manusia, padahal warna bersangkutan mempunyai 'harga' yang
tinggi. Warna bersangkutan disebut sebagai warna yang berkurang kejenuhannya
(misalnya warna kuning).
Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan berkurang kejenuhannya.
(e) Tingkat
persepsi pandang
Aturan untuk desain
simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu kesepakatan, melainkan haruslah
belajar dari pembuat peta dan pengguna peta, seperti halnya belajar berbicara
dan mengerti, sebagai contoh belajar bahasa di sekolah. Pada umumnya pengguna
peta tidaklah belajar bahasa simbol kartografi, aturan dari disain simbol
berdasarkan kesan yang secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang,
seperti halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat bersama
pengguna peta. Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat
tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol :
o
Asosiatif, simbol-simbol akan terlihat
secara individu dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya.
Pengertian persepsi
asosiatif dikaitkan dengan masalah spontanitas. Pada suatu penyajian unsur
(simbol), variabel yang membentuk simbol tersebut mungkin saja berbeda-beda, tetapi secara
keseluruhan simbol yang digunakan akan terlihat homogen. Setiap kelompok
meskipun terdiri dari bermacam-macam simbol, secara keseluruhan dapat dikatakan
mewakili atau memperlihatkan sesuatu unsur.
o Selektif, simbol-simbol dapat divisualkan
dalam tingkatan grup.
Jenis
persepsi selektif dapat memperlihatkan perbedaan yang cukup jelas dari suatu
unsur (simbol), sehingga dengan mudah dapat dibedakan oleh mata. Persepsi
selektif dapat diperlihatkan dalam bentuk ukuran, harga atau kerapatan. Warna
merupakan salah satu cara terbaik untuk memperlihatkan hal selektif tersebut.
o Tingkatan/kelas,
simbol-simbol dapat tersusun dengan baik berdasarkan spesifik dari tingkatan
kelas.
Pada
persepsi tingkatan, kesan akan suatu bayangan yang lebih penting dari bayangan
lain akan segera ditangkap oleh mata. Sebagai contoh, simbol yang menggunakan
warna hitam akan memberikan kekontrasan maksimum dibandingkan dengan warna
abu-abu bila latar belakangnya warna putih; dalam hal ini dikatakan bahwa warna
hitam memberi kesan yang lebih kuat daripada warna abu-abu. Persepsi menurut
tingkatan ini dapat memberikan kesan yang baik untuk hal harga dan ukuran,
tetapi tidak untuk bentuk dan orientasi.
Warna
juga masuk dalam persepsi tingkatan, hanya saja persoalannya agak kompleks.
Pada prinsipnya persepsi tingkatan dapat dilihat dalam hal warna warna muda,
tua, lebih tua, atau dari warna yang lembut (soft) ke warna-warna yang keras (bright). Pemakaian yang paling sering adalah pada peta tematik
chropleth yang menggambarkan suatu harga (density)
dari warna yang muda sampai dengan warna yang tua secara relatif.
o Kuantitatif,
kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan cara meng-kuantitatifkan (dua kali
atau tiga kali lebih).
Kesan
yang diperoleh pada persepsi kuantitatif adalah suatu harga yang absolut. Mata
dengan segera dapat menaksir suatu bagian mempunyai harga yang lebih besar
dibandingkan dengan bagian yang lain. Jika diketahui harga satuan, maka
harga-harga yang lain akan mudah
diketahui; inilah yang dimaksud dengan persepsi kuantitaif.Dari karakteristik geo-data dan isi peta, langkah untuk memilih variabel pandang dibuat melalui tingkat persepsi pandang yang pada akhirnya akan memenuhi syarat dari suatu peta. Cara ini sebagai dasar pada pembuatan disain simbol untuk menyatakan bahwa informasi yang disajikan pada suatu peta adalah benar, dan merupakan jawaban yang saling berkaitan dengan kegunaan peta, isi peta, karakteristik geodata, yang memerlukan syarat satu atau lebih tingkatan khusus dari persepsi.
(f) Aspek
fisik dan psikologi
Pada penyajian
simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan dan kontras dapat disajikan dalam
beberapa aspek yang sesuai dengan aturan kartografi. Seperti diketahui,
persepsi dari ukuran simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan
warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan terlihat sama jika
dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya. Konsep dari suatu penyajian
unsur permukaan bumi adalah juga salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat
mempengaruhi dalam pembuatan desain simbol.
(g) Standar
dan konvensi
Warna biru selalu
dikaitkan dengan unsur air dan menjadi konvensi dan standar pada penyajian
sungai, danau, laut serta unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air;
demikian pula halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk
tumbuh-tumbuhan. Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah
satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari organisasi
pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol peta yang dihasilkan,
khususnya untuk suatu seri peta.
(h) Produksi
dan aspek biaya
Kartografer dalam
merencanakan suatu disain simbol harus juga mempunyai pengetahuan mengenai
teknik produksi, baik dalam hal kemungkinan dan ketidak mungkinannya, serta
juga konsekuensi dari pemilihan simbol dalam kaitannya dengan biaya produksi,
termasuk reproduksi kartografi dan pencetakan peta. Tidaklah ada artinya
mendisain suatu simbol jika produksi dan reproduksinya menyebabkan masalah
besar sehingga mengakibatkan bertambah tingginya biaya produksi. Jika aspek
biaya tidak mempengaruhi suatu anggaran, disain simbol akan mudah dalam bentuk
peta multi warna, paling tidak empat warna dan kemungkinan lebih warna cetak.
Batas jumlah warna umumnya mempunyai efek positif pada produksi dan biaya
pencetakan.
WARNA
Penggunaan warna pada pembuatan sebuah peta sangatlah penting artinya. Warna
berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain. Kekuatan
warna bisa memberikan efek psikologis kepada semua orang yang melihatnya. Pada
pembuatan peta, warna selalu dikaitkan dengan pemakaian simbol-simbol
kartografis yang mewakili unsur-unsur muka bumi, sehingga memungkinkan pembuat
peta untuk antara lain:
-
memperlihatkan detil yang lebih banyak;
-
mengembangkan desain serta penyajian;
- menimbulkan reaksi psikologi bagi pengguna
peta, sehingga unsur di peta akan lebih cepat dikenal (misalnya biru mewakili
unsur air).
Ada beberapa properti umum dari warna yakni corak (hue), kejenuhan (saturation),
dan harga (value, kadang disebut juga
brigthness/lightness). 0% sama dengan hitam, dan 100% sama dengan putih. Setelah
melihat beberapa properti umum warna, maka yang juga perlu diketahui adalah
model warna yang umumnya dibedakan atas 2 model dasar (hal ini sangat perlu
untuk diketahui oleh disainer visual):
●
Model pertama warna adalah additive color
model (warna aditif) yaitu model warna yang didasarkan dari pencampuran
warna berdasarakan emisi cahaya(model ini digunakan oleh media-media
elektronik); model ini dikenal dengan istilah RGB (Red, Green, Blue) Color System
Warna
Aditif
Pada model ini
pencampuran warna Red Green dan Blue akan menghasilkan warna putih (hal ini
yang menjadikan warna putih sebagai warna yang kaya spektrum warna, karena merupakan
gabungan dari spektrum-spektrum cahaya.
●
Model kedua disebut sebagai subtractive
color model (warna substraktif) yaitu merupakan warna yang didapat dari
pencampuran warna berdasarkan media tinta pada kertas. Model ini disebut juga
dengan istilah CMYK (Cyan Magenta Yellow Black) color system
Warna
Substraktif
Pada sistem ini
pencampuran warna CMYK akan menghasilkan warna hitam (dalam konteks cahaya,
hitam tidak merupakan sebuah spektrum cahaya melainkan hitam berarti tidak ada
spektrum cahaya atau lawan dari putih yang memuat semua spektrum warna). Sistem
CMYK digunakan untuk proses cetak mencetak dengan media kertas.
Membahas warna untuk
disain simbol peta tidak lepas dari pembahasan
tentang psikologi warna di dalam disain grafis, karena keduanya mempunyai efek
dasar yang sama, baik untuk produk yang dicetak ataupun visualisasi pada media
monitor komputer. Warna untuk simbol peta topografi pada dasarnya ada
keterbatasan karena adanya suatu perjanjian atau conventional sign, hal tersebut mengingat pada umumnya peta dasar
nasional selalu mengacu pada conventional
sign yang telah ada. Untuk peta tematik, pemilihan warna untuk sebuah
disain simbol yang mewakili sejumlah
data dan informasi akan sangat berpengaruh pada produk akhir sebagai daya tarik
bagi pengguna peta; contohnya, pemilihan warna dan simbol pada peta pariwisata.
Pemilihan Warna Simbol Peta
Warna memiliki
dampak yang besar pada interaksi manusia,
disain grafis yang dibuat jika tidak positif
maka negatif. Menurut Mursch (peneliti unsure
manusia), warna dapat menjadi alat yang kuat untuk memperbaiki kedayagunaan
dari sebuah tampilan informasi dalam keragaman bidang yang luas jika warna
digunakan secara benar. Sebaliknya, ketidak cocokan penggunaan warna
benar-benar akan dapat mengurangi fungsionalitas dari sistem tampilan.
Pemilihan warna
untuk sebuah simbol peta merupakan hal yang penting di dalam pembuatan disain
peta. Variabel pandang untuk warna simbol peta dibedakan atas corak, harga, dan
kejenuhan. Ketiga variabel pandang tersebut diperlukan di dalam pembuatan
disain simbol peta, mengingat data yang disajikan pada sebuah peta bisa dalam
bentuk data kualitatif dan data kuantitatif. Penggunaan warna yang layak akan
dapat mengkomunikasikan fakta dan ide
lebih cepat dan lebih baik kepada pengguna.
Kesederhanaan adalah
penting dalam pembuatan disain peta berwarna; ada kesederhanaan yang berkaitan
dalam warna yang seharusnya digunakan ketika mengembangkan disain. Empat warna
utama secara fisiologi adalah merah, hijau, kuning dan biru; warna-warna ini
mudah dipelajari dan diingat. Dengan menyertakan makna yang intuitif dan
praktis kepada warna yang sederhana ini ketika membuat disain peta, kartografer
akan meningkatkan pengembangan model batin yang efektif pada pengguna. Warna
dapat juga membantu mengembangkan kemampuan kerja, model mental yang efisien
jika petunjuk ini diikuti yaitu kesederhanaan, konsistensi, kejernihan dan
bahasa warna.
Proses pembuatan suatu tata letak peta untuk peta yang spesifik akan memerlukan sejumlah kreativitas dari seorang kartografer. Kreativitas yang diperlukan bukanlah merupakan suatu proses yang linier, sebagai contoh, seringkali adanya perubahan pada saat awal pembuatan suatu tata letak peta bila produk peta akan dihasilkan. Perbedaan yang terjadi berkaitan kepada rencana dari elemen peta yang sering melibatkan pada pemilihan estetika; ini khusus untuk kasus pembuatan satu jenis peta (misalnya peta tematik). Untuk pembuatan suatu seri peta seperti peta topografi harus mempunyai satu tata letak peta yang pasti. Pembuatan tata letak peta sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
TATA LETAK PETA
Tata letak suatu peta merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan
pada pembuatan suatu peta. Pengertian disain tata letak peta dapat dibedakan
atas tata letak peta dalam kaitan dengan suatu seri peta (series lay out) dan tata letak yang berkaitan dengan bagian-bagian
dari satu lembar peta (margin lay out).
Suatu seri peta umumnya dibuat jika sebuah negara akan membuat peta dasar
nasional; untuk itu perlu dibuat disain dari seri petanya yang berkaitan dengan
ukuran lembar peta serta sistem penomorannya. Pengertian margin lay out adalah bagaimana membuat suatu disain tata letak
peta untuk isi petanya, baik ukuran lembar petanya, maupun cara penempatan
informasi dan legenda peta yang berkaitan dengan isi peta.
Untuk menghasilkan
sebuah tata letak peta yang baik, perlu diperhatikan lima sasaran yang
masing-masing akan dapat memberikan konsiderasi didalam penilaian keberhasilan
tata letak peta, yaitu :
- kejelasan
Informasi pada suatu
peta sebaiknya disajikan dalam keadaan baik, jelas, serta tidak mempunyai arti
yang berbeda antara satu peta dengan peta yang lain.
- layak
Kelayakan suatu tata
letak mengacu pada logika suatu peta; apakah beberapa elemen peta seperti
legenda, judul peta, sudah diletakan sesuai dengan logik hubungan antara satu
elemem dengan elemen lainnya.
- keseimbangan visual
Pada peta, setiap
elemen yang disajikan mempunyai suatu bobot tertentu. Peletakan bobot tersebut
harus dapat di-distribusikan dengan pantas/sesuai (disekitar pusat pandang atau
diatas pusat utama), atau peta akan kelihatan lebih berat keatas, bobot pada
satu sisi, atau tidak seimbang.
- kekontrasan
Kekontrasan tata
letak peta mengacu kepada perbedaan antara terang dan gelap dari suatu warna
yang digunakan, tebal dan tipisnya garis yang ditampilkan, serta berat dan
ringan suatu bobot dari elemen yang disajikan.
- kesatuan
Kesatuan suatu tata
letak peta mengacu kepada hubungan antara pemilihan dan penempatan huruf,
kegunaan peta, skala peta, penyajian simbol, dan reproduksi. Sebagai contoh,
teks suatu nama harus jelas walaupun dilatarbelakangi oleh suatu warna atau
bayangan; dengan lain perkataan, kesatuan suatu peta harus terlihat sebagai satu
unit yang tidak terpisahkan, bukan merupakan seri yang tidak berhubungan satu
sama lain atau terpotong-potong.
Proses pembuatan suatu tata letak peta untuk peta yang spesifik akan memerlukan sejumlah kreativitas dari seorang kartografer. Kreativitas yang diperlukan bukanlah merupakan suatu proses yang linier, sebagai contoh, seringkali adanya perubahan pada saat awal pembuatan suatu tata letak peta bila produk peta akan dihasilkan. Perbedaan yang terjadi berkaitan kepada rencana dari elemen peta yang sering melibatkan pada pemilihan estetika; ini khusus untuk kasus pembuatan satu jenis peta (misalnya peta tematik). Untuk pembuatan suatu seri peta seperti peta topografi harus mempunyai satu tata letak peta yang pasti. Pembuatan tata letak peta sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Proses pembuatan desain tata letak peta
Pada pembuatan tata
letak suatu peta, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
● Elemen peta
- Ukuran dan bentuk
area: bagi pembuat peta ukuran dan bentuk area dari sebuah peta dipengaruhi
oleh skala peta yang akan dihasilkan, apakah merupakan sebuah seri peta atau
peta suatu daerah yang tidak berseri peta.
- Informasi peta:
pada sebuah peta, informasi peta dipengaruhi juga oleh skala peta dan seri peta; jika merupakan seri peta, maka
semua peta dalam satu seri peta mempunyai informasi peta yang sama.
- Kerangka peta:
kerangka peta berkaitan dengan ukuran dan bentuk peta, jika merupakan sebuah
seri peta, maka kerangka peta akan sama untuk semua peta dalam satu seri peta.
● Kegunaan peta
- isi peta: bagi
pemakai peta, suatu peta diharapkan dapat memberikan informasi pada setiap unit
dari area di permukaan bumi.
- ketelitian atau
skala peta: kegunaan suatu peta dan kepadatan isi peta sangat tergantung pada
pemilihan skala peta; derajat ketelitian suatu peta proposional dengan skala
peta.
- sistem referensi:
informasi sistem referensi sangat diperlukan untuk dapat mengetahui tingkat
kebenaran data yang terdapat di peta; informasi sistem referensi biasanya
disajikan pada garis tepi peta.
● Kendala produksi
peta
- produksi: perlu
diketahui kapabilitas teknik dan fasilitas yang tersedia untuk keperluan proses
kartografi, reproduksi dan pencetakan (apakah mampu untuk mencetak peta
berwarna atau hanya hitam putih).
- pemakai peta:
perlu diketahui persyaratan pemakai peta seperti ukuran lembar peta, kepadatan
informasi yang diperlukan, bahasa yang digunakan.
- pemasaran: survei pemasaran yang baik akan memberikan indikasi jumlah lembar peta yang dicetak
serta harga penjualan per lembarnya.
● Estetika
- tampilan: tampilan
suatu peta yang akan diproduksi dipengaruhi oleh 'trend' yang ada pada saat pembuatan peta.
- cita rasa:
bagaimana seorang perancang peta mendesain suatu peta agar peta yang dihasilkan
memenuhi keinginan pemakai peta.
Berdasarkan hal
diatas, proses pembuatan tata letak peta hanya dapat dimulai setelah jelas :
-
apa maksud dari
pembuatan peta;
-
siapa
pemakai peta;
-
apa
topik atau tema dari peta yang akan dibuat;
-
berapa skala peta dan
bagaimana format petanya;
-
bagaimana peta
bersangkutan akan diproduksi.
Tata Letak Lembar
Peta
Suatu seri peta terdiri dari sejumlah lembar peta yang susunan letak
lembar petanya diatur dan disesuaikan dengan bentuk daerah yang akan dicakup
pada seri peta tersebut. Semua lembar peta yang dihasilkan haruslah tepat
posisinya antar satu lembar peta dengan lembar peta lainnya, dan ukuran setiap
lembar petanya selalu sama. Pada suatu seri peta, dimungkinkan adanya
pertampalan (overlap) antara satu lembar peta dengan lembar peta lainnya,
tetapi akan mempunyai konsekuensi pada saat pembuatan lembat petanya yaitu jika
terjadi revisi pada daerah yang bertampalan; pekerjaan revisi harus dilakukan
pada dua lembar peta yang bersebelahan.
Pada keadaan khusus, dalam satu seri peta dapat dibuat ukuran lembar peta
yang berbeda dengan ukuran lembar peta lainnya. Sebagai contoh, apabila pada
suatu seri peta terdapat beberapa lembar peta yang hanya mencakup suatu bagian
kecil dari daerah yang dipertakan, misalnya sebagian kecil daratan sedang
bagian terbesar adalah laut. Untuk kasus demikian, bagian lembar yang hanya
mencakup daerah yang sangat kecil tersebut dapat digabungkan dengan lembar yang
bersebelahan, sehingga tidak perlu dibuat dua lembar peta dengan ukuran yang sama,
tetapi dapat dibuat satu lembar peta dengan ukuran yang khusus atau berbeda
dengan ukuran lembar peta lainnya; pembuatan lembar khusus tersebut tetap
haruis memperhatikan ukuran dari alat reproduksi yang akan digunakan.
Tata Letak dari Satu Bagian Lembar Peta
Satu bagian lembar peta mempunyai tata letak yang sama untuk semua satu
seri peta. Satu bagian lembar peta dapat dibedakan atas:
-
muka peta;
-
informasi batas
peta;
-
informasi tepi
peta;
Desain tata letak peta
-
Muka Peta
Muka peta adalah bagian dari peta yang menyajikan daerah yang dipetakan,
dibatasi oleh garis tepi peta yang bisa dalam bentuk garis grid atau garis
gratikul (tergantung skala peta yang dibuat). Ukuran dari muka tergantung juga
dari skala peta yang akan dibuat, untuk peta-peta skala besar (dari peta skala
1:1.000 sampai dengan 1:5.000), umumnya ukuran muka peta adalah sekitar 60 X 70
cm; sedang untuk peta dasar nasional yang dibuat oleh Bakosurtanal, ukuran muka
peta sesuai dengan standar yang telah ditentukan, misalnya 15’ X 15’ untuk peta
skala 1:50.000.
Untuk peta skala besar, setiap ujung muka peta akan disajikan koordinat
kartesian yang besarannya selalu dalam bentuk bulat, misalanya koordinat
(250.000 m ; 450.000 m). Pada peta dasar
nasional yang dibuat oleh Bakosurtanal, koordinat yang disajikan adalah
koordinat geografis dan koordinat kartesian, walaupun garis tepi peta dalam
bentuk gratikul. Koordinat geografis yang disajikan pada ujung-ujung muka
petanya sesuai dengan penomoran lembar petanya.
-
Informasi Batas
Peta
Informasi batas peta memberikan data yang berkaitan dengan muka peta,
umumnya data yang disajikan pada informasi batas peta adalah angka-angka dari
data koordinat yang daerahnya berada di bagian muka peta, arah jalan/kota yang
datanya berhubungan dengan lembar peta bersebelahan.
-
Informasi Tepi
Peta
Informasi tepi (marginal
information) dari suatu peta adalah bagian dari lembar peta yang memberikan
informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan isi peta, sehingga pemakai
peta dapat mengevaluasi dan menginterpretasi peta bersangkutan. Untuk peta
topografi, data yang disajikan pada informasi tepi telah ditetapkan dan
disetujui secara internasional.
Dalam
mengatur letak data pada daerah informasi tepi tersebut sangatlah penting
diperhatikan segi keindahan (estetika) dan keseimbangan letak. Suatu tata letak
peta yang baik akan memberikan kesan baik pula pada peta secara keseluruhan.
Ruang yang tersedia untuk daerah informasi tepi tergantung dari ukuran muka
peta dan ukuran peta keseluruhan. Dari bentuk muka peta akan dapat terlihat
pada daerah mana (sebelah kanan atau bawah) informasi tepi sebaiknya
diletakkan.
Keseimbangan visual
Pada pembuatan tata letak peta,
terdapat tiga alternatif disain grafis untuk memberikan keseimbangan pada
tampilan petanya yaitu :
▪ Keseimbangan simetris. Pada cara
ini, posisi dari informasi tepi peta simetris atau terletak dibawah muka peta,
sedang judul peta terletak diatas muka peta; keterangan atau legenda diletakan
sepanjang daerah informasi tepi.
▪ Keseimbangan informal. Pada cara
ini, posisi informasi tepi dan judul peta sama dengan cara keseimbangan
simetris; perbedaan terdapat pada penempatan keterangan atau legenda yang
posisinya lebih ke satu tempat yaitu di sebelah kiri dari daerah informasi
tepi.
▪ Keseimbangan berdasarkan bentuk
grid. Pada cara ini, tata letak peta mengacu pada bentuk grid, posisi informasi
tepi berada di sebelah kanan dan bawah dari muka peta.
TEKS
Huruf-huruf,
angka, kata, frasa adalah sebuah teks pada wajah peta yang dapat memperdalam
pemahaman tentang cara-cara penempatan nama-nama geografis yang elemen grafis
lainnya (misalnya, warna) tidak bisa disajikan. Sebagian besar peta yang ditemui,
baik di media cetak atau online,
tergantung pada teks agar mendapatkan seluruh pesan yang disampaikan. Tanpa
suatu teks, sebagian besar visualisasi
peta yang disajikan akan tampak seperti gambar-gambar dari informasi
grafis saja.
Teks
kartografis juga dapat memberikan ekspresif tujuan estetika bahwa dampak
'tampilan dan nuansa' peta sangat diperlukan pada sebuah visualisasi muka bumi.
Dengan kata lain, teks dapat membangkitkan emosi pembaca peta, mengandung arti
berbagai pesan peta dan tema, atau digunakan untuk menciptakan atau memperkuat
identitas grafis. Misalnya, kualitas estetika tipe nama suatu tempat (penempatan
namanya memanjang untuk suatu area yang luas) dan pemilihan huruf serta teknik
penyajiannya (kelengkungan lembut label kota pantai).
Teks pada peta bila dibandingkan dengan teks yang ada
pada buku, memiliki beberapa sifat khusus. Teks pada peta terdiri dari
kata-kata individual (bukan dalam bentuk kalimat) yang kadang-kadang tidak
begitu familiar, spasinya lebih lebar antara huruf-huruf dibanding yang biasa
ada di buku. Nama-nama di peta tidak selalu horisontal, tidak selalu
ditempatkan secara rapi dalam garis, serta style dan ukurannya bisa
berbeda-beda. Untuk semua alasan-alasan ini, teks pada peta memeiliki beberapa
persyaratan khusus.Teks pada sebuah peta sangat diperlukan karena banyak yang berpendapat bahwa peta tanpa teks adalah sesuatu yang tidak mungkin, sebab jika demikian halnya maka produk yang dihasilkan hanya memperlihatkan bentuk grafis atau citra. Teks memungkinkan pengguna peta untuk mengidentifikasi daerah yang dipetakan, penggunaan simbol, skala peta, serta referensi yang digunakan. Informasi permukaan bumi pada suatu peta diperlihatkan melalui teks pada muka peta dan informasi tepi di sekeliling peta.
Salah satu komponen utama yang memberikan kontribusi penyajian visual pada peta adalah teks, disamping pemakaian simbol titik, garis dan luas. Suatu desain peta harus memperhitungkan semua aspek yang berhubungan dengan teks (dikenal sebagai desain tipografis), artinya memperhatikan hubungan antara pemilihan huruf serta penempatan nama dengan simbol yang disajikan, dan penyajian secara keseluruhan dari peta itu sendiri.
Pada peta umumnya, teks berkaitan dengan unsur lain, tanpa kecuali dengan simbol titik, garis dan luas, seperti halnya nama sungai berkaitan dengan simbol garis, atau nama suatu tempat berkaitan dengan simbol titik. Suatu lembar peta umumnya berisi puluhan bahkan ratusan nama-nama geografis yang dalam penyajiannya, selain mengacu pada nama geografi yang benar (toponymy), juga mempertimbangkan teknik serta estitika dalam penempatan teksnya.
Menggali lebih dalam, akan ditemukan berbagai macam tujuan untuk teks kartografi. Pada dasarnya teks pada suatu peta bukanlah sekedar untuk penamaan geografis saja, tetapi lebih memberikan gambaran dari kondisi geografis yang terdapat pada sebuah peta. Sebagai contoh, label peta dapat mencerminkan karakter geografis (misalnya, label sungai melengkung), memastikan lokasi tempat (misalnya, label negara tersebar di dalam batasnya), menjelaskan ruang (misalnya, ukuran panjang).
Teks-teks pada suatu peta harus mudah diidentifikasi dan
mudah dibaca, bahkan jika jarak spasi yang digunakan lebih lebar. Sebenarnya
memungkinkan pula bagi style huruf yang dipilih dibedakan melalui perbedaan
ketebalan dan ukuran. Jika persyaratan-persyaratan dapat dipenuhi, persyaratan
berikutnya bagi seleksi tipe huruf adalah sebagai berikut:
- teks-teks tersebut
mampu menempatkan hierarki (membedakan antara obyek yang lebih dan kurang
penting atau kategori obyek);
- teks-teks tersebut mampu menujukkan perbedaan yang
sifatnya nominal (antara kategori-kategori yang berbeda);
- harus
mungkin menggunakan teks-teks tersebut untuk menghubungkan obyek-obyek
titik, garis, dan luas.
Selain hal tersebut
diatas, perlu diperhatikan juga masalah legibility
yaitu tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah
payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
1. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan
serif, kontras stroke, dan sebagainya.
Bentuk
huruf seif
(http://id.wikipedia.org/wiki/berkas)
2. Penggunaan warna, huruf dan warna pada
sebuah peta mempunyai hubungan dengan warna simbol yang digunakan; sebagai
contoh, untuk unsur sungai, warna huruf adalah biru.
3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut
dalam kehidupan sehari-hari, untuk sebuah peta, disarankan dipilih bentuk huruf
yang sering diguanakan pada kebanyakan peta, misalnya huruf serif.
Keterbacaan adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
- Jenis huruf yang digunakan, untuk semua
peta yang merupakan satu seri peta, jenis huruf yang digunakan untuk semua
unsur yang terdapat dipeta haruslah sama dan mudah dibaca oleh pengguna
peta.
- Ukuran
huruf yang digunakan, pada sebuah peta ukuran huruf dibedakan berdasarkan
hirarki dari sebuah unsur yang disajikan pada sebuah peta, misalkan huruf
nama kota untuk ibukota propinsi berbeda dengan nama kota untuk ibu kota
kabupaten.
- Pengaturan,
termasuk di dalamnya alur, spasi, perataan, pengaturan penempatan huruf
untuk suatu unsur di peta mempunyai aturan tersendiri.
- Kontras
warna terhadap latar belakang, warna
huruf harus mempunyai warna yang kontras dengan latar belakang unsur yang
disajikan, umumnya huruf pada peta menggunakan warna hitam.
Untuk dapat mengerti aplikasi dari tipe huruf, variabel tipografis, dan
karakteristik persepsi, seseorang harus mempunyai pengertian dasar terminologi
tipografis. Empat bentuk dasar karakter tipografi adalah :
1.
huruf
2.
angka
3.
tanda
baca
4.
simbol.
Bagi seorang tipografer, dengan menggunakan salah satu dari empat bentuk dasar, mereka harus mampu menginterpretasikan atau mendisain suatu penampilan yang sama. Pada komputer, keempat bentuk dasar karakter tersebut dikenal sebagai ’typeface’ atau juga dikenal sebagai ’font’. Secara tradisional, pengertian ’font’ adalah satu set karakter atau simbol yang saling sama corak dan ukurannya.
Corak tipe yang merupakan bentuk variasi visual dari dasar typeface
untuk membuat suatu tingkatan, merupakan suatu hal yang penting khususnya untuk
pembuat peta, sebab dengan adanya corak tipe dapat diaplikasikan penciptaan
urutan, tingkatan dalam teks. Empat dasar dari corak tipe, seperti yang
terdapat di perangkat lunak komputer, adalah :
- huruf tegak (plain upright) - disebut juga normal, roman atau medium, sebagai contoh Cirebon,
- huruf tegak tebal (bold upright), sebagai contoh JAKARTA.
- huruf miring (italic), sebagai contoh Ci Liwung.
- huruf miring tebal (bold italic), sebagai contoh Laut Jawa.
Klasifikasi Teks
Teks pada suatu peta akan memberikan informasi yang mencakup nama geografis dari unsur muka bumi yang dipetakan. Studi mengenai nama-nama geografis merupakan topik penting pada kompilasi kartografi. Penggunaan teks pada suatu peta jika ditinjau berdasarkan maksud penggunaan teks dapat diklasifikasikan atas :
● teks desainatif (penggunaan teks untuk mencerminkan unsur yang tergambar pada muka peta)
- naratif
penggunaan teks untuk
memberikan indikasi nama aktual geografis dari suatu obyek yang lokasinya
disajikan dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.
- diskriptif
penggunaan teks
untuk suatu obyek yang mempunyai nama tambahan bagi pemilikan suatu
tempat/lokasi tertentu, misalnya nama Tempat Peristirahatan pada suatu jalur
transportasi.
- fungsional
penggunaan teks
untuk memberikan indikasi suatu lokasi yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan
umum, misalnya Rumah Sakit, Pusat Olahraga.
- konfirmatif
penggunaan teks
untuk memberikan tambahan informasi mengenai hubungan spasial, atau menyebutkan
satu persatu dari ukuran atau hitungan grafis. Contoh, jarak antara dua kota
pada suatu peta jalan, besar sudut dan jarak dari batas pemilikan tanah pada
peta kadaster.
- determinatif
penggunaan teks
dalam bentuk angka yang memberikan informasi mengenai data absolut hasil
pengukuran langsung. Misalnya, peta choropleth yang memperlihatkan tingkatan
kelas; diindikasikan data harga aktual dengan bilangan numerik.
- referensi
Setiap peta selalu
mempunyai skala peta, sehingga ada kemungkinan suatu nama lokasi tidak mungkin
dicantumkan pada muka peta akibat keterbatasan ruangan. Untuk itu dibuat suatu
teks (misalnya angka) yang menunjukan hubungan antara unsur yang ada di peta
dengan data yang ada di informasi tepi. Misalnya pada muka peta suatu lokasi di
beri nomor 9, maka pada informasi tepi nomor sembilan dijelaskan nama lokasi
bersangkutan.
- ukuran
Ukuran relatif dapat
di indikasikan dalam bentuk teks berdasarkan pengukuran, tetapi tidak dapat
disajikan pada muka peta, tetapi disajikan pada daerah informasi batas. Contoh,
pada arah suatu jalan di batas garis tepi peta, diberikan angka 30 km. Untuk
menuju suatu tempat tertentu.
- temporal
Teks yang digunakan
untuk memberikan informasi mengenai suatu kejadian yang telah lewat. Misalnya
mengenai bangunan Monumen Nasional yang diberi keterangan mengenai tahun
pembangunannya.
Ada beberapa kriteria di dalam penentuan pemilihan corak huruf untuk dapat digunakan bagi keperluan pembuatan peta. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
● Persyaratan untuk
dapat mengkomunikasikan informasi
Seperti halnya
variabel grafis yang dapat dipakai untuk pembuatan simbol titik, garis, dan
luas, variabel visual tipografis dibedakan juga atas :
● Kemudahan dibaca
Kemudahan dibaca
dari suatu tipe huruf yang digunakan adalah tergantung pada beberapa faktor,
yaitu :
- bentuk dasar dari
tipe huruf yang digunakan.
Bagi seorang
kartografer tidak semua tipe huruf dapat digunakan untuk pembuatan peta, karena
pemilihan suatu tipe huruf dikaitkan dengan mudah tidaknya huruf bersangkutan
dibaca oleh seseorang pada suatu muka peta. Untuk menentukan suatu tipe huruf
yang mudah dibaca, dilakukan seleksi pada sejumlah tipe huruf dan angka pada
beberapa ukuran (5, 7, dan 10 point), kemudian dicetak dengan latar belakang
warna abu-abu yang cerah.
- kontras karakter
(dalam hal ini latarbelakang)
Teks pada suatu peta
selalu dilatarbelakangi warna, hal ini sangat penting sehingga pemilihan suatu
corak huruf harus juga dapat dibaca bila dicetak dengan warna latarbelakang.
- resolusi alat keluaran yang digunakan.
Kemudahan didalam membaca sangat dipengaruhi oleh alat keluaran yang digunakan.
Suatu peta mungkin berada:
- langsung pada layar monitor
Mudah tidaknya suatu teks dibaca pada layar monitor sangat dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, yaitu resolusi dari layar monitornya, tipe dan ukuran layar monitor,
kualitas layar monitor, dan kekontrasan antara teks dengan latar belakang.
Monitor yang baik memungkinkan aplikasi tipe huruf pada ukuran 5 atau 6 point
dan lebih besar, dengan resolusi layar monitor 800 X 600 dpi, serta tergantung
pada warna latar belakang teks dan pemilihan corak tipe.
- hasil cetakan dengan beberapa perbedaan teknik pencetakan
Apabila sebuah peta sudah dicetak, sejumlah faktor sudah tidak dibawah
kontrol lansung pembuat peta, oleh sebab itu tipe huruf yang dipilih harus
mempunyai karakter yang menonjol. Teknik pencetakan (offset, screenprint),
resolusi minimal yang diinginkan, dan kualitas dari kertas cetak mempunyai
pengaruh langsung pada tipe huruf yang dipilih.
- hasil cetakan dengan alat printer (dot matriks, inkjet atau alat cetak laser)
Pengaruh yang terjadi pada hasil cetakan dengan alat printer adalah sama dengan aspek hasil cetakan dengan alat cetak, makin tinggi resolusi yang digunakan (1200-2400 dpi) makin baik hasil yang diberikan.
Aplikasi Variabel Tipografis
Aplikasi teks secara garis besar adalah untuk penamaan unsur yang ada di peta. Unsur pada suatu peta dapat dibedakan atas unsur buatan manusia dan unsur alam. Seorang tokoh Kartografi, Prof.E.Raisz menyatakan bahwa :
Aplikasi teks secara garis besar adalah untuk penamaan unsur yang ada di peta. Unsur pada suatu peta dapat dibedakan atas unsur buatan manusia dan unsur alam. Seorang tokoh Kartografi, Prof.E.Raisz menyatakan bahwa :
" Lettering
should express by its style the nature of the feature, by its size
the importance of the feature, by its placement the location and its
spacing the extent of the feature "
Secara umum
pernyataan tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Bentuk (style) :
menunjukan karakteristik tertentu dari suatu unsur.
-
nama kota menggunakan
huruf tegak;
-
nama administrasi
menggunakan huruf tegak;
-
nama pegunungan
menggunkan huruf miring;
-
nama sungai, laut
menggunakan huruf miring.
JAKARTA
JAWA TIMUR Bukit Barisan Ci Tarum
b. Ukuran (size)
: menandai penting tidaknya suatu unsur.
-
nama ibukota propinsi
lebih besar dari nama ibukota kabupaten;
-
nama Samudra lebih
besar dari nama laut.
BANDUNG Cirebon SAMUDERA HINDIA LAUT JAWAc. Penempatan (placement) : menandai tempat/lokasi suatu tempat; perlu diketahui bahwa hanya ada satu tempat untuk satu lokasi
nama BANDUNG untuk lokasi Bandung
d. Rentang (spacing)
- menandai seberapa panjang/luas suatu unsur yang diwakili.
-
rentang suatu nama
administrasi diatur sedemikian rupa agar luas daerah tercakup.
D K I J A K A R T ATulisan diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012.
Permisi, klo bolehh tanya.. untuk skala 1:5000 objek yg dapat terlihat minimal ukuran brp? bagaimna hitungannya?
BalasHapusTrims
Selamat siang Pak Dwi.
BalasHapussetelah saya membaca blog bapak, saya ingin meminta referensi pak mengenai standarisasi kartografi nasional yang udah paten. Bisa saya dapat referensinya pak.
Terimakasih.