Apresiasi peta adalah suatu studi dan analisa dari peta topografi
yang menitik beratkan pada masalah penilaian dan mutu. Apresiasi peta adalah
satu bagian yang sangat penting dalam pekerjaan kartografi, sebab dengan
melakukan penilaian akan diperoleh perbaikan dari hasil produksi peta tersebut.
Secara umum penilaian akan berhubungan sampai sejauh mana peta yang dihasilkan
tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah dibuat, atau dapat juga
dikatakan apakah peta yang dihasilkan tersebut sudah cukup efisien sebagai
media komunikasi. Apresiasi juga memperhatikan hubungan antara maksud dan
tujuan pembuatan peta dengan pengguna peta.
Apresiasi peta merupakan suatu ukuran atau standar di dalam
memberikan penilaian pada suatu peta topografi, artinya sampai sejauh mana peta
topografi yang dihasilkan memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang telah
dibuat. Pemberian suatu kriteria penilaian untuk sebuah peta topografi tidaklah
sama untuk semua peta topografi yang dihasilkan, perlu diperhatikan dulu maksud
dan tujuan pembuata peta topografi oleh pengguna peta. Setiap produik peta
topografi sebaiknya memang perlu diberikan suatu penilaian, sehingga pengguna
peta bisa mengetahui sampai sejauh mana ketelitian atau klasifikasi peta
topografi yang digunakan. Ada sejumlah kriteria yang dapat dijadikan acuan di
dalam penilaian sebuah peta topografi, antara lain yaitu:
KRITERIA GEOMETRIK
Kriteria geometrik umumnya dalam
bentuk data yang terdapat pada informasi tepi peta, yang antara lain berkaitan
dengan data geodetis, skala peta, arah utara dengan diagram deklinasi,
ketepatan ukuran muka peta (berdasarkan koordinat empat titik ujung peta),
tahun kompilasi, metode survey, tanggal dan tahun pemotretan, tanggal atau
tahun publikasi.
Daftar di atas dapat dinyatakan sebagai informasi geometrik yang
dapat diberikan pada peta topografi. Apa yang ditetapkan untuk pertimbangan
(dalam menganalisa peta) harus selalu dibandingkan dengan kenyataan yang ada
atau yang disajikan. Perlu diperhatikan apakah informasi yang disajikan sudah lengkap
dan jelas dihubungkan dengan dengan maksud dan tujuan pembuatan peta tersebut.
Bagian terakhir yang dilakukan adalah masalah ketelitian
geometriknya. Pada umumnya, sedikit sekali peta topografi yang dihasilkan
mencantumkan spesifikasi tentang ketelitian ini, apalagi kalau dihubungkan
dengan metode kompilasi serta bahan atau material yang digunakan. Memang agak
sulit untuk menentukan ketelitian (matric
accuracy) dari sebuah peta, yang paling sering digunakan sebagai bahan
pertimbangan yang mempengaruhi adalah ketelitian kontrol horisontal dan
vertikal.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada peta topografi dari aspek geometrik, antara lain:
- apakah peletakkan dan penulisan sistem koordinat sudah benar dan sesuai dengan spesifikasi teknis;
- apakah ukuran muka peta sesuai dengan spesifikasi teknis;
- apakah ukuran panjang garis gratikul dan grid sudah benar;
- apakah lokasi dan ketelitian titik tinggi benar jika dikaitkan dengan garis kontur.
KRITERIA KARTOGRAFI
Kriteria kartografi merupakan
kelanjutan dari kriteria geometri dan kriteria produksi. Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan antara lain penggunaan warna apakah cukup efisien
ditinjau dari sudut visualisasi dan reproduksi, penggunaan jenis simbol peta,
jenis dan ukuran huruf yang digunakan dikaitkan dengan kemudahan di dalam
membaca peta, cara penempatan nama, cara penyajian relief, isi pada informasi
tepi khususnya yang berkaitan dengan penggunaan simbol peta.
