KARTOGRAFI
Walaupun sebagian besar orang mengetahui pentingnya suatu peta, tetapi kebanyakan dari mereka kurang memahami
bagaimana proses pembuatan suatu peta. Pekerjaan pemetaan merupakan suatu
proses yang terdiri dari beberapa tahapan kerja (pengumpulan data, pengolahan
data, penyajian data), serta melibatkan berbagai disiplin ilmu (surveying,
fotogrametri, inderaja, kartografi, geografi) yang berkaitan satu sama lain.
Kartografi merupakan suatu disiplin ilmu yang berhubungan
dengan visualisasi informasi geospasial, atau dalam pengertian populer dapat
dikatakan sebagai sebuah disiplin yang melibatkan ilmu, teknik, serta seni di
dalam pembuatan disain peta dan produksi peta.
Di tingkat internasional, dikenal definisi atau pengertian mengenai Kartografi
dari International Cartographic Association (ICA) :
- "cartographic is the art, science and technology of making together
with their study as scientific documents and work of art"
- "cartographic is the
discipline dealing with the visualisation of geographic information, or as it
can be said more popular terms: a disciplin involved in the science and art of
map design and production".
Pada saat ini, arti istilah kartografi telah berubah secara fundamental
sesuai dengan perkembangan teknologi di bidang komputer. Ada beberapa pendapat
yang mendefinisikan kartografi sebagai penyampaian informasi geospasial dalam
bentuk peta.
- Taylor (1991) mendefinisikan kartografi sebagai
“organisasi, presentasi, komunikasi dan penggunaan geo-informasi dalam bentuk
grafis, digital atau format nyata; hal ini meliputi semua langkah-langkah dari
persiapan data sampai penggunaan akhir melalui produk peta dan hasil-hasil yang
berkaitan dengan informasi spasial”.
- Menno-Jan Kraak dan Ferjan Ormeling (2003) mendefinisikan kartografi
sebagai “pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya,
dan memungkinkan berinteraksi dengannya, yang berhubungan dengan
masalah-masalah geospasial”.
Informasi permukaan bumi dapat disajikan secara visual
dalam bentuk peta dengan cara menggunakan aturan grafis. Peta merupakan suatu
informasi geospasial dalam bentuk data dan informasi geospasial yang menyajikan
hubungan visualisasi suatu keadaan dan lokasi di muka bumi pada suatu bidang
datar. Peta bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi geospasial di muka bumi
secara efektif, informatif, dan komunikatif kepada pengguna peta.
Untuk dapat digunakan oleh pengguna
peta dan juga agar terjadi komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta,
maka diperlukan suatu proses komunikasi kartografi. Seorang pembuat peta harus
mempelajari informasi geospasial muka bumi yang akan
disampaikan, karena mereka harus memahaminya seperti halnya dengan tujuan
penyampaian informasi pada penggunanya.
Suatu peta yang dihasilkan tidak mungkin
dapat mempresentasikan semua unsur muka bumi karena berkaitan dengan skala peta
yang dipilih, oleh sebab itu perlu dilakukan klasifikasi atau generalisasi
unsur-unsur yang akan disajikan. Pembuat peta harus mengubah data dan informasi
muka bumi dalam bentuk:
- visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar;
- universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi;
- ’graphic', data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil skalanya dan direproduksi tanpa mengubah pengertian yang mendasar tentang suatu informasi
Komunikasi
Kartografi
Peta
sebenarnya adalah bentuk ‘visual’ dari komunikasi, atau dengan kata lain,
pengguna peta (users) mendapat
informasi muka bumi lewat mata (menggunakan indera mata). Pada hakekatnya tidak
semua orang dapat menggunakan peta, pengalaman-lah yang paling menentukan; jadi
sedemikian sering orang menggunakan peta, semakin mudah orang tersebut mendapat
informasi tentang muka bumi.
Pembuat
peta (map maker atau juga disebut sebagai kartografer) di dalam mendisain
dan memproduksi suatu peta selalu berinteraksi dengan pengguna peta (map
user), dan juga dengan data geospasial yang berkaitan dengan kebumian. Pembuat
peta akan mengolah data hasil survey pengukuran di lapangan menjadi data dan
informasi geospasial muka bumi yang akan disajikan pada peta. Data dan
informasi geospasial apa saja yang akan disajikan pada sebuah peta tergantung
pada pengguna peta, oleh sebab itu sebelum dihasilkan suatu peta perlu
dilakukan komunikasi antara pembuat dan pengguna peta untuk dapat menghasilkan
suatu spesifikasi peta. Berdasarkan spesifikasi peta yang telah dihasilkan
tersebut, pembuat peta akan menyajikan data dan informasi
geospasial muka bumi
dalam bentuk grafis yang disebut peta.
Penyajian suatu peta diusahakan untuk dapat
memecahkan permasalahan yang terjadi pada komunikasi; diharapkan dengan adanya
peta, pengguna peta akan lebih mudah berkomunikasi dibandingkan dengan bahasa
lisan, sebab :
- peta adalah alat atau media untuk menyatakan pendapat;
- pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada yang menerimanya;
- pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala hal yang menyangkut ruang;
- dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut bisa diterima lebih mudah.
