KELENGKAPAN
PETA
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kelengkapan peta adalah
pekerjaan mengumpulkan, memilih, dan menyajikan seluruh data dan informasi geospasial
muka bumi yang diperlukan secara grafis dalam proses menyiapkan sebuah peta.
Data kartografi yang diperlukan tersebut diperoleh dari data primer (survey langsung
lapangan), data sekunder, dan juga diturunkan (di-‘derive’) dari sebuah atau beberapa peta, serta sumber-sumber
lainnya yang berhubungan dengan isi peta. Data yang diproses pada kelengkapan
peta demikian banyaknya sehingga diperlukan suatu cara penanganan agar dalam
pelaksanaan pekerjaan penyajian data tidak dijumpai kesulitan. Penanganan yang
dimaksud terutama mempersoalkan data dalam segi:
a. Kebenaran data (realibility).
Data yang diambil untuk keperluan pemetaan adalah data yang benar-benar dapat
dipercaya, baik dari segi datanya sendiri maupun sumber yang dipakai untuk
mendapatkan datanya.
b. Kemutakhiran data (up to dateness). Pemutakhiran sebenarnya berhubungan langsung dengan masalah waktu/tahun sumber data tersebut disajikan.
c. Kelengkapan data (completeness). Kelengkapan data sebenarnya ditujukan kepada pengertian bahwa data yang diperoleh tersebut sudah lengkap atau tidak ada lagi keraguan dalam pemakaiannya.
d. Kesesuaian data (suitable). Kesesuaian disini adalah seberapa jauh data yang ada itu sesuai atau dapat digunakan untuk tujuan pemetaan; jika sesuai akan digunakan, jika tidak sesuai harus mencari sumber lain yang dapat mendukung tujuan pemetaan.
e. Penggunaan data (uses). Penggunaan data pada dasarnya adalah upaya mengenai bagaimana cara penyajian data yang dikaitkan dengan teknik penyajian yang dipakai. Misalnya, data tentang posisi akan disajikan dengan simbol titik, data yang berhubungan dengan bentuk linier akan disajikan dengan simbol garis.
f. Penyimpanan data (storage). Penyimpanan data berkaitan erat dengan persoalan kearsipan yaitu, dimana tempat data disimpan dan bagaimana menyimpan data tersebut agar kalau diperlukan sewaktu-waktu mudah diperoleh.
b. Kemutakhiran data (up to dateness). Pemutakhiran sebenarnya berhubungan langsung dengan masalah waktu/tahun sumber data tersebut disajikan.
c. Kelengkapan data (completeness). Kelengkapan data sebenarnya ditujukan kepada pengertian bahwa data yang diperoleh tersebut sudah lengkap atau tidak ada lagi keraguan dalam pemakaiannya.
d. Kesesuaian data (suitable). Kesesuaian disini adalah seberapa jauh data yang ada itu sesuai atau dapat digunakan untuk tujuan pemetaan; jika sesuai akan digunakan, jika tidak sesuai harus mencari sumber lain yang dapat mendukung tujuan pemetaan.
e. Penggunaan data (uses). Penggunaan data pada dasarnya adalah upaya mengenai bagaimana cara penyajian data yang dikaitkan dengan teknik penyajian yang dipakai. Misalnya, data tentang posisi akan disajikan dengan simbol titik, data yang berhubungan dengan bentuk linier akan disajikan dengan simbol garis.
f. Penyimpanan data (storage). Penyimpanan data berkaitan erat dengan persoalan kearsipan yaitu, dimana tempat data disimpan dan bagaimana menyimpan data tersebut agar kalau diperlukan sewaktu-waktu mudah diperoleh.
Secara khusus kelengkapan peta akan mempersoalkan pekerjaan
mengumpulkan, memilih, merangkum dan sekaligus merakit (assembling) seluruh data dan bahan yang diperlukan untuk persiapan
pekerjaan pembuatan peta. Pengertian pekerjaan pembuatan peta disini termasuk
juga pekerjaan memproduksi serta memilih bentuk yang tepat, sesuai dengan maksud
dan tujuan pembuatan peta. Hal ini berarti bahwa oarng yang melaksanakan
pekerjaan kelengkapan peta akan berurusan dengan persoalan spesifikasi peta dan
bertanggung jawab akan kelancaran penggambaran dalam hal penyajian informasi
apa saja yang harus diperlihatkan sesuai dengan data kartografi yang ada, serta
bagaimana cara dan bentuk penyajian yang paling baik.
SURVEI LAPANGAN
Kegiatan survei lapangan adalah suatu pekerjaan pengumpulan data secara
langsung (data primer) di lapangan. Pengumpulan data lapangan umumnya
dilaksanakan untuk memeriksa benar tidaknya (verifikasi) kenampakan dengan cara
membandingkan peta manuskrip hasil plotting fotogrametri dengan keadaan
sesungguhnya di lapangan yang disebabkan oleh ketidakpastian dari detil yang
dapat dilihat oleh operator fotogrametri, keadaan lapangan yang disebabkan
tertutup oleh awan, sesuatu detil yang tidak nampak jelas di foto udara karena
ukuran unsur yang relatif kecil. Selain itu juga untuk menambah informasi yang
tidak tampak di foto udara, serta nama-nama tempat dan geografi. Pekerjaan
pengumpulan data di lapangan meliputi antara lain:
a)
unsur perhubungan
-
melakukan pengecekan kelas jalan sesuai dengan data
penunjang/sekunder dari Bina Marga;
- melakukan
pengecekan jalan-jalan penghubung daerah pemukiman;
- melakukan
pengecekan adanya jalan setapak;
- melakukan
pengecekan jenis jembatan;
- melakukan
pengecekan arah tujuan (destination)
jalan utama dan sekunder antar kota, dan juga jalan kereta api;
-
pengeplotan tugu/tanda kilometer jalan utama.
a)
unsur pemukiman
- melakukan pengecekan pola pemukiman yang berkaitan
dengan gedung-gedung pemerintahan, dan tempat peribadatan;
- melakukan pengecekan areal pemakaman.
b)
unsur perairan
-
melakukan pengecekan pengaliran air (drainage), apakah termasuk aliran yang musiman atau tetap;
-
mengumpulkan nama-nama sungai, danau, mata air sesuai ejaan yang
benar pada daerah setempat.
c)
cakupan lahan
- melakukan pengecekan jenis cakupan lahan, antara lain membedakan
antara sawah irigasi, sawah tadah hujan, ladang;
- melakukan
pengecekan lahan perkebunan, hutan, belukar, kebun, dan rawa, serta
mengumpulkan nama/jenis lahan hutan, perkebunan/kebun;
- melakukan
identifikasi batas cakupan lahan;
- melakukan pengecekan dan mengumpulan nama tempat rekreasi, cagar
alam, dan suaka marga satwa.
d)
garis pantai
- melakukan pengecekan detil-detil seperti karang, tempat pembuanagn
jangkar, bangunan pemecah gelombang, mercu suar, rambu laut;
- melakukan identifikasi pemukiman dengan fasilitas dermaga dan
fasilitas tempat kapal berlabuh.
e)
detil lainnya
-
identifikasi titik kontrol primer, sekunder, tersier yang
diperoleh dari pemberi pekerjaan dengan cara diplot, diberi
tanda nomor dan ditulis ketinggian (dalam meter) pada bahan manuskrip;
- mengumpulkan
nama-nama kota dan kecamatan, bukit, pegunungan, gunung, secara langsung di
lapangan;
- pengumpulan
data batas administrasi melalui pengamatan langsung di lapangan, dan juga
menggunakan data sekunder (peta administrasi);
-
mengusulkan nama suatu nomor lembar peta dengan cara menganalisa
nama suatu tempat yang areanya atau cakupannya sangat dominan pada satu lembar
peta.
f)
nama-nama tempat dan geografi
Suatu kebiasaan manusia untuk
memberi nama pada suatu tempat di muka bumi. Pada umumnya suatu tempat dihuni
oleh berbagai suku bangsa, sehingga sering dijumpai satu tempat dengan banyak
nama. Tidak jarang pula suatu tempat dikaitkan dengan suatu peristiwa dalam
kehidupan suatu suku bangsa. Penamaan yang bermacam-macam tersebut dicatat dan
juga diperlukan asal bahasa serta artinya. Pemilihan nama yang digunakan
berdasarkan pada:
-
diambil untuk suku bangsa yang terbanyak penduduknya di suatu
tempat;
-
atau diambil dari nama yang digunakan saat itu.
Selain nama suatu tempat, untuk
nama sungai, gunung, rawa digunakan bahasa atau istilah yang sama oleh suku
bangsa di tempat bersangkutan. Nama-nama yang diperoleh di lapangan
diverifikasi sesaui ejaan dan harus direkomendasi atau disahkan oleh pejabat
setempat dan pemerintah daerahnya bahwa nama yang tercantum di peta tersebut
ada dan benar.
Pekerjaan kompilasi data di lapangan sangat diperlukan mengingat kemampuan dan keterbatasan operator dan peralatan fotogrametri di dalam melakukan interpretasi foto udara. Pengumpulan data lapangan bertujuan untuk melakukan kelengkapan data lapangan dalam hal mengenali (identify) dan memeriksa kenampakan lahan hasil interpreatsi foto udara, serta membetulkan dan menambahkan data yang kurang atau tidak dapat diperoleh dari pekerjaan menaksir foto udara. Pekerjaan pengumpulan data di lapangan haruslah disesuaikan dengan spesifikasi kartografi (legenda peta) yang sudah disepakati bersama.
TOPONIMI
Tulisan diatas diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012.
KOMPILASI
PETA
Pekerjaan kompilasi yang akan
dilakukan tergantung dari jenis peta yang akan dibuat; dapat dibedakan menjadi
beberapa macam sesuai keperluan yang digunakan:
-
Peta Induk (Basic Map)
Peta
induk tentunya dihubungkan dengan keperluan pembuatan peta dasar pemetaan
topografi, jadi persoalannya adalah untuk keperluan pemetaan skala besar dan
skala sedang. Peta induk dibuat melalui pekerjaan survey langsung, maka
pekerjaan kompilasi disini sifatnya terbatas. Meskipun demikian, hubungan
antara data dan informasi yang dikumpulkan dengan bentuk penyajian akhir tetap
merupakan suatu hal yang perlu diperhitungkan. Hal ini dilakukan dengan
pengaturan lewat skala peta, ketelitian (geometrik dan semantik), karakteristik
terain dan relief, disain serta bentuk penyajian lainnya yang khas. Adanya
pembakuan (standarisasi) dan spesifikasi yang jelas, maka pekerjaan kompilasi
jenis ini akan jadi lebih mudah.
-
Peta Turunan
Kompilasi
untuk keperluan pembuatan peta-peta turunan adalah suatu pekerjaan yang cukup
sulit dan rumit, karena sumber yang dipakai untuk pekerjaan kompilasinya sangat
bervariasi, antara lain peta-peta dengan skala berbeda, maca-macam atlas, buku
laporan. Informasi dasar yang akan dipakai harus diuji terutama bila sumber
tersebut sudah terlalu tua (out of date);
disamping itu, karena peta-peta turunan umumnya berskala kecil, maka persoalan
generalisasi juga harus dihadapi di dalam pekerjaan kompilasi.
-
Peta Tematik.
Peta
tematik sebenarnya termasuk peta turunan, dengan demikian proses kompilasi pada
umumnya akan sama dengan kompilasi untuk keperluan peta-peta turunan yang
disebutkan diatas. Meskipun demikian, ada beberapa persoalan yang khusus
dijumpai dalam pekerjaan kompilasi jenis ini, yaitu persoalan mengenai:
a)
Peta dasar (base map)
yang digunakan untuk referensi geografinya. Referensi geografi akan diturunkan
dari peta-peta yang ada (existing map),
sehingga dengan demikian persoalan dalam pekerjaan kompilasi adalah mempelajari
dan memilih data yang sesuai yang perlu diambil, agar informasi yang
disampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan pembuatan peta.
b)
Data yang diperlukan untuk subyeknya sendiri (informasi tematik).
Data ini dapat diperoleh dari survei langsung di lapangan, survei tidak
langsung atau interpretasi, data statistik, dan sumber-sumber lainnya.
Tahapan
Kompilasi
Apapun macam peta yang akan dibuat, pelaksanaan pekerjaan
kompilasi akan melakukan beberapa tahapan pekerjaan, yaitu:
1)
Pengumpulan data.
Pada tahap ini data bukan hanya
diperoleh dari sumber-sumber yang ada, tetapi juga dari sumber-sumber lain yang
dirasa perlu seperti melakukan lagi survey di lapangan. Data yang dikumpulkan
selain dapat langsung digunakan untuk keperluan jenis peta tertentu, juga dapat
dipakai sebagai data tambahan yang disimpan dan digunakan pada kesempatan lain.
Pekerjaan kompilasi data di lapangan sangat diperlukan mengingat kemampuan dan keterbatasan operator dan peralatan fotogrametri di dalam melakukan interpretasi foto udara. Pengumpulan data lapangan bertujuan untuk melakukan kelengkapan data lapangan dalam hal mengenali (identify) dan memeriksa kenampakan lahan hasil interpreatsi foto udara, serta membetulkan dan menambahkan data yang kurang atau tidak dapat diperoleh dari pekerjaan menaksir foto udara. Pekerjaan pengumpulan data di lapangan haruslah disesuaikan dengan spesifikasi kartografi (legenda peta) yang sudah disepakati bersama.
2)
Pengolahan Data.
Pada tahap ini, dilakukan
evaluasi terhadap data yang telah dilakukan pada tahap pertama. Hal ini
dilakukan agar data yang akan diproses sudah sesuai dengan maksud dan tujuan
peta yang akan dibuat; yang harus diperhatikan adalah:
- Batasan pekerjaan. Hal ini terutama ditujukan pada keadaan seperti
adanya data yang diklasifikasikan sebagai data rahasia dan terlarang; artinya
data bersangkutan harus diperlakukan sesuai dengan klasifikasinya tersebut,
sehingga mungkin saja akan terjadi informasi yang disajikan tingkat
ketelitiannya berbeda atau tidak sama.
- Penggunaan
sumber informasi. Hal ini dihubungkan dengan adanya perubahan terhadap
unsur-unsur yang ingin dipetakan sehubungan dengan sumber informasi yang dipakai
sudah tidak mutakhir lagi, sehingga diperlukan perbaikan unsur-unsur lapangan.
Biasanya pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan unsur-unsur utamanya terlebih
dahulu seperti batas-batas, lokasi pemukiman, jalan raya, kemudian baru
diperiksa unsur-unsur lainnya seperti rumah, jalan.
- Keseragaman
dan kelengkapan. Pada kegiatan kompilasi, sumber data yang digunakan sedemikian
banyaknya sehingga ada kecenderungan hanya percaya pada sumber utamanya saja,
padahal jika diperhatikan, kadang-kadang pada peta yang dipakai tertulis
kalimat ”pada daerah ini belum dilakukan field chek”, ini berarti data yang
digunakan hanyalah data interpretasi atau perkiraan.
- Urutan
pekerjaan. Berkaitan dengan produk akhir dari pekerjaan pemetaan, apakah
berwarna atau hitam putih.
3)
Penyajian kompilasi.
