PENDIDIKAN TINGGI GEODESI DI
INDONESIA
Pada tanggal 18 Februari 1949, Direktur Jawatan Pendaftaran Tanah
(Kadaster) yang bernaung di bawah Kementerian Kehakiman menyampaikan suatu
pernyataan kepada Fakultet Ilmu Pengetahuan Teknik Universitas Indonesia (Fakulteit
der Technische Wetenschappen van de Universiteit van Indonesia) di Bandung,
untuk memperlajari kemungkinan diselenggarakannya pendidikan ahli ukur (surveyor,
landmeter) sebagai sub bagian dari Bagian Sipil, untuk memenuhi
kebutuhan tenaga ahli ukur tingkat universiter pada Jawatan Pendaftaran Tanah.
Berdasarkan permintaan Direktur Pendaftaran Tanah tersebut, Fakultet Teknik
membentuk Komite pada tanggal 12 Maret
1949 yang terdiri atas:
Prof. Dr. K. Posthumus (Guru
Besar Kimia), Dekan Fakultet Teknik
Prof. Ir. Jac. P. Thijse, Guru
Besar Perencanaan dan Arsituktur, Fakultet Teknik
Prof. H.A. Brouwer, Guru Besar
Surveying Bagian Teknik Sipil
Laporan Komite dibahas pada sidang Fakultet tanggal 13 April 1949. Usul Komite
untuk mengembangkan pendidikan insijur Geodesi dengan
lama studi lima tahun seperti halnya di negara lain, khususnya di Technische
Hoogeschool (TH) Delft, akhirnya diterima oleh Fakutet Teknik, dan
meneruskannya ke Dewan Pimpinan Universiteit (Board of Governors of Universitet
of Indonesia). Lokasi pendidikan diinginkan yang dekat dengan Bagian Sipil Fakultet Teknik
agar memungkinkan
untuk melakukan kerjasama antara Bagian Sipil dan Bagian Geodesi di
masa mendatang.
Pada laporan, Komite juga meminta perhatian khusus untuk pengembangan
fotogrametri, sebab kebutuhan pendidikan pada subyek
fotogrametri akan sangat penting untuk Indonesia. Pendidikan Tinggi Geodesi di
Indonesia diadakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli ukur pada Jawatan Pendaftaran Tanah. Pada tahun lima
puluhan diperlukan 30 ahli ukur untuk menggantikan Kepala-Kepala Kantor
Kadaster bangsa Belanda yang meninggalkan Indonesia, dan dalam waktu 10 tahun
berikutnya dibutuhkan lagi sejumlah 30 ahli ukur. Jawatan Topografi Angkatan Darat
juga memerlukan sejumlah 10 orang insinyur Geodesi dalam periode yang sama. Kebutuhan tenaga ahli
ukur juga dirasakan pada Jawatan Pekerjaan Umum, Jawatan Kehutanan, dan perusahaan
swasta.
Pada tahun akademik 1950-1951 (1 September 1950) pendidkan Geodesi dimulai
di Bandung pada Fakultet Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia. Mahasiswa
angkatan pertama Bagian Geodesi ITB berjumlah 13 orang terdaftar dan 1 orang
pendengar. Pada angkatan pertama tersebut antara lain Jacub Rais (Guru Besar
ITB, Kepala Bakosurtanal
kedua), Pranoto Asmoro (Mayor Jenderal TNI-AD, Kepala Jantop TNI-AD ketiga dan
Kepala Bakosurtanal pertama), Josep Soenarjo, mahasiswa pendengar (Kolenel pada
Jantop TNI-AD, Guru Besar ITB). Pimpinan Bagian Geodesi dipegang oleh Prof.
H.A. Brower.
*) 50 Tahun Pendidikan Tinggi Geodesi di Indonesia, Hadwi Soendjojo, Penerbit ITB (Tahun 2000)
*) 50 Tahun Pendidikan Tinggi Geodesi di Indonesia, Hadwi Soendjojo, Penerbit ITB (Tahun 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar