Atlas Pendidikan
Awal anak didik mempelajari informasi geospasial di
sekolah.
Hadwi Soendjojo
Hadwi Soendjojo
Semua anak-anak Indonesia pasti memiliki buku Atlas
Pendidikan, karena salah satu yang diajarkan di sekolah dasar adalah pelajaran membaca
atlas. Masyarakat tidak sadar bahwa atlas pendidikan merupakan pelajaran pertama
kali anak didik di sekolah dasar mengenal salah satu bentuk informasi
geospasial. Atlas pendidikan bisa menjadi pengetahuan penting di sekolah dasar
jika diharapkan anak-anak Indonesia mengenal tanah air Indonesia lebih dini
tentang kekayaan sumberdayanya yang berlimpah, melalui pemanfaatan informasi
geospasial.
Coba merenung sebentar ke belakang beberapa puluh
tahun yang lalu waktu masih duduk di sekolah dasar, apakah waktu itu kita
senang atau benci dengan pelajaran atlas? Jika senang ya syukurlah, kalau tidak
senang maka timbul pertanyaan, mengapa tidak senang pada peta-peta yang ada di
atlas sekolah. Hal tersebut di atas tidak bisa serta merta menyalahkan murid
sekolah dasar yang tidak berminat untuk mempelajari peta-peta yang terdapat di
atlas sekolah, mungkin saja peta-peta yang disajikan pada atlas kurang menarik,
atau mungkin juga cara guru mengajar yang kurang menarik sehingga buku atlas
pendidikan membosankan anak didik di sekolah dasar.
Di banyak negara khususnya di daratan Eropa, banyak
jenis atlas yang dikenalkan dan dipublikasikan untuk anak didik, mulai Atlas
Anak-Anak, Atlas Sekolah Dasar, Atlas Sekolah Menengah Pertama, sampai Atlas
Sekolah Menengah Atas. Bagaimana kondisi atlas pendidikan di Indonesia, hanya satu
Atlas Pendidikan yang dimiliki anak didik untuk semua tingkatan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Jika informasi geospasial ingin diminati
mulai sejak anak didik masih di Sekolah Dasar, maka perlu terobosan yang
dilakukan untuk membuat desain atlas sekolah menjadi menarik dan diminati oleh
anak didik, baik pada penyajian dalam bentuk kertas maupun digital.
PENGERTIAN ATLAS
Atlas adalah sebuah buku yang isinya sekumpulan
peta yang tersusun menjadi satu kesatuan dan memberikan informasi geospasial tematik suatu kewilayahan; merupakan delinasi regional dan mempunyai
topik yang sangat kompleks. Atlas
yang menyajikan sejumlah peta adalah sebuah media informasi geospasial yang
memberikan informasi tentang apa yang ada di permukaan bumi. Salah satu bentuk
keberhasilan sebuah peta adalah apabila pengguna peta bisa berkomunikasi secara
visual dengan peta yang dihadapi.
Atlas berguna antara lain
karena bisa menunjukkan
lokasi unsur alam dan unsur buatan yang ada di muka bumi, fenomena alam yang
terjadi di muka bumi, fenomena sosial
yang terjadi dalam suatu ruang wilayah, menyajikan informasi tentang kondisi
dan perkembangan ekonomi di suatu wilayah, menyajikan informasi budaya dan
pariwisata. Secara garis besar, atlas dapat dibedakan sebagai:
● Atlas Nasional
Atlas suatu wilayah yang
menyajikan batas administrasi, bermacam karakteristik obyektif (hubungan sosial
dan ekonomi), dengan penekanan pada problematika penting dan tipikal yang
memberikan nilai tambah pada suatu negara; diterbitkan dan dipublikasi oleh
Pemerintah.
● Atlas Pendidikan
Atlas untuk keperluan
pendidikan yang dibedakan atas atlas anak-anak dan atlas sekolah; materi yang
disajikan disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan standar kompetensi yang
ingin dicapai; diterbitkan
dan dipublikasi oleh swasta.
Atlas Pendidikan
Atlas pendidikan merupakan
salah satu bentuk atlas yang sangat penting, karena pada atlas pendidikan
tersebut para anak didik pada tingkat pendidikan dasar dan menengah mulai mengenal
arti suatu peta. Ada beberapa catatan yang perlu digaris bawahi tentang atlas
pendidikan yang ada saat ini, antara lain:
1) Pembuat Atlas
Kebanyakan pihak swasta yang
menerbitkan atlas sekolah tidak mempunyai sumberdaya manusia yang mempunyai
kompetensi di bidang kartografi, ada beberapa masukan yang mengatakan bahwa
pembuatan atlas pada sebuat penerbit hanya dikerjakan oleh orang yang berlatar
belakang grafika. Saat ini sudah
dimulai pemberian sertifikat untuk tenaga profesional melalui uji kompetensi
dari beberapa sub bidang informasi geospasial, sehingga diharapkan pembuat
atlas pendidkan pada sebuah penerbit di kemudian hari sudah harus mempunyai
sertifikat tenaga profesional Kartografi. Atlas pendidikan merupakan salah satu
bentuk produk informasi geospasial, sehingga atlas pendidikan yang
dipublikasikan perlu mendapat lisensi yang diberikan oleh sebuah lembaga yang
sudah mendapat akreditasi untuk melakukan penilaian kualitas mutu produk
informasi geospasial. Sebaiknya atlas bukan hanya ditinjau dari sisi kurikulum yang ada,
tetapi lebih ke kaidah dan aturan kartografi yang ada serta pemanfaatan
informasi geospasial untuk diketahui oleh pengguna.
2) Isi Atlas
Jika diperhatikan atlas
sekolah yang ada saat ini, isi peta (dalam hal desain peta) tidak pernah berubah
sejak 5-6 dekade yang lalu. Atlas dari satu penerbit jika dibandingkan dengan
atlas penerbit lainnya, secara garis besar sama saja (copy paste), ada perbedaan
tapi sedikit sekali dan mungkin
hanya di sisi warna. Desain peta yang berkaitan
dengan isi peta pada sebuah atlas perlu didesain lebih baik sehingga membuat
pengguna memjadi tertarik dan bisa melakukan komunikasi visual dengan simbol
yang ada di peta bersangkutan.
Peta
dibawah adalah salah satu peta
yang disajikan pada sebuah atlas yang diterbitkan pada
tahun 1952 oleh Badan
Penerbit Djambatan N.V dengan nama Atlas Semesta Dunia. Atlas ini disusun oleh
redaksi yang terdiri dari Adinegoro, Adam Bachtiar, Drs. W.F. Heinemeyer, Drs.
J.E. Romien, dan Sutopo. Kartografi dibuat oleh N.V Cartografisch Instituut
Bootsma-Falkplan di 's-Gravenhage dan dicetak oleh N.V. Boek En Kunstdrukkerij
V/H Mouton & Co di 's-Gravenhage. Pada kata pengantar Redaksi Atlas menulis
bahwa atlas ini dipersembahkan kepada masyarakat Indonesia sebagai suatu
sumbangan pembangunan dunia kebudayaan nasional. Redaksi atlas juga menulis
bahwa ada rasa bangga karena dengan ini lahir sudah atlas dunia besar yang
pertama kali bercorak Indonesia, bukan hanya memakai bahasa Indonesia dan
banyak peta tematik Indonesia, tetapi juga karena atlas ini berpusat di Asia.
Jika dilihat peta-peta pada atlas pendidikan yang
beredar saat ini, desainnya mirip dengan peta-peta yang dicetak pada tahun 1952
diatas. Desain peta yang
kurang menarik, akan berakibat membuat anak didik kurang tertarik dan berminat
untuk mempelajari dan memahami peta-peta yang ada pada sebuah atlas pendidikan. Sudah saatnya dilakukan penilaian kualitas mutu dari
semua atlas pendidikan yang diterbitkan oleh penerbit. Dibagian lain tulisan
ini, penulis memberikan sebuah kriteria yang dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penilaian mutu kualitas sebuah atlas pendidikan.
3) Kepemilikan Atlas
Jika ditanyakan kepada seorang
mahasiswa yang baru masuk perguruan tinggi, berapa jumlah atlas yang dimiliki
oleh seorang siswa mulai dari pendidikan di SD sampai dengan SMA. Semua akan
menjawab sama, hanya 1 (satu) atlas yang dimiliki selama pendikan dasar dan
menengah. Sangat prihatin mengingat jumlah buku matematika, fisika, bahasa
Indonesia dan lainnya, pada pendidikan dasar sampai menengah jumlah bukunya
tidak bisa dihitung. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah selalu berubah
setiap lima tahun dalam kurun waktu 3-4 dekade yang lalu, tapi atlas pendidikan
tidak pernah berubah, baik isi maupun desainnya, sangat memprihatinkan.
4) Pembelajaran Atlas
Metode pembelajaran atlas
perlu dikembangkan dan diberikan oleh guru yang mempunyai kompetensi di bidang
geografi khususnya pengetahuan tentang atlas dan peta. Atlas bagi kebanyakan
anak didik masih menjadi beban belajar karena masih dianggap sebagai bahan hafalan. Atlas pendidikan belum
menjadi media informasi geospasial yang perlu difahami,
diketahui dan dikuasai oleh
anak didik. Pembelajaran mengenai peta kepada anak didik bukan hanya diberikan
di kelas saja, tetapi juga diberikan di luar kelas dengan mengajak jalan-jalan
disekitar sekolah mereka sambil membuat sketsa apa yang dilihat oleh mereka.
Peta-peta yang dibuat pada sebuah atlas pendidikan
seharusnya sudah menggunakan peta dasar Rupa Bumi Indonesia yang diterbitkan
oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan skala peta yang bervariasi. Jika peta yang digunakan benar menurut kaidah
informasi geospasial, maka anak didik tersebut akan benar di dalam memahami
sebuah informasi geospasial, jika sebaliknya yaitu peta yang disajikan salah di
dalam visualisasi
informasi geospasial, maka anak didik tidak akan memahami arti informasi
geospasial. Atlas Pendidikan
merupakan salah satu bentuk produk informasi geospasial yang dibuat dan
diterbitkan oleh pihak ketiga (Penerbit), oleh sebab itu perlu dilakukan
penilaian kesesuaian yang berkaitan dengan mutu kualitas peta yang dihasilkan dan akan digunakan oleh
anak didik.
Penilaian kesesuaian dilakukan
kepada atlas pendidikan yang
telah diproduksi oleh penerbit. Penilaian kesesuaian yang berdasarkan mutu
kualitas adalah satu bagian yang sangat penting dalam pembuatan informasi
geospasial, sebab dengan melakukan penilaian produk informasi geospasial akan
diperoleh perbaikan dari hasil produksi tersebut. Secara umum penilaian
kesesuaian akan berhubungan sampai
sejauh mana produk informasi geospasial yang dihasilkan tersebut memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah dibuat, atau dapat juga dikatakan apakah
produk informasi geospasial yang dihasilkan tersebut sudah cukup efisien
sebagai media komunikasi.
Penilaian kesesuaian produk
informasi geospasial dalam bentuk atlas pendidikan juga memperhatikan hubungan
antara maksud dan tujuan pembuatan produk informasi geospasial dengan pengguna
informasi geospasial. Adanya kegiatan penilaian kesesuaian mutu kualitas atlas pendidikan, dengan sendirinya masyarakat
khususnya anak didik akan mendapatkan sebuah atlas pendidikan yang memenuhi kaidah dan
persyaratan produk Informasi Geospasial dan dapt dipertanggungjawabkan. Penilaian mutu kualitas pada
informasi geospasial merupakan suatu ukuran atau standar di dalam memberikan
penilaian pada setiap peta yang ada pada sebuah atlas pendidikan, artinya
sampai sejauh mana informasi geospasial yang dihasilkan memenuhi persyaratan/spesifikasi yang
telah dibuat.