Pada tahap ini yang dipersoalkan adalah teknik konstruksi peta
dalam hubungannya dengan ukuran muka peta dan lembar petanya, pengaturan lembar
peta yang efisien serta tata letak peta yang diinginkan. Pemakai peta adalah
pihak yang harus diperhatikan oleh para pembuat peta. Berkaitan dengan proses
kompilasi, pertimbangan yang harus dilakukan untuk memperkecil pengaruh yang
kurang baik pada pemakai peta adalah sebagai berikut:
- Kompilasi hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya sebab bila kompilasi
tidak dilaksanakan dengan baik, maka data dan informasi yang ingin disampaikan
akan mengalami ‘distorsi’. Hal ini bisa berakibat pemakai peta salah di dalam
mengartikan data dan informasi tersebut; yang bertanggung jawab untuk pekerjaan
kompilasi harus benar-banar mempertimbangkan semua aspek kompilasi yang
disebutkan diatas.
- Memperhatikan spesifikasi pekerjaan pembuatan peta dan kartografi
dengan cermat. Spesifikasi yang merupakan penghubung antara pemberi pekerjaan/
pemakai peta dan pembuat peta harus ditetapkan dan disetujui bersama. Hal ini
biasanya tidak mudah untuk dicapai, terutama kalau ditinjau dari pihak pemberi
pekerjaan, karena persepsi dan tingkat pengetahuan para pemberi pekerjaan
tentang proses pemetaan terbatas sekali.
TOPONIMI
Begitu
manusia mendiami suatu wilayah di muka Bumi, maka manusiapun memberi nama
kepada semua unsur-unsur geografi, seperti nama untuk sungai, bukit, gunung,
lembah, pulau, teluk, laut, selat, dsb. yang berada di wilayahnya atau yang
terlihat dari wilayahnya. Bahkan juga manusia memberi nama pada daerah yang
ditempatinya, seperti nama pemukiman (seperti nama real estat), nama desa, nama
kampung, nama huta atau nama nagari, dst sampai dengan nama-nama kota. Tujuan
memberi nama pada unsur geografi adalah untuk identifikasi atau acuan dan
sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia. Dengan demikian nama-nama unsur
geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman manusia.
Nama
unsur geografi, atau disingkat “nama geografik” (geographical names) disebut
“toponim”. Secara harafiah berarti “nama tempat” (place names). Nama tempat tidak harus diartikan nama
pemukiman (nama tempat tinggal), tetapi nama unsur geografi yang ada di
suatu tempat (daerah), seperti sungai, bukit, gunung, pulau, tanjung, dan lain
sebagainya. Unsur-unsur ini dikenal secara luas sebagai unsur
“topografi” (the physical features on an
area of land, such as rivers, mountains, islands, seas,etc dalam Oxford Advances Learner’s
Dictionary 2000). Nama diberikan berdasarkan apa yang dilihatnya, seperti
pohon-pohonan atau buah-buahan yang dominan di wilayah tersebut. Sebagai contoh
antara lain Kampung Rambutan, pulau Pisang, pulau Bangka, atau binatang yang dijumpai
atau menghuni, seperti pulau Kambing, pulau Menjangan, pulau Merpati, pulau
Burung.
Nama-nama generik dari unsur geografipun juga menarik
untuk dipelajari karena dari nama generik tersebut dapat ditelusuri suku-suku
bangsa yang pertama kali mendiami wilayah tersebut dan menyebut nama generik
dari unsur geografik dalam bahasanya. Seperti contoh “sungai” dalam bahasa Indonesia ,
di daerah Lampung disebut dengan istilah “wai” seperti Wai Seputih. Di Jawa
Barat menjadi “ci”, seperti Ci Tarum dan konon kabarnya berasal dari bahasa
Cina “chi” yang berarti juga ”air atau sungai”.“Bukit” di Indonesia berasal
dari “Puke” dalam bahasa di Polinesia, menjadi “phuket” di Thailand, “buket” di
Malaysia .
Di salah satu tempat di Pasifik ada nama pulau Puke Rua, artinya pulau Bukit
Dua.
Dengan kata lain, nama-nama unsur geografi bukan hanya
sekedar nama, tetapi di belakang nama tersebut adalah sejarah yang panjang dari
pemukiman manusia (a long history of human settlement). Dalam survey nama-nama
pulau ada nama pulau Lencang di kepulauan Seribu dan pulau Siulung di kepulauan
Riau yang semua berasal dari legenda nenek moyang suku Bugis di masa lalu. Ini menggambarkan betapa suku Bugis sebagai suku pelaut telah mengarungi
lautan dan meninggalkan legenda untuk nama-nama pulau di mana mereka berada.
Dari nama-nama geografik ini dapat dilacak perjalanan yang panjang dari suku
bangsa ini.
Standarisasi Nama Geografis
Tata cara pembakuan Pemberian nama pada
unsur geografis ternyata tidak sesederhana perkiraan banyak orang. Tata cara
untuk menstandarisasi dan mengatur penamaan suatu unsur geografis dikaji dan
diatur dalam suatu cabang ilmu yang dikenal sebagai Toponimi. Ilmu ini
berkaitan erat dengan kajian Linguistik, Antropologi, Geografi Sejarah dan
Kebudayaan.
Pedoman Penulisan Nama Unsur Geografi di Indonesia (diambil dari tulisan Prof. Jacub Rais, Semiloka di ITB tahun 2005)
Pedoman Penulisan Nama Unsur Geografi di Indonesia (diambil dari tulisan Prof. Jacub Rais, Semiloka di ITB tahun 2005)
Tiap nama unsur geografi di Indonesia
terdiri atas dua bagian yaitu nama generik dan nama spesifik. Yang dimaksud
dengan nama generik adalah nama yang menggambarkan bentuk dari unsur geografis
tersebut, misalnya sungai, gunung, kota dan unsur lainnya. Sedang nama spesifik
merupakan nama diri (proper
name) dari nama generik tersebut yang juga digunakan sebagai unit
pembeda antarunsur geografis. Nama spesifik yang sering digunakan untuk unsur
geografis biasanya berasal dari kata sifat, misalnya ’baru’, ’jaya’, ’indah’,
’makmur’ atau kata benda yang bisa mencerminkan bentuk unsur tersebut, misalnya
’batu’, ’candi’ dan lain sebagainya. Nama-nama generik dari unsur geografi,
antara lain:
- Sungai (bahasa
Indonesia) atau air, aik, ai, oi, kali, batang, wai, ci, brang, jeh,
nanga,krueung, Ie, (bahasa lokal);
- Gunung (bahasa
Indonesia) atau dolok, buku, bulu, deleng, keli, wolo,cot, batee (bahasa
lokal);
-
Tanjung
(bahasa Indonesia) atau ujung, cuku (bahasa lokal);
-
Danau
(bahasa Indonesia) atau telaga, situ, ranu
(bahasa lokal);
- Pulau (bahasa
Indonesia) atau nusa, mios (meos), pulo, towade, wanua, libuton, lihuto (bahasa
lokal).
Di dalam penulisan nama unsur geografi ada enam pedoman yang perlu
diperhatikan, yaitu:
●
Pedoman pertama
Dalam menulis nama unsur geografi ditulis terpisah antara nama generik
dan nama spesifiknya. Sebagai
contoh, nama generik dan nama spesifik suatu unsur/ciri geografi ditulis secara
terpisah:
- Sungai Musi; Air
Bangis; Krueung Aceh; Ie Mola; Wai Seputih; Batang Hari; Ci Liwung; Danau Toba;
Laut Jawa; Selat Sunda; Pulau Nias; Tanjung Cina; Kota Bandung; Gunung Merbabu;
Bukit Suharto.
- Singkatan Nama
Generik di peta: Tanjung : Tg.; Pulau: P.; Laut: L.; Selat: Sel.; Wai: W.
Sungai: S atau Sei, Ujung: U. Kota, Umumnya generik “Kota” tidak ditulis dan
juga tidak disebut karena orang tahu bahwa itu nama kota: “Kota Bandung” atau “Bandung”
saja.
● Pedoman kedua
Banyak nama spesifik di Indonesia, khususnya
nama kota dan pemukiman memuat juga nama generik dalam nama spesifiknya,
seperti nama-nama kota memakai gunung, bukit, tanjung, ujung, pulau dst dalam
nama spesifiknya. Dalam kasus ini nama spesifik tersebut ditulis dalam satu
kata. Contoh di bawah ini:
- Gunungsitoli;
Ujungpandang; Bukittinggi; Muarajambi; Tanjungpinang; Tanjungpriok;
Krueungraya; Sungailiat; Bandarlampung; Airmadidi; Sungaipenuh; Kualasimpang,
Cimahi.
- Di Jawa Barat ada
sungai yang bernama Ci Liwung (harus ditulis dengan 2 kata). Tetapi jika suatu
kota (generik) “Ci” dipakai dalam nama spasifik, maka ditulis dengan satu kata
(Cimahi, Cibinong, Cikampek). Lihat peta yang dibuat di masa penjajahan Belanda
(masih pakai ortografi lama “tj” untuk “c”, “dj” untuk ”j”, “oe” untuk “u”).
● Pedoman ketiga
Jika suatu nama spesifik ditambah dengan
kata sifat di belakangnya atau penunjuk arah, maka ditulis terpisah. Contoh:
Jawa Barat; Kebayoran Baru; Sungai Tabalong Kiwa; Kotamubago Selatan; Kampung
Desatengah Selatan; Nusa Tenggara Timur; Panyabungan Tonga; Pagarutang Jae
(tonga = tengah; jae = utama di kabupaten Tapanuli Selatan); Kemang Utara;
Durentiga Selatan.
● Pedoman keempat
Jika nama
spesifik yang terdiri dari kata berulang, ditulis sebagai satu kata. Misalnya
Bagansiapiapi; Siringoringo; Sigiringgiring; Mukomuko. Jika nama spesifik yang
ditulis dengan angka sebagai penomoran, maka nomor ditulis dengan huruf,
misalnya Depok Satu; Depok Dua; Depok Timur Satu; Koto Ampek. Jika nama
spesifik terdiri dari dua kata benda, ditulis sebagai satu kata, misalnya
Tanggabosi; Bulupayung; Pagaralam.
● Pedoman kelima
Nama spesifik
terdiri dari kata benda diikuti dengan nama generik, maka ditulis sebagai satu
kata, misalnya: Pintupadang; Pagargunung; Pondoksungai; Kayulaut. Nama spesifik
yang terdiri dari 3 kata, masing-masing 2 nama generik diikuti dengan kata
sifat atau kata benda, maka ditulis sebagai satu kata, misalnya
Torlukmuaradolok (torluk = teluk; muara = muara; dolok = gunung);
Muarabatangangkola (muara dan batang adalah nama generik; angkola = nama
benda).
● Pedoman keenam
Banyak contoh
nama spesifik terdiri dari 4 kata atau lebih, misalnya beberapa daerah di
Tapanuli Selatan:
- Purbasinombamandalasena;
- Dalihannataluhutaraja;
- Hutalosungparandolok Lorong Tiga;
- Gunungmanaonunterudang.
Untuk memudahkan
disarankan tidak memakai nama yang panjang.Tulisan diatas diambil dari Buku Kartografi, Hadwi Soendjojo dan Akhmad Riqqi, Penerbit ITB 2012.
Mantap Pak ... mudah-mudahan selalu update dan diikuti dosen-dosen GD yang lain (jeffry F. Koto '87)
BalasHapusTerima kasih pak Jeffry atas dukungan dan kerjasamanya.
BalasHapus