Sejumlah
analisa untuk faktor-faktor diatas dapat dilakukan, antara lain:
- penggunaan warna apakah cukup efisien jika dipandang dari sudut reproduksi dan visualisasinya;
- apakah pemilihan dan pemakaian jenis simbol yang disajikan sudah benar atau sesuai dengan kaidah kartografi;
- apakah pemilihan jenis dan ukuran huruf yang digunakan sudah sesuai, dan apakah huruf yang digunakan mudah dibaca dikaitkan dengan pengaruh latar belakang, jenis dan ukuran huruf;
- apakah cara penempatan nama yang dilakukan sudah benar dan sesuai dengan posisi yang mudah dibaca oleh pengguna peta;
- apakah cara yang dipilih untuk penyajian rilief sudah benar, bagaimana hubungan selang kontur dengan skala peta, dengan maksud dan tujuan pembuatan peta;
- apakah informasi tepi yang disajikan sudah lengkap dan apakah semua simbol sudah ada penjelasannya;
- apakah tingkat generalisasinya konsisten dengan skala peta, serta maksud dan tujuan pembuatan peta.
Ada beberapa kesalahan yang sering dijumpai
pada sebuah peta Topografi, antara lain:
- kesalahan
yang disebabkan karena adanya jarak yang melebihi batas maksimum dan minimum
sesuai yang ditetapkan antara dua unsur; sungai tidak tergambar sesuai bentuk
kontur.
Penggambaran unsur sungai dengan garis
kontur
- kesalahan
karena adanya dua unsur yang saling bertampalan tumpang tindih antara
simbol-simbol kartografi.
Unsur rumah
bertampalan
- kesalahan
karena penempatan teks sebuah lokasi yang tidak sesuai dengan unsur lainnya;
penempatan teks yang tidak sesuai dikaitkan dengan unsur yang diwakili.
Penempatan teks yang
salah
- kesalahan
karena kelebihan atau kekurangan unsur-unsur yang disajikan; kepadatan titik
tinggi.
- kesalahan
pada penyajian simbol unsur muka bumi; simbol yang disajikan tidak
proporsional.
- kesalahan
pada orientasi sebuah unsur.
KRITERIA GEOGRAFI
Kriteria geografi berkaitan
dengan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, antara lain kebenaran (reliability) isi peta secara geografis,
apakah isi peta sudah benar secara geografis, seperti ejaan nama-nama, cara
penempatan nama; kompilasi peta dan penerbitan peta, perlu informasi pada peta
yang dihasilkan tentang kapan dilakukan kompilasi dan tahun penerbitannya, apa
peta sudah cukup mutakhir; penggunaan nama-nama geografis (toponimi), apakah
penggunaan nama-nama geografis sudah sesuai dengan kaidah toponimi.
KRITERIA DIDAKTIK
Analisa dalam kriteria ini
merupakan hal yang cukup penting dan hal ini hanya bisa diperoleh bila
kriteria-kriteria sebelumnya sudah diperhatikan. Analisa yang dibuat pada
dasarnya lebih ditujukan kepada isi peta dan cara penyajian, serta penyesuaian
dengan maksud dan tujuan peta tersebut dibuat. Pada kriteria ini harus dapat
dinilai sampai sejauh mana peta tersebut berhasil membawa ‘misi’nya, baik dari
sudut informasi maupun dari sudut isi dan penyajiannya; serta sampai sejauh
mana efisiensi dari penyajian informasi dapat dicapai dari sudut pandang ‘visual perceptive’.
Kriteria didaktik lebih ditujukan kepada isi peta dan cara
penyajian serta penyesuaian dengan maksud dan tujuan peta topografi dibuat,
sehingga efisiensi dari proses komunikasi bisa tercapai antara pembuat dan
pengguna peta. Ada sejumlah faktor yang dipertimbangkan antara legibility dari peta (simbol, warna,
nama geografis), hal-hal yang diakibatkan oleh ukuran, bentuk, dan warna dari
elemen-elemen di peta, cara penempatan nama, kemudahan di dalam membaca peta,
konsistensi isi peta dengan skala peta.