Dari hal tersebut diatas, maka seorang
kartografer harus mampu mengvisualisasikan keinginan pengguna peta dengan
memperhatikan batasan-batasan yang ada seperti ukuran media cetak yang
tersedia, warna, jenis dan ukuran huruf, skala serta sistem proyeksi peta.
Kartografi
bertujuan untuk menghilangkan berbagai sumber kesalahan melalui pemindahan data
dan informasi geospasial yang benar dengan cara penyajian secara grafis.
Sebelum dihasilkan produk akhir dalam bentuk peta, pembuat peta harus melakukan
pengecekan efek produk kartografi melalui suatu evaluasi, baik secara langsung
di lapangan atau melalui citra yang tersedia. Selama proses evaluasi,
dipelajari mengenai penyajian fenomena, apakah struktur yang benar telah
disajikan, apakah karakteristik yang sesuai telah dipilih, dan apakah data
kuantitaif yang terbaru telah disajikan. Oleh sebab itu, penyajian unsur muka
bumi di dalam kartografi adalah suatu proses kognitif, yaitu harus sampai pada
inti sari dari suatu fenomena geospasial jika hal itu akan disajikan secara
memadai.
Berdasarkan fungsi peta, maka dapat
dikatakan bahwa pekerjaan kartografi meliputi:
- implementasi data geometrik untuk pembuatan kerangka peta, penempatan sistem koordinat yang benar, dan pemilihan sistem proyeksi peta dan skala peta;
- pembuatan disain peta dengan memperhatikan generalisasi dan simbolisasi unsur-unsur geospasial yang akan disajikan, tata letak peta, pemilihan jenis dan ukuran huruf;
- pengumpulan kelengkapan peta melalui survei lapangan yang akan digunakan untuk kompilasi dan penamaan geografi (toponimi);
- produksi peta yang dikaitkan dengan pemilihan teknologi yang akan digunakan;
- apresiasi peta yang memberikan penilaian pada produk peta yang dihasilkan.
Pada pelaksanaan pembuatan peta, dijumpai masalah yang berhubungan dengan komunikasi, yaitu :
● imajinasi (daya cipta),
Pembuat peta harus dapat menyajikan dengan
jelas informasi yang disajikan, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan
oleh pengguna peta; untuk itu diperlukan suatu imajinasi/daya cipta oleh
pembuat peta agar data yang disajikan bisa di 'baca' oleh pengguna peta.
● persepsi
Data dan informasi yang disampaikan pada
suatu peta mungkin akan menyebabkan adanya 'perbedaan pengertian' antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut dapat
terjadi karena sampai
sejauh mana pemakai peta dapat mengerti 'pesan' yang disampaikan pada selembar
peta; tingkat
pengetahuan yang berbeda; konsep-konsep
data geometrik (skala, sistem proyeksi, jarak) yang belum tentu sama.
Adanya perbedaan persepsi pada para pengguna peta, bisa
saja peta yang dihasilkan oleh pembuat peta dianggap tidak benar atau salah
oleh pengguna peta. Sering terjadi suatu peta dianggap salah oleh pengguna peta
karena pengguna peta tidak memahami konsep geometrik suatu peta (contoh, sistem
proyeksi peta dan sistem koordinat). Satu daerah yang mempunyai dua peta
berbeda dengan dua sistem proyeksi peta dan sistem koordinat yang berbeda akan
menghasilkan data geometrik yang berbeda pula.
Lingkup Pekerjaan Kartografi
Lingkup Pekerjaan Kartografi
Kartografi Dijital
Komputer
kartografi diawali dengan berkembangnya teknologi komputer dalam hal Visualization
in Scientific computing (ViSc) dan Geographic Information System
(GIS). Diawali sekitar tahun 1960an berkembang ‘computer mapping’, SYMAP, sebuah pelopor pengembang GIS membangun dan
melakukan penelitian dalam bidang analisis spasial (keruangan) dan berhubungan
dengan aplikasi geografis (Steinitz, 1993).
Munculnya
Computer Aided Drawing (CAD) pada tahun 1980an yang digunakan untuk
penggambaran teknik, juga menjadi tantangan perubahan kartografi, yaitu perubahan dari peta kertas (hardcopy) menjadi peta dijital
(softcopy) yang menjadi model saat itu. Proses dijitasi peta (mendijitalkan
peta) merupakan pekerjaan utama pada masa itu. Namun, pembuatan peta dijital yang
dihasilkan masih merupakan ‘jiplakan’ dari peta kertasnya, sehingga
masih banyak keterbatasan dari peta dijital tersebut.
Pada
era 1990, berkembang perangkat lunak GIS (Arc Info dirilis pertama kali pada
tahun 1982 pada mini komputer, kemudian dirilis untuk DOS pada tahun 1988). Adanya
perangkat lunak GIS ini, maka peta dijital dapat digunakan untuk melakukan
analisis spasial, sehingga mampu memproduksi peta tematik. Walaupun demikian,
karena keterbatasan visualisasi komputer pada saat itu, aspek kartografi masih mengalami kendala untuk
menghasilkan peta sekelas peta kertas (hardcopy)
yang pada saat itu masih menggunakan teknologi ‘scribing’ dan mesin cetak.
Perkembangan
selanjutnya, pada akhir abad ke 20, perkembangan teknologi GIS ini mengalami
perkembangan yang pesat pada dua sisi, yaitu: manajemen data (database)
dan visualisasi. Pada sisi manajemen data, peta dijital yang tadinya hanya
merupakan data gambar (drawing) mengalami perkembangan dengan kemampuan
untuk menyimpan jenis data lainnya, sehingga peta dijital tersebut mampu
menyimpan dan memberikan informasi yang lebih banyak. Pada sisi kartografi,
seiring dengan adanya perkembangan pada computer graphic dan teknologi
komputer, pengembangan kartografi dijital saat ini telah mampu menghasilkan
luaran, baik dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk softcopy yang sekelas (bahkan lebih baik dan cepat) dari produksi peta
kertas era sebelumnya.
Dijital
kartografi selalu mengikuti perkembangan teknologi perangkat keras yang baru.
Teknologi komputer sekarang ini mengarah pada kemampuan proses dan penyimpanan
data yang cepat dan besar, saling terkoneksi, nirkabel sehingga mempunyai
kemampuan di dalam penyampaian data dalam bentuk media yang beragam
(multimedia). Dijital kartografi pada saat ini pun mengikuti
kemampuan komputer tersebut, terutama dalam hal penyimpanan data dan
penyampaian informasi.
Kemampuan
kapasitas penyimpanan data yang besar, disatu sisi telah mendorong kartografi untuk
mengembangkan carthographic data base, yaitu pemanfaatan
perangkat lunak Database Management
System (DBMS) untuk menyimpan peta dijital secara terstruktur, sedang
disisi lain kemampuan teknologi komputer dalam multimedia telah banyak mengubah
wajah kartografi, karena Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK, Information and Communication Technology
- ICT) telah mampu merevolusi cara penyampaian informasi dengan cepat dan
akurat, sehingga kartografi pun berkembang beriringan.
Beberapa istilah yang
berkaitan dengan perkembangan kartogarfi dapat ditemui diantaranya cyber cartography,
animated mapping, fantasy map (peta dalam cerita, seperti: Lord
of The Ring – CJ Tolkien, Avatar), geovisualization, locator map,
planetary cartography, virtual map,
cartographic information system dan
lainnya. Selain dalam bentuk 2 dimensi (peta pada umumnya), kartografi dijital
telah mampu mengubah cara visualisasi peta dalam bentuk 2.5 dan 3 dimensi.
● Permasalahan Kartografi Terbaru
Pada
saat ini sedang bergerak teknologi yang serba otomatis, sampai juga pada
permasalahan kartografi yang paling sulit. Penempatan teks secara otomatis pada
kartografi sering kali terlupakan, padahal penempatan nama dan pemilihan huruf
merupakan bagian penting dalam memproduksi peta; selain itu pekerjaan
kartografi semakin meningkat seiring
dengan pembuatan peta secara langsung (otomasi kartografi) dari data hasil
pencitraan seperti foto udara ataupun citra satelit.
● Pengaruh Komputer Terhadap Kartografi
- Pertama,
pekerjaan kartografi sekarang ini semakin cepat atau setidaknya lebih cepat
akibat adanya perkembangan teknologi komputer. Pembuatan peta
untuk luasan yang meliputi 7.5’ x 7.5’ dengan menggunakan metode survey dan cek
lapangan pada tahun 1940’an memakan waktu hampir 5
tahun. Pada dekade tahun 70-80an, dengan menggunakan fotogrametri,
survei lapangan dan cek lapangan, proses kartografi memakan waktu sekitar dua
tahun. Pada saat ini dengan penggunaan teknologi komputer,
pencitraan satelit, pembuatan peta dapat dilakukan dalam hitungan hari bahkan
jam; jadi teknologi komputer telah meningkatkan kecepatan pemetaan.
- Kedua, teknologi
komputer memiliki potensi untuk meningkatkan akurasi dan presisi. Penggunaan teknologi komputer sekarang ini telah mampu mengukur dan
menyimpan angka penting yang lebih banyak, sehingga dapat melakukan hitungan
lebih presisi.
● Keuntungan Kartografi Dijital
Adanya
perkembangan kartografi dijital telah memberikan keuntungan pada pembuat peta (kartografer)
dan pengguna peta. Keuntungan tersebut antara lain:
- akuisisi data dapat data dilakukan cepat dan terintegrasi langsung dengan pengolahan data;
- proses produksi peta lebih cepat;
- tingkat keluaran peta lebih tinggi;
- kemudahan di dalam penggunaan ulang dan berbagi (share) data;
- siklus informasi dan data lebih cepat;
- data terekam dengan baik;
- penyampaian informasi lebih cepat dengan beragam media (multimedia).
Tulisan diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012.
mas, mau bertanya. konsep otomatisasi kartografi itu seperti apa? apa sama dengan penyajian peta digital? mohon pencerahannya
BalasHapus