Syarat pertama adalah legibility
dari peta, baik secara keseluruhan maupun dari elemen-elemen (inividual elements) dalam peta seperti
antara lain simbol, nama-nama; hal ini sangat berhubungan dengan hal yang
disebut ‘back ground noise’ yaitu
hal-hal yang diakibatkan oleh ukuran, bentuk dan warna dari elemen-elemen di
peta serta bagaimana penempatan elemen-elemen tersebut. Apakah ‘visual effect’ yang terjadi diakibatkan
oleh kartografer; apakah ada simbol dan warna-warna yang mendominasi peta,
kalau memang ada apakah memang sudah sesuai dengan maksud dan tujuan pembuatan
peta atau bisa menjadi membingungkan bagi pengguna peta.
Pada kriteria didaktik juga dipertimbangkan apakah informasi yang
ada di peta mudah dimengerti oleh pengguna peta serta sejauh mana dapat dinilai
kemampuan pengguna peta di dalam penguasaan informasi yang ada di peta. Apakah
ada informasi yang justru mengganggu dalam hal pencetakan yang kurang baik,
penggunaan yang salah dari simbol dan warna yang digunakan. Apakah isi peta
cukup konsisten dengan skala peta, maksud dan tujuan peta atau terlalu sedikit
informasi yang disajikan.
KRITERIA PRODUKSI
Kriteria produksi umumnya
dikaitkan bagaimana sebuah peta topografi diproduksi untuk dapat digunakan oleh
pengguna peta. Ada sejumlah faktor yang dipertimbangkan, antara lain yang
berhubungan dengan format atau ukuran lembar peta, metode reproduksinya, mutu
dari ukuran garis yang dihasilkan, penggunaan dan mutu warna yang dihasilkan,
ketepatan (register) pada warna-warna
yang disajikan.
Beberapa analisa untuk faktor-faktor diatas dapat dilakukan,
antara lain apakah format peta yang dihasilkan cukup mudah untuk ditangani
(sesuai maksud dan tujuan pembuatan peta); apakah adanya ketidak tepatan warna
diakibatkan oleh ketidak tepatan alat cetak atau karena adanya pergeseran
register (poor fitting) pada saat
pemisahan warna; jika mutu garis dan warnanya jelek apakah disebabkan oleh
metode pencetakan atau dari bahan aslinya.
Apresiasi peta dalam kenyataannya banyak sekali berhubungan dengan
masalah analisa, penilaian, dan jawaban dari suatu daftar
pertanyaan-pertanyaan. Seringkalai para kartografer menemui kesulitan dalam
melaksanakan apresiasi peta, karena sedikit banyaknya hal ini berhubungan
dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Dari sudut pengguna peta hal
ini justru mudah, karena yang dipikirkan adalah dari dirinya sendiri (sangat
terbatas, meskipun mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang cukup luas dari
bidang lain), sedangkan para kartografer harus memikirkan kemampuan dan
pengetahuan orang lain yang berbeda-beda.
Lebih jauh lagi dapat juga dikatakan bahwa hal ini merupakan
sesuatu yang bersifat subyektif, misalnya seorang kartografer senang pada
warna-warna tertentu, sedangkan orang lain justru tidak menyukai suatu warna,
sehingga hal ini tentu akan mempengaruhi obyektifitas di dalam penilaian.
Hal-hal mengenai peta bagi banyak orang tetap merupakan sesuatu yang ‘misteri’,
sejauh mana pengguna peta mengerti konsep dari peta atau pemetaan, bagaimana
kemampuan pengguna peta dalam membaca dan memanfaatkan informasi yang terdapat
pada sebuah peta. Keadaan ini tentu menghendaki bahwa para kartografer tidak
boleh berpikiran bahwa peta adalah untuk diri sendiri, sebab justru peta dibuat
untuk orang lain yaitu pengguna peta, sehingga mengakibatkan seorang
kartografer harus memikirkan dan memperhatikan para pengguna peta tersebut.
Banyak organisasi-organisasi pembuat peta mulai menyadari bahwa
membuat dan menjual peta saja bukanlah cara yang baik, pembuat peta harus
menentukan untuk siapa dan untuk apa sebuah peta dibuat. Semakin banyaknya
informasi yang perlu disajikan pada sebuah peta, maka para kartografer harus
mulai memperbaiki disain petanya sehingga tujuan pembuatan peta sebagai media
komunikasi yang efisien dapat tercapai; dalam waktu yang sama, analisa peta
harus ditingkatkan untuk memperbaiki mutu.
Tulisan